13. Wounds and Trauma

23 2 0
                                    

Angga tengah mempersiapkan pemotretan untuk hari ini. Tidak ada yang special. Pagi ini dia sarapan dengan keluarga kecilnya dan harus mengantar Ryuka pergi ke sekolah.

"Mas, bisa bicara sebentar?" Adelia mencegah Angga untuk melangkah pergi.

"Cantiknya Papa masuk mobil dulu ya. Papa mau ngobrol sama Mama,"

"Iya, Pa."

Angga mendengus lelah. "Kenapa?"

"Tolong, untuk kali ini aja. Jangan ada foto-foto lagi sama perempuan. Cukup kemarin, Mas. Itu terlalu berlebihan buat aku."

"Ngebahas ini lagi? Del, aku kan udah bilang berkali-kali, ini salah satu bentuk dalemnya kerjaan aku. Aku yang minta tolong ke kamu buat ngertiin aku. Nggak usah mikir macem-macem."

"Iya tapi hargai juga perasaan aku, Mas."

"Masih pagi. Ryuka bisa telat sekolah. Aku nggak akan pulang malem ini karena langsung ke Bandung. Nanti Ryuka pulang sama Axel."

"Tapi... Mas..."

Angga meninggalkan Adelia tanpa perlu banyak bicara lagi.

"Kenapa sih, Pa? Bertengkar mulu," Ryuka bertanya penuh penasaran tapi di abaikan oleh Angga yang sudah fokus dengan kemudinya.

•••••

Sesampainya di sekolah, Axel dan Gerald menghampiri Ryuka. Mereka bertiga satu sekolah karena dekat dengan rumah mereka. Sedangkan Gavin dan Aidan lebih memilih sekolah internasional daripada sekolah biasa seperti yang lain.

"Nanti pulang sama gue ke rumah besar aja mau nggak?" Ajak Axel.

"Yah! gue ikut dong!" Gerald menarik lengan Axel.

"Izin dulu lo," Ucap Axel

"Iya."

"Gimana, La?" Axel melihat Ryuka yang seperti ada beban pikiran.

"Boleh deh. Gue juga males dirumah." Jawab Ryuka.

"Kenapa? Tengkar lagi?"

"Gitu deh."

"Hey kalian bertiga! Ayo masuk kelas!" Tegur seorang guru. Mereka buru-buru masuk kedalam kelas.

•••••

Angga sudah sampai juga di tempat pemotretan. Tema yang Angga ambil kali ini untuk buku majalah tentang pernikahan.

"Waduh, manten lakik dateng nih," Goda salah seorang penata rias. Mbak Nining namanya.

"Apaan sih mbak. Wanda mana?" Angga duduk di salah satu meja rias dan bersiap untuk di rias.

"Wanda lagi ganti gaun. Pakek nih," Mbak Nining menyerahkan tuxedo kepada Angga. Ia terlihat sangat gagah.

"Ganteng banget bocah! Duduk manis. Mau gue poles dikit muka lu."

Ketika Mbak Nining dengan santainya memakaikan make up ke wajah Angga, Wanda datang bak ratu dari kerajaan. Angga sangat terpana dibuatnya.

"Inget istri sama anak, Ngga." Bisik Mbak Nining.

"Iya, Mbak. Baru juga mau seneng bentaran."

"Bakalan seharian ya, Ngga. Mana ada bentaran."

"Hahaha... Santai loh, Mbak."

Pemotretan berjalan setengah jalan, Venly datang dengan Tere. Kebetulan Venly juga mengambil job ini.

"Bang!" Sapa Venly.

"Oi," Balas Angga.

"Lo tau nggak, Istri lo dari pagi telpon istri gue mulu. Overthinking mereka nih udah aneh menurut gue. Capek jelasin terus, capek bertengkar terus." Cerita Venly.

[REVISI] 'Rumah' Yang Sebenarnya 'Rumah' 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang