12. Misunderstanding

19 2 0
                                    

🔞 🔞 🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞

"Gimana, Rain?" Tanyaku setelah Rainer memeriksa lukaku.

"Ada sobek sedikit di dalem. Aku yang salah. Tapi, nggak perlu operasi ulang. Cuma Tante harus lebih sering ganti kasa biar nggak infeksi ya," Jelas Rainer. "Oh iya, Papa tadi ketemu tante kan? Udah dikasih obatnya?"

"Kamu yang nyuruh? Aku kaget tiba-tiba dia dateng terus ngasih obat itu."

"Iya itu minum aja. Aman kok dan bisa lebih cepet bikin luka sembuh. Ada efek sedikit. Pas abis minum itu obat, jadi agak sedikit nyeri lukanya. But it's okay. Itu penyembuhannya."

"Oke, aku paham. Udah nggak ada lagi yang perlu aku tau?"

"Nggak ada, Tan. Bisa balik kok."

"Okay. Makasih ya, Rain."

"Balik sama siapa? Daritadi nggak liat Om Thomas," Rainer celingukan.

"Aku sendiri kesini. Thomas kayaknya sibuk kantor."

"Aku pesenin taxi online ya?"

"Nggak perlu. Di depan nanti ada kok. Udah kamu kerja lagi. Jangan lupa istirahat."

"Siap, Tante. Beneran ati-ati dijalan ya."

••••••

Sesampainya dirumah, aku melihat mobil Thomas sudah terparkir rapih bersama mobil Andy. Aku masuk dan langsung menuju kamar.

Tak kudapati Thomas di kamar. Aku terduduk di kursi meja riasku. Kubersihkan wajahku dari make up tipis lalu berganti pakaian dengan pakaian yang nyaman. Daster tanpa pakaian dalam.

Saat keluar kamar, aku berpapasan dengan Thomas tapi dia tak ada respon apapun terhadapku.

"Thom, kena—" Thomas langsung melenggang ke kamar dan aku segera menyusulnya.

Thomas duduk di tepi ranjang. Ia lepas semua pakaiannya dan hanya menyisakan celana dalamnya.

"Kenapa sih? Ngomong dong. Aku nunggu kamu sejam lebih sampai aku nggak enak sama Rainer karna telat. Kamu kenapa?" Aku duduk di atas ranjang.

"Ngobrol apa aja sama Jendra?" Tanya Thomas Sinis.

"Jendra tadi pagi nemuin aku cuma kasih obat ke aku. Aku juga kaget dia bisa ada disana."

"Tapi sampe banget megang kepala kamu?"

Aku agak terkejut. Darimana Thomas bisa tahu itu?

"Tau darimana, Thom?"

"Jangan sampe aku mikir kamu lagi selingkuh ya sama dia. Jendra suka sama kamu. Selama dua tahun kamu habisin waktu kamu sama dia. Semua bisa aja kejadian kan? Aku nggak tau kamu ngapain aja sama dia disana."

"Kamu nuduh aku selingkuh?" Aku mulai bergetar.

"Kayaknya bukan tuduhan. Tapi, beneran."

"Aku nggak selingkuh sama dia. Jendra suka sama aku emang fakta tapi aku nggak suka sama dia dalam artian hubungan cinta."

Thomas tak merespon.

"Thom, c'mon. Ini kamu lagi cemburu?"

"Liat ini," Thomas menyodorkan amplop coklat berisi beberapa foto. Fotoku dan Jendra pagi ini.

"Sekarang aku tanya sama kamu, kamu hilang percaya ke aku?" Aku tak percaya Thomss menuduhku seperti itu. "Dengerin..." Aku memposisikan duduk diatas paha Thomas dan dia bersandar di headboard kasur. "... Sekalipun aku nggak pernah mau sama dia. Mau dia jungkir balik perhatian sama aku, dihati aku tetep kamu. Kalau enggak, ngapain aku capek balik kesini, mikirin kamu sama anak-anak. Hidup enak aja aku di Amerika sama dia. Tapi, aku milih balik. Buat kamu, buat anak-anak bahkan buat cucu kita."

[REVISI] 'Rumah' Yang Sebenarnya 'Rumah' 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang