16. New Peaceful Life Story

19 2 0
                                    

Billy bekutat dengan motor lama. Ia masih menyimpan motor peninggalan ayahnya. Terkadang ia pakai untuk ke tempat yang dekat dengan rumah.

"Le, pacarmu piye?" Tanya Ibu Billy padanya.

"Ya nggak gimana-gimana, Bu. Belum jadian juga."

"Nyapo?"

"Bu, Billy bingung."

"Bingung opo toh? Wong tinggal nembak kalau suka. Ya kalau ndak diterima ojo sedih. Tapi, kalau diterima, bawa kerumah. Ibu pingin tau. Koyoke kok cantik."

"Haha. Mengko yo bu. Doain aja."

"Penting kalau pacaran, jangan aneh-anehi anake uwong loh le. Tanggung jawabe gedih."

"Nggeh kanjeng ratu."

"Yowes. Ndang diberesin iki perkakasmu. Wes bengi."

Billy menurut kepada ibunya. Ibunya berasal dari Jawa. Asli Surabaya. Menikah dengan bapaknya orang Jakarta. Jadinya mereka tinggal di Jakarta. Jaemin orang yang sangat menurut dengan orang tuanya.

Setelah mandi dan berpakaian, ia merebahkan tubuhnya ke ranjang. Melihat twitter, tak ada yang asyik.

"Gia ngapain ya?" Gumamnya sendiri.

"Gia ngapain ya?" Gumamnya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

Aldo dan keluarganya datang dengan harapan Gia masih mau memaafkan Aldo dan menjalin hubungan kembali. Mengingat Pak Chandra—papanya Aldo—dan Thomas adalah partner bisnis.

"Pertama-tama saya ingin meminta maaf atas segala kesalahan anak saya yang telah berbuat hal yang tidak-tidak ke Gia. Saya merasa gagal menjadi orang tua, Pak." Kata Pak Chandra.

"Saya dan istri saya sudah memaafkan Aldo pak. Mungkin Gia juga sudah." Ucap Thomas.

"Kalau boleh tau, Gia kemana, Om?" Tanya Aldo.

"Gia lagi dikamar sama Mommynya."

"Saya boleh ketemu dia?"

"Boleh. Lo boleh ketemu gue." Suara Gia menginterupsi pembicaraan Thomas dan Aldo.

Aldo  beranjak dari duduknya dan bergegas mengikuti Gia. Aku duduk di samping Thomas sekarang.

"Pak Chandra tenang saja. Kejadian Aldo ini tidak akan memutus bisnis kita. Saya masih sadar bahwa ini masalah pribadi keluarga kita. Bisnis ya urusan lain."

"Saya lega mendengarnya, Pak. Saya sangat sayang jika harus berpisah dengan perusahaan bapak. Perusahaan bapaklah yang membuat bisnis saya semakin maju dan berkembang. Terimakasih Pak Thomas."

Aku juga merasa lega. Thomas sangat bijaksana menyikapi persoalan ini.

"Grandma, bantuin Deva dong." Aku menoleh kearah Devara yang memanggilku.

"Saya tinggal ya Pak Chandra dan Ibu." Pamitku pada orang tua Aldo. "Bentar ya sayang."

"Silahkan, Bu."

[REVISI] 'Rumah' Yang Sebenarnya 'Rumah' 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang