Chapter 23

18 2 0
                                    

Uhuk! Uhuk! Ify terbangun dari  tidurnya akibat suara batuk seseorang. Ketika ia membuka mata, yang pertama kali ia lihat adalah Runa. Gadis itu tengah meneguk sebotol air mineral.

"Runa" ujarnya masih setengah tersadar. Ia lalu mencoba memperbaiki posisi duduknya yang tadinya bersandar menjadi posisi duduk tegak.

"T-tunggu kenapa kita bisa ada di mobil" heran Ify saat menyadari di mana ia dan kawan-kawan berada saat ini.

"Bersihin dulu muka lo" Runa menyodorkan tisu kepada Ify.

Ify yang merasa bingung lantas menoleh ke samping atau lebih tepatnya ke kaca jendela mobil. Ia melihat wajahnya yang dipenuhi dengan noda hitam dan tak hanya itu saja, di tangan serta lehernya pun terdapat noda yang sama.

"Sial! Ini pasti karena asap dari api kem...." dan seperti tersadar dengan ucapannya barusan, Ify lantas buru-buru menengok ke arah Runa yang arah pandangnya saat ini fokus menatap ke depan. Setelahnya ia beralih melihat temannya satu persatu.

"Semuanya ada di sini kecuali"

"Rehan kan" potong runa cepat.

"Kenapa kita bisa ada di sini?" Tanya Ify. Runa lantas menggeleng, "Gue gak tau karena sewaktu gue sadar kita semua udah ada di sini" jawab Runa jujur.

Ify mengacak-acak rambutnya frustasi setelahnya, ia mencoba menyadarkan satu persatu temannya. "Aila! Ayo bangun!" Ify mencoba membangunkan Aila sembari menguncang-guncangkan tubuh gadis itu dan Runa juga melakukan hal yang sama kepada Lisa dan Angga yang duduk di kursi depan.

Mereka bertiga akhirnya terbangun dan mengeluh mengenai kepalanya yang terasa sakit. "Auh! sakit banget nih kepala gue" keluh Aila.

"Ini kenapa kita bisa tiba-tiba ada di dalam mobil" tanya Angga.

"Eh, Run! minta air dong" pinta Lisa. Runa kemudian dengan senang hati memberikan air kepada Lisa lalu menjawab pertanyaan Angga yang tadi sempat terabaikan.

"I don't know" balas Runa dengan gidikan bahu.

"Bukannya kemarin kita terjebak di dalam rumah Rehan ya" ingat Aila.

"Lebih tepatnya hampir mati" ralat Angga cepat.

"Aduh gue kok ngerasa sesak nafas sih" kata Lisa sembari memegangi dadanya.

"Gue rasa ini karena kita ngehisap gas beracun kemarin" sahut Aila.

"Mending kita balik aja sekarang" Angga langsung menyalakan mesin mobilnya.

"Terus Rehan gimana? Kita gak tau apa dia selamat atau masih terjebak di antara api dan gas beracun itu" ujar Ify.

"Masa bodoh dengan orang itu! Sekarang ini keinginan gue cuma satu, pulang ke asrama dengan selamat dan kalaupun kalian berempat masih pengen balik ke rumah itu untuk nyari si Rehan, maka gue gak mau melibatkan diri!" pertegas Angga.

"Gue setuju! Lagian sia-sia aja kalau kita balik lagi ke sana, secara gitu kejadiannya kan terjadi tadi malam dan jika seandainya Rehan memang masih terjebak di sana, maka bisa dipastikan kalau dia udah berubah jadi abu" ujar Runa tanpa belas kasih.

"Bisa gak sih jaga omongan sedikit? Karena sama aja lo kayak nyumpahin dia meninggal" Aila menasehati.

"Terserah!" Balas Runa agak kesal.

"Jadi udah diputuskan kalau kita balik ke asrama hari ini juga" Angga langsung tancap gas. Sementara Ify yang posisi duduknya berada di dekat jendela hanya bisa melihat kepulan asap tipis yang ia yakini berasal dari rumah Rehan yang mungkin sudah hangus terbakar.

***

Linda berjalan memasuki ruang belajar suaminya sembari membawa nampan berisi jus dan kue kering. Ia kemudian meletakkan nampan tersebut di atas meja setelahnya, ia mengarah ke lemari tua yang posisinya berada di sudut ruangan.

THE RED TAIL  II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang