Loteng Berdarah

133 21 9
                                    

Hari ini Harris dan keluarga berencana untuk pindah rumah di lingkungan yg lebih asri tujuannya untuk menghindari kebisingan dari kepadatan kota Jakarta.

Family pov

"Yah. Cari rumah yuk. Tapi yg jauh dari kota Jakarta." Celetuk ibu.

"Iya. Ayah juga mau cari tapi masih bingung lokasi yg bagus dimana?." Tanya ayah.

"Coba cari informasi lewat Google ya!." Tambah Harris.

Tanpa berfikir panjang Harris langsung mencari informasi di google.

Setelah lama mengutak-atik hpnya akhirnya ia pun menemukan rumah lengkap dgn informasi kepemilikan rumah tersebut.

"Ayah. Coba lihat rumah yg ini. Kayaknya cocok nih. Kelihatan rumahnya adem dan jauh lagi dari kebisingan kota Jakarta." Saran Harris.

"Oh ya! Ini saja yah ibu suka. Rumahnya tidak terlalu kuno. Dan terlihat sangat asri." Senang ibu.

"Hore! Akhirnya kita pindah ke rumah yg lebih besar dan kelihatan nya nyaman." Seru Alya.
.
.
.
.
.
.
Beberapa Minggu kemudian...

Author pov

Akhirnya keluarga Jung memutuskan untuk membeli rumah itu. Dan telah bersiap untuk menempati nya.

Kondisi rumah tersebut berbeda dgn yg ada di gambar. Malah lebih bagus, indah dan besar.

"Pak! Ini kuncinya ya. Maaf saya tinggal dulu." Tambah penjaga rumah itu.

"Iya pak! Terima kasih." Jawab ayah harris.

"Horeee! Rumahnya bagus banget, gede dan asri lagi." Tambah Meya dan Alya serempak.

Author pov

"Kok. Hawanya gak enak ya." Bisik Harris dlm hati.

"Ayo cepat masuk kedalam. udara nya mulai dingin." Seru ayah seraya membuka pintu.

Semua mengangguk pelan.

Terlihat suasana di dlm rumah sangat kosong dgn kain putih yg menutupi perabotan rumah dan udara yg bercampur dengan debu membuat nafas sedikit sesak.

"Uhuk,uhuk,uhuk." Suara yusha terbatuk².

"Napa lu bang? Bengek ya." Celoteh harris.

"Apaan sih. Gak kok udaranya aja yg kotor. Buat jadi sesak nafas." Tambah yusha.

"Oh." Jawab Harris ber-oh.

Harris pov

Harris memperhatikan seluruh isi ruangan mulai dari sudut-sudut ruangan hingga bagian celah-celah tanpa terlewat sedikitpun.

"Suasana disini cukup mencekam. Bau amis tercium dimana-mana." Gumam ku dlm hati.

Tiba-tiba ada yg menepuk pundak harris dari arah belakang.

"Kak! Lu knp? Kok bengong melulu." Tanya maman.

Pertanyaan Maman berhasil membuat lamunan Harris terpecah.

"Oh gpp kok. Cuma agak sedikit aneh aja." Seru Harris.

"Aneh knp? Jgn bilang lu abis ngeliat setan lagi." Sambung Maman sedikit ketakutan.

"Blm kok. Baru hawanya saja 😂." Ledek Harris.

"Ealaah. Punya kakak kok hobinya cari setann melulu. Capek deh." Lanjut Maman seraya meninggalkan  Harris.

Just info: mungkin Maman ketakutan saat Harris bilang seperti itu. Jadinya dia meninggalkan nya😂.

****Saat malam tiba****

Alya pov

"Hoammm. Ngantuk banget nih. Si mey mana ya? Kok dari tadi gak kelihatan." Tanya Alya kepada diri sendiri.

"Mey? Km dimana? Kita tidur yuk sudah larut nih. Dingin juga pula." Teriak Alya memanggil Meya. Dan meninggalkan kamar tidur.

Terlihat Meya yg sedang duduk di atas loteng. Ia terlihat tidak seperti biasanya. Ia terlihat sangat murung dgn wajah yg sedikit pucat.

"Mey! Km ngapain disitu. Ayo cepat turun sudah larut. Kalau kesana lebih baik esok pagi saja." Teriak Alya membangunkan semua orang.

"Ada apa Al!. Dimana Meya?." Tanya ayah panik.

"Di atas yah!." Jawab Alya seraya menunjuk ke arah atas loteng.

"Dimana? Tidak ada siapa-siapa. Km jgn mengarang." Tambah ayah.

"Benar yah. Tadi Al lihat Meya disana." Yakin Alya.

Maman yg penasaran kemudian menyusul Meya ke atas tak sempat melangkah kan kaki ke tangga. Terlihat jejak kaki berdarah berwarna merah pekat seperti cat tetapi tidak berbau amis atau pun sebaliknya.

"Astaghfirullahaladzim!." Teriak Maman.

"Ada apa man?." Tanya ibu.

"Ada jejak kaki berdarah Bu. Di tangga." Sambung Maman.

"Biar Harris cek Bu!." Seru Harris.

Ibu mengangguk pelan.

"Emmm. Bau amis banget!." Jawab Harris seperti ingin muntah.

"Bau dari mana kak?. Gak sama sekali tercium bau amis disini." Tanya maman heran.

"Lu gak tau man! Ini darah bukan cat. Tapi sudah membeku." Jelas Harris.

"Ihhh. Jijik." Jawab Maman bergidik ngeri."

Tiba-tiba ada suara anak kecil seperti suara Meya datang dari arah belakang.

"Eh! Ada apa? Kok semuanya bangun?." Tanya Meya heran.

Semua terkejut melihat Meya tiba-tiba ada di belakang.

"Loh. Meya kok ada disini." Jawab Alya heran.

"Aku tadi ke toilet kok! Knp pada disini." Jelas meya.

"Berarti yg tadi siapa dong?." Tanya yusha mulai takut.

"Sudahlah. Ini sudah larut mari kekamar dan beristirahat." Sambung ibu.

Semua msk ke dlm kamar kecuali Harris yg masih penasaran dgn jejak kaki berdarah itu.

Harris pov

"Benar dugaan ku. Rumah ini aneh. Dan mencekam. Pasti ada yg tidak beres." Ucap ku.
.
.
.
.
Pukul 24.00 wib.

Keheningan malam pun mulai terasa. Terdengar suara angin berhembus kencang di sertai suara kelelawar yang asyik berterbangan di sekitar loteng membuat suasana makin mencekam. Buat bulu kuduk berdiri.

*Ngik,ngik,ngik. Suara aneh mulai terdengar.

"Astaghfirullah! Suara apa itu." Ujar Harris dlm hati.

Harris yg penasaran di sertai rasa takut  kemudian menghampiri sumber suara tersebut.

Semakin harris mendekati sumber suara itu. Suaranya semakin kencang dan membuatnya bergidik ngeri.
.
.
.
.
.
.
.
Sesampainya di sumber suara itu Harris pun terkejut. Kira² Harris melihat apa hayo?😂.

Ternyata Harris melihat jendela yg masih setengah terbuka yg di terpa oleh angin yg telah membuat suara mengerikan itu.

"Ya Allah. Hanya jendela yg blm tertutup. Aku kira siapa." Jawab Harris seraya menutup jendela dgn rapat. Dan kembali ke kamarnya.

Bersambung....
Hola 🙃 para readers Dita balik lagi nih bawa cerita yg lumayan bikin bulu kuduk berdiri. Dita juga bawa teman loh..

Kenalin nih 👉👉 Fitri Amalia dan Shintiara ayu Safitri. Mereka yg arahin jadi Dita tinggal ketik.

Jgn lupa vometnya nya ya❤.

Hargai sedikit perjuangan ku ya🙏 makasih

Love youuuuuu all 🙏❤

-salam literasi 💕👻-

"Aku Bukanlah Anak Indigo" [Harris J]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang