Chapter 11

20 2 0
                                    

Tok! Tok! Tok! Dira terbangun karena mendengar suara ketukan. Ia kemudian turun dari tempat tidur lalu pergi membukakan pintu namun, saat pintu dibuka ia tak melihat siapapun di sana.

"Aneh kenapa gak ada siapa-siapa" herannya.

"Padahal tadi aku jelas-jelas dengar ada yang ngetuk pintu" dira menggigit kuku jarinya.

"Apa cuma perasaanku aja" pikirnya.

"Ah! udahlah biarin aja mending aku lanjut tidur" ketika ia hendak menutup pintu ekor matanya menangkap sesuatu yang aneh, ia melihat amplop coklat besar tergeletak begitu saja di samping kesetnya. Dira lalu mengambil amplop tersebut dan membawanya masuk ke dalam.

***

Runa sejak tadi melamun, ia seperti sedang memikirkan sesuatu. Hal itulah yang membuat jane jadi bertanya-tanya.

"Dari tadi kamu lagi mikirin apa sih, ada masalah yah?" tanya jane.

"Owh, bukan apa-apa kok lagian yang gue pikirin sekarang gak penting-penting amat" runa berbohong pada jane.

"Owh, iya lisa mana? kenapa dari tadi dia gak keliatan" tanya runa kemudian.

"Dia lagi sakit jadi sekarang dia lagi istirahat di asrama" jawab jane jujur.

"Tadi ify juga bilang kalau dia lagi gak enak badan dan pengen istirahat asrama aja seharian. Aneh kenapa mereka bisa barengan gitu sakitnya" runa bergumam pelan.

"Jangan-jangan mereka punya tugas rahasia" duganya. Ia lalu teringat dengan percakapan antara ify dan lisa di whatsapp.

"Gue ingat mereka sempat ngebahas rumah sakit mentari. Apa jangan-jangan arti dari hari yang cerah dan melihat matahari itu maksudnya rumah sakit mentari? Terus garis hitam di kertas putih apa?" Runa memutar otaknya mencoba mencari jawaban dari pertanyaannya.

"Barcode! Ya pasti itu maksudnya" runa akhirnya bisa memecahkan jawaban dari pertanyaan.

"Tapi kenapa mereka butuh barcode" runa mengerutkan keningnya, "Memang barcodenya mau dipakai untuk apa" pertanyaan baru muncul di benak runa. Ia kemudian mengambil tasnya lalu bergegas pergi meninggalkan jane.

***

Tiffani berjalan memasuki ruangan kepala sekolah atau lebih tepatnya ruangan milik bu niar.

"Hai" sapa tiffani.

"Gue pikir lo masih dinas di luar kota ternyata udah balik" tiffani memcoba basa-basi.

Bu niar mengerutkan keningnya."Apa sebenarnya tujuanmu datang  ke sini?" tanya bu niar heran.

"Ck,kalau gak ada urusan gue juga malas ketemu  lo"  Tiffani tersenyum sinis. Ia kemudian mendekat ke arah bu niar lalu mengeluarkan toples kecil berisi obat pil di dalamnya.

"Ini obat penawar yang lo minta dan obat ini udah melewati tahapan uji coba fase 1, 2 dan 3 jadi aman untuk dikonsumsi" tiffani menghentakkan toplesnya ke meja.

Bu niar lantas tertawa, tapi bukan tawa bahagia melainkan tawa mengejek. "Tahapan uji coba" Ulang bu niar masih tertawa.

"Apanya yang lucu sih" tiffani jadi kesal.

"Memangnya kamu melakukan tahapan uji coba obat ini ke siapa? Anggota klub al-kimia atau ke teman-temanmu" bu niar sengaja membuat tiffani makin kesal.

"It's none of your business!" Dengus tiffani, ia kemudian pergi dari ruangan bu niar dengan perasaan marah sementara itu bu niar tampak puas melihat reaksi gadis itu.

THE RED TAIL  II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang