7. Complicated

22 4 0
                                    

Joanna terbangun dari tidurnya. Ia menyadari ini bukan kamarnya. Disamping tempat tidur sudah tersedia makanan. Melihat sekeliling lalu ia merogoh kantongnya dan mendapatkan ponselnya.

4 panggilan tak terjawab dari Gia.
10 panggilan tak terjawab dari Thomas.
Dan beberapa panggilan dari yang lain.

"Pada sibuk banget nelfon. Ada apa?" Gumamnya.

Ia memutuskan untuk menelfon Thomas. Tapi panggilan itu terputus karena tiba-tiba Kaila merebut ponsel Joanna.

Joanna sangat terkejut.

"Kamu disini sementara. Hidup sama Mqqqama. Mama janji bakalan bahagiain kamu," Kata Kaila.

Masih terkejut, Joanna tak bisa mengatakan apapun. Yang ia yakini, ia sedang di situasi yang salah.

"Bisa balikin ponsel saya?" Pinta Joanna.

"Kenapa? Kamu mau nelpon siapa?"

"Saya hanya ingin menelfon Gia. Dia harus tau kabar saya. Dia akan sakit jika saya tidak ada kabar. Saya akan tetap disini jika kamu mengizinkan saya menghubungi Gia sekali saja,"

"Setelah itu..."

"Saya akan menuruti semua keinginan kamu,"

Joanna hanya bisa bersikap tenang sekarang. Dia tahu Kaila bukan wanita bodoh. Buktinya dia bisa membawa Joanna kesini tanpa ada orang yang tahu.

"Oke. Hanya Gia,"

Kaila memberikan ponsel Joanna. Bukan menelfon, Joanna mengetik sesuatu untuk Gia dan bagusnya Gia langsung membaca pesan itu. Mereka saling memberi kabar.

"Gia maafin gue," Joanna menangis saat setelah ponsel itu kembali ke tangan Kaila.

"Kamu makan. Jangan nangis kayak anak kecil. Kamu dah gede,"

Perintah Kaila begitu jelas tapi Joanna tak menghiraukan. Otaknya penuh dengan nama Gia.

•••••

Gia berlari menuju ruang guru untuk menemuiku. Dengan penuh tangis, ia memberitahu bahwa Joanna telah menghubunginya tapi tak ada petunjuk Joanna sekarang berada dimana. Hanya pesan bertuliskan 'Gue baik sekarang. Jangan sakit karena gue nggak ada.'

Aku berfikir keras dengan kalimat ini. Keyakinanku, Joanna sekarang sedang bersama Kaila. Tapi, mereka dimana?

"Jangan terlalu dipikirin. Nanti Mommy sama Daddy yang cari Joanna. Kamu tenang ya. Fokus ke sekolah,"

"Mom..." Tangisan Gia tak bisa berhenti.

"Kalau kamu kayak gini terus, Mommy pulangkan ya?" Tawarku. Namun, Gia hanya terus menangis.

"Biar Aldo yang temenin Gia sampai tenang." Aldo menjemput Gia di ruang guru lalu membawanya pergi.

Taman sekolah tak begitu ramai. Gia berhenti di satu bangku dan mendudukinya. Aldo sebenarnya bingung ingin memulai pembicaraan dari mana. Ia takut semakin membuat Gia sedih.

"Joanna ya?" Tanya Aldo dengan lembut.

"Hmm... A-aku masih nggak pingin dia pergi," Gia menangis lagi.

"Sssttt... Hey, udah dong nangisnya. Joanna nggak pergi dari kamu. Mungkin ada sesuatu yang memaksa dia ngelakuin hal ini." Aldo mencoba menenangkan Gia walau ia tak yakin berhasil.

"Sehari aja nggak liat dia, aku sakit. Gimana seminggu? Sebulan? Setahun?!" Kata Gia yang sedang terperangkap pikiran negatifnya.

[REVISI] 'Rumah' Yang Sebenarnya 'Rumah' 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang