Chapter 13

15 2 0
                                    

Masih tak ada pembicaraan di antara keduanya seakan-akan ada tembok penghalang besar yang saat ini sedang menghalangi mereka untuk berbicara satu sama lain. Menyadari kalau yang mereka lakukan ini tidak ada gunanya membuat tiffani mau tak mau mencoba mencari topik pembicaraan.
"Kabar ruth gimana? Gue yakin kalau kalian berdua pasti lebih tau tentang keadaannya"

"Maksudnya" Elsa mengerutkan keningnya.

"Kalian bertiga kan sahabat jadi gue rasa ruth pasti sering ngabarin kalian" ucap tiffani hati-hati.

Elsa mendengus "Lebih tepatnya kita bertujuh" elsa segera meralat ucapan tifanni.

"Meskipun bertujuh tetap aja gue selalu ngerasa sendiri seolah-olah gue ini tuh cuma orang buangan" tiffani tersenyum kecut.

Elsa menyipitkan matanya. "Kenapa lo bisa mikir gitu? Lagian yah ruth itu orangnya gak bisa ditebak dan selalu bertindak sesuai kemauannya jadi dia juga bakal ngasih kabar sesuai dengan moodnya" ungkap elsa.

"Tapi dia gak bertanggung jawab! Dia pergi dan ninggalin semua kerja kerasnya di sini kemudian membebankan semua ideologi serta impiannya ke kita semua. Parahnya lagi kita gak bisa tuh komplen ke dia secara gitu dia kan the real leader" tiffani tersenyum miring.

Elsa tertawa mendengar penuturan tiffani. "Gue aja lupa kapan terakhir kali ngelawan perintah leader kita"

"Dira emang jadi leader sekarang, tapi tetap aja ruth is the real leader" tiffani menambahkan.

Tin! Keduanya lantas terdiam saat mendapatkan notifikasi pesan dari nomor runa.

Runa: Kumpul di markas RED TAIL sekarang!

"Pesan dari runa juga kan?" Tiffani mencoba memastikan dan elsa mengangguk.

"Ngapain sih dia nyuruh kita ngumpul di sini" ujar elsa sebal.

"I don't know" balas tiffani seadanya.

"Malas banget harus ketemu dia lagi!" Geramnya.

"Udah ah! Mending gue balik ke kelas aja" putusnya. Saat elsa bangkit dari kursinya anting yang ia kenakan tiba-tiba saja terlepas.

"Sial!" Umpatnya. Ia lalu memeriksa ke bawah meja untuk mencari antingnya namun, tanpa disengaja ia malah menemukan benda mencurigakan tertempel di bagian bawah meja.

"Ini apaan?" Pikirnya. Lantas saat dilihat lebih teliti lagi barulah ia menyadari jika benda tersebut adalah alat penyadap. Dengan sigap elsa langsung berdiri dan hendak memberitahukan temuannya pada tiffani namun, ia tak mendapatkan kesempatan karena perhatian tiffani langsung teralihkan oleh kedatangan aila, ify serta lisa.

"Kalian datang ke sini karena pesan dari runa juga" tiffani mencoba memastikan dan ketiganya mengangguk.

"Ini ada apa yah kenapa runa tiba-tiba ngumpulin kita di sini" Tanya dira yang baru datang.

"Kami juga gak tahu kak" jawab ify jujur.

Tap! tap! tap! Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki seseorang menuruni anak tangga. Semua mata lantas tertuju ke arah tangga dan menemukan runa di sana tengah menapaki satu persatu anak tangga dengan senyum yang dibuat-buat.

"Mau lo apa sih kenapa mesti ngumpulin kita semua di sini" Tanya dira to the point.

"Pasti dia punya rencana" lisa menyakini pemikirannya itu.

Runa hanya memutar kedua bola matanya malas sembari berjalan mendekati mereka dengan tangan yang terlipat di dada. "Kalian itu harusnya sopan sedikit dong sama calon leader kalian yang baru" runa tersenyum smirk.

THE RED TAIL  II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang