part 2

35 3 0
                                    

Raka tidak nyata dan menakutkan
Orang di dalam kelas berhak membencinya karena Raka tidak nyata.

Flashback 5 tahun yang lalu

"Pak saya mohon, boleh ya pak saya ikut olahraga." Ucap Raka.

"Tidak! Ini sudah yang ke sekian kali kamu tidak membawa baju olahraga." Jawab pak Rio.

Beliau adalah guru olahraga.

"Sekarang sebagai hukumannya kamu lari mengitari lapangan hingga 20 putaran." Perintah pak Rio.

Raka hanya mengangguk pelan karena ia sudah sangat sering melanggar aturan.

Raka pun mulai mengitari lapangan hingga selesai.

"Pak, saya sudah selesai." Ucap Raka.

"Ya sudah kalau begitu sekarang kamu bantu bersih-bersih toilet." Sahut pak Rio.

"Baik pak."

Di saat yang bersamaan Raka merasa ada yang tidak beres dengan penyangga tiang basket itu.

"Awas pak!." Jerit Raka

Seketika suasana menjadi hening dan darah hangat keluar dari kepala bagian belakang Raka, lapangan di penuhi oleh warna merah.

Jantungku seakan berhenti saat melihat Raka tak berdaya tersungkur di lapangan dengan beberapa luka yang di deritanya.

"Astaghfirullah, pak tolong bantu saya angkat Raka ya." Ucapku seraya mengendong Raka dengan tergepoh gepoh.

Rumah sakit

" Pak tolong anak murid saya." Ujarku.

"Baik pak! Bapak tunggu di sini dulu." Sahut suster seraya menutup pintu UGD.

Suasana menjadi hari biru serta cemas menghantui setiap orang yang mengantarkan Raka ke rumah sakit.

Sedangkan Dokter dan tenaga medis lainnya sedang berusaha menangani kondisi Raka yg semakin menurun.

Beberapa jam kemudian...

"Dok bagaimana keadaan Raka?!." Tanya ku panik.

"Kondisi Raka masih kritis, Raka banyak kehilangan darah dan benturan di kepalanya membuat ia koma." Ujar dokter.

"Inalillahi, ya Allah, koma pak?!." Ucapku terkejut.

"Pak, butuh berapa banyak kantong darah? Saya siap jadi pendonor darah untuk Raka." Sahut ku.

"Raka butuh sekitar 3 kantong darah, dan golongan darah Raka A-, golongan darah yang sangat langka." Ujar dokter kembali.

"Alhamdulillah pak, saya salah satunya yang mempunyai golongan darah A-. Ambil saja darah saya pak!." Sahutku.

"Baik saya akan periksa dulu ya pak, apakah bapak dalam keadaan sehat atau tidak." Ucap dokter kembali.

Aku hanya mengangguk pelan.

Setelah lama... proses pengambilan darah pun selesai. Alhamdulillah Raka sudah melewati masa kritis nya.

Raka kemudian di pindahkan ke ruang rawat inap.

Belum ada yang diperbolehkan menjenguk Raka untuk saat ini hanya saja dokter mengizinkan Harris untuk masuk kedalam.

Ruang Edelweis 1

Ruangan sangat terasa sepi sekali, hanya terdengar suara dari alat medis yang terus berbunyi untuk menopang hidup Raka.

Sungguh pemandangan yang sangat pilu.

Aku terus mendekati ranjang Raka seraya berkata

"Bapak yakin kamu kuat Raka." Ucapku lembut seraya mengelus rambut nya.

Beberapa saat kemudian ....

"Raka? Kamu mau kemana, bukannya kamu sedang sakit?!." Tanyaku terkejut.

Ketika ditanya seperti itu, Raka lari dengan kencang meninggalkan ruang rawat inap.

"Tunggu!!." Jawabku.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya ikuti kisah selengkapnya ya ...

Bersambung....

Assalamu'alaikum para reders semua 🤗 balik lagi dengan cerita "Aku bukanlah anak indigo" yuk jangan lupa kasih vote dan komen kalian 😍

Salam literasi 🌺







"Aku Bukanlah Anak Indigo" [Harris J]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang