Chapter 4

25 1 0
                                    

Jarum jam di dinding berhenti tepat di angka lima dan dua belas. Runa menyempatkan diri untuk meneguk segelas air putih terlebih dahulu sebelum ia pergi untuk lari pagi, Ia tak kuat jika harus terus-terusan berada di asrama tanpa melakukan hal yang bermanfaat apalagi di waktu libur seperti ini.

Segera setelah ia mengencangkan tali sepatunya ia kemudian bergegas untuk pergi namun, belum sempat ia menyentuh knop pintu hp nya tiba-tiba saja berdering.

"Siapa sih yang nelpon pagi-pagi gini" ia buru-buru mengeceknya.

Di layar utama menampakkan nama si penelpon 'Rekan dagang' Runa sendiri tak menjawab panggilan tersebut dan langsung mematikan panggilannya.

***

Runa sudah berlari mengelilingi lapangan sekolah sebanyak tujuh kali putaran. Ia memutuskan untuk berhenti sejenak dan beristirahat di bangku panjang yang tak jauh dari lapangan.

"Duh capek banget"  ujarnya sembari mengelap keringat menggunakan sapu tangan yang ia bawa. Runa kemudian mengeluarkan botol air mineral dari dalam tas olahraganya dan segera meminumnya. Saat hendak membuang botol tersebut ketempat sampah yang ada ia tanpa sengaja melihat dua murid yang begitu familiar. Yang ia maksud adalah tiffani dan elsa, keduanya berjalan beriringan memasuki gedung utama.

"Loh itu kan kak elsa sama kak tiffani, tapi kok mereka keliatan akrab banget sih" pikirnya lantaran elsa dan tiffani berjalan beriringan dengan ditemani canda dan tawa.

"Aku pikir mereka musuhan" runa merasa ada yang aneh.

Tin! Pemikirannya seketika buyar saat mendengar bunyi notif pesan.

Rekan dagang : Retas salah satu komputer yang ada di ruang klub jurnalistik.

Wajah runa mendadak berubah seusai membaca pesan tersebut. Ia pun buru-buru pergi menuju ruang klub jurnalistik.

Setibanya di sana runa tak bisa langsung masuk begitu saja lantaran pintunya terkunci, tapi ia tak menyerah di tengah jalan karena ia punya rencana agar bisa masuk ke ruangan itu. Ia kemudian melepaskan jepit rambutnya lalu mulai memasukkan jepit tersebut ke lubang kunci dan hanya butuh beberapa detik saja pintu sudah bisa dibuka. Setelah berhasil masuk runa langsung pergi meretas salah satu komputer yang ada di sana.

Sangat mudah baginya untuk meretas perangkat komputer tersebut, ia lalu mulai melakukan pencarian terkait organisasi RED TAIL.

"Kenapa gak ada informasi tentang organisasi red tail di sini bahkan artikel yang ngebahas mengenai ledakan bom yang terjadi satu tahun lalu juga gak ada" runa menggigit kuku jarinya. Ia lalu memutar otak dan mulai mencari sesuatu di ruang penyimpanan.

"Pasti ada sesuatu di sini" terkanya.

Ruangan tersebut penuh dengan rak-rak berisi artikel dan koran sekolah hasil cetakan klub jurnalis yang telah dikelompokkan berdasarkan tahun pembuatannya. Runa kemudian mulai mencari di bagian tahun 2021, tapi tetap saja ia tidak menemukan apapun.

"Aneh kenapa gak ada satupun artikel yang ngebahas tentang ledakan bom itu" ucapnya sedikit bingung.

"Apa jangan-jangan semua artikel yang berhubungan sama anggota red tail udah dihancurin ya" pikirnya

Ia kemudian bangkit dan berjalan menuju lemari besar yang letaknya di pojok ruangan. Ketika runa membuka lemari tersebut ia menemukan sebuah poster di sana namun, sayangnya poster itu dipenuhi dengan banyak coretan.

THE RED TAIL  II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang