8. Happiness and Troubles

13 3 0
                                    

"Mau sampai kapan disini?" Tanya Andy yang sedang kelaparan.

"Makan nih," Jeff menyerahkan kotak makannya.

"Ohoo... Bawa bekal ternyata. Kok gue nggak kebagian?"

"Mommy cuma masak buat orang yang ada dirumah. Nah lu kan dari kantor. Tiba-tiba ada kabar begini. Yaudah makan nih. Tadi gue udah makan masakan Sisil,"

"Thanks, Bang,"

"Lama banget mereka di dalem." Gerutu Jeff.

•••••

Aku masih ingin menemukan kecurigaanku. Semua sisi rumah aku telusuri sampai aku mendengar sebuah suara. Kecil tapi aku jelas mendengarnya.

Yesa yang mencurigai sebuah karpet di bawah meja ruang tamu, memilih untuk mengangkat meja itu dan membuka karpetnya.

Ia menemukan sebuah pintu. Tak terkunci. Thomas dengan kuat membuka pintu itu. Ada tangga menuju bawah tanah.

Thomas mengawali langkah, kemudian aku dan Yesa mengikutinya. Tak jauh dari pintu di atas setelah menuruni tangga, kami berhadapan depan pintu yang tertutup.

Langkah Thomas terhenti ketika mendengar ada tangisan. Ada suara Kaila juga sedang berbicara. Tangisan itu mungkin tangisan Joanna.

"Kita nggak tau di dalem sana ada berapa orang dan seperti apa situasinya. Panggil Andy dan Jeff. Aku sama Yesa nggak akan masuk sampai kalian dateng," Kata Thomas padaku.

Aku mengerti apa yang Thomas perintahkan. Aku keluar dengan segera untuk memanggil Andy dan Jeff. Aku terkejut ketika Venly datang bersama Rio dan Gading. Ada Miki dan Awan juga yang siap untuk membantu memantau.

"Kenapa, Mom?" Tanya Andy.

"Kalian masuk. Daddy butuh kalian," Aku menunjuk Jeff dan Andy.

"Gue ikut dah." Kata Gading.

"Oke. Sisanya tetep jaga disini ya,"

"Siap."

Aku dan yang lain masuk dengan segera menemui Thomas dan Yesa.

"Lo?" Thomas terkejut dengan kehadiran Gading.

"Gue bantuin. Rio, Awan sama Miki juga dateng." Kata Gading.

Tanpa banyak pembicaraan, Thomas memulai langkahnya lagi. Dia terhenti tepat di depan pintu. Diam sejenak lalu mendobrak pintu itu. Mataku langsung tertuju pada Joanna yang sudah tak berdaya. Banyak darah disana.

"HAHA!!! JAGOANNYA DATENG BERSAMA IBU PERI!" Kata Kaila seperti orang gila.

"Kai, tolong lepasin anak saya," Thomas mencoba untuk tidak berbuat gegabah disini.

"Hah? Anak lo? Anak gue kali. Joanna itu anak gue,"

"Kenapa kamu kayak gini? Pasti ada penjelasannya,"

"Gue udah muak! Nih anak selalu ngomongin tuh perempuan!" Kaila menunjukku.

"Kenapa sih lo nggak mati aja? KENAPA HARUS BALIK? Kalau lo mati, gue bisa sama Thomas hidup bahagia sana anak gue, Joanna." Mata Kaila penuh emosi menatapku.

[REVISI] 'Rumah' Yang Sebenarnya 'Rumah' 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang