Chapter 26

23 2 0
                                    

Elsa memperhatikan Ruth mulai dari rambut hingga ujung kaki. Ia merasa penampilan Ruth saat ini sangatlah berbeda mulai dari gaya berpakaiannya hingga model rambutnya yang kini tampak lebih pendek dan dikeriting sebagian.

"Benar-benar bukan Ruth yang dulu" Elsa membatin.

"Jadi selama ini lo ada di mana?" tanya Elsa membuka percakapan.

Ruth diam sejenak sementara yang lain menunggu jawaban darinya.
"Aku sembunyi dari bu Niar untuk menghindari bahaya"

"Maksudnya menghindari bahaya?" Satu alis Dira tertaut sempurna.

"Kalian ingat kan sama peristiwa ledakan bom yang terjadi satu tahun lalu" Ruth kembali mengingatkan mereka akan peristiwa kelam tersebut.

"Udah pasti kami ingat dan gak mungkin kami lupa sama kejadian itu" kata Tiffani sedikit bersalah.

"Gue berhasil selamat dari ledakan bom itu berkat Amanda, tapi sayangnya malah Amanda yang justru jadi korbannya" Ruth agak prihatin begitupun dengan Aila.

"Gue emang selamat, tapi luka gue juga cukup parah dan bu Niar gak mau menyia-nyiakan kesempatan itu untuk nyingkirin gue lagi. Gue koma selama dua bulan dan gue baru sadar setelahnya, dan dari situ gue mulai tau tentang apa aja yang udah bu Niar perbuat ke kalian. Gue gak mau berdiam diri aja dan mutusin untuk kabur barulah setelah itu gue langsung menghubungi kalian" jelas Ruth panjang lebar.

"Dan dari situ kami akhirnya tau kalau kak Ruth ternyata masih hidup" Ify menimpali.

"Dari situ juga aku tau kalau kak Ruth ternyata nyelamatin kak Amanda dan ngasih perawatan terbaik ke dia" Aila sangat berterima kasih.

"Bu Niar emang cerdas ya, pantas aja waktu itu mayat kak Ruth gak ditemuin" Lisa melipat tangan di dada.

Elsa memutar bola matanya malas, "Oke, sebelumnya kita udah pernah dengar cerita ini dari Ruth jadi gak usah dibahas lagi" pinta Elsa dengan sangat.

"Dan sekarang gue cuma mau tau satu hal aja. Di mana lo selama ini jadi please langsung aja keintinya, oke" Elsa menyandarkan punggungnya ke kursi.

"Oke gue bakal ngasih tau di mana gue selama ini. Seperti yang gue bilang tadi, selama ini gue sembunyi dari bu Niar dan alasannya simpel karena gue gak mau mati" terang Ruth.

"Jujur aja gue hampir mati di tangan bu Niar tiga kali" ucapan Ruth barusan sontak membuat yang lainnya terkejut.

"Tiga kali lo bilang?" Tiffani nampaknya tak percaya.

"Iya tiga kali!" Ruth memperjelas.

"Percobaan pertama ketika dia dengan sengaja membuat murid-murid angkatan ke-12 celaka karena x-pirad 028. Selama gue gak sadar di rumah sakit dia terus menyuntikkan obat aneh ke infus gue, makanya gue gak bisa bangun waktu itu dan belakangan gue baru tau kalau obat itu ternyata bisa membunuh orang secara perlahan. Lalu percobaan yang kedua saat peristiwa ledakan bom itu, tapi sayang usahanya itu gagal" jelas Ruth panjang lebar sembari menopang dagu.

"Dan percobaan yang ketiga?" Tanya Dira kemudian.

"Setelah ledakan bom waktu itu. Bu Niar bawa gue pergi dan ngebuat gue koma selama dua bulan. Untungnya saat itu ada anak buah papa yang nyamar jadi perawat makanya gue bisa selamat dan berhasil kabur dari sana" jelasnya.

"Papa gue bilang bu Niar gak akan berhenti sebelum rencananya berhasil, jadi papa nyuruh gue pakai identitas baru" Ruth menambahkan. Ia lalu mengeluarkan kartu tanda pengenalnya dengan nama yang tertera di sana---Safira Ana.

"Gak cuma KTP dan akta kelahiran aja yang dipalsukan, tapi juga latar belakang kehidupan gue dan alasannya cuma satu, supaya bu Niar gak bisa ngelacak di mana keberadaan gue. Setelah identitas gue resmi diganti jadi mau gak mau gue harus bisa hidup mandiri tanpa bantuan papa" ungkapnya.

THE RED TAIL  II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang