BAB 4

856 44 2
                                    

Jeno menyisir rambutnya keatas setelah memakaikan minyak rambut di depan cermin, sambil mengeluarkan senandung lagu yang siapa saja mendengar akan menabok kepalanya.

"Baby don't kerayy tonight eodumi geochigo namyeon"

"Baby don't kerayy tonight eobseotdeon iri doel geoya aaa" nyanyinya dengan tangan yang masih menata rambutnya. Sambil masih bergumam mengikuti irama lagu yang diputar di hpnya, tiba-tiba tergantikan oleh deringan telpon yang membuatnya melirik kearah hpnya.

Disana tertera nama Cilla, dengan segera dia meraih dan mengangkat hp nya.

"Halo, Jeno kamu kok lama baget sih datang nya, katanya mau ngajakin aku ke mall?!" ucap suara disebrang sana.

"Iya-iya sabar yang ini aku udah mau berangkat kok" balas Jeno sabar.

"Yaudah cepatan! Aku tunggu di depan rumah aku. Kalau gitu aku tutup dulu, bye!" ucap pacar Jeno judes dan menutup sambungan telponnya. Jeno hanya bisa mengusap dadanya sabar.

"Huh, gini amat punya pacar galak," gumamnya.

"Kayak nya gue musti putusin pacar-pacar gue deh, mungkin ini saatnya gue jadi pria sejati, gue capek jadi playboy mulu--dikejar-kejar cewek, diteror cewek, hah.. sampe-sampe ditampar cewek" keluhnya menghela napas seraya mengusap pipinya.

"Yaudahlah, mau gimana lagi kalau emang gue nya yang terlahir terlanjur ganteng--ya gue bisa apa" puji nya sendiri kepada dirinya dengan mengedikkan bahu. Jeno kemudian berbalik dan melangkah keluar kamar untuk menjemput pacarnya yang ke-20 itu.

Saat ingin melewati ruang keluarga, Maminya tiba-tiba memanggilnya yang sedang duduk disofa menonton tv.

"Eh, Jejen mau kemana kamu malam-malam begini?" tanya Maminya menghentikan langkah Jeno.

"Mau ke kondangan mih, liat pacar nikah ama sahabat" ucap Jeno ngawur. Lantas hal itu tiba-tiba membuat Maminya berdrama dengan menyanyikan lagu armada yang sempat buming.

"Harusnya aku yang disana...Dampingi mu dan bukan dia, harusnya aku yang kau cinta dan bukan diaaa...haruss--"

"Mami apaan sih kayak gitu, alay tau'' ucap Jeno menatap sebal Maminya. Maminya lantas menghentikan nyanyiannya dan menatap kearah Jeno.

"Lah, kan apa yang Mami nyanyiin itu mewakili hati kamu, ditinggal pacar pas sayang-sayang nya, ditikung nikah sama pacar sahabatnya,'' ucap Mami nya yang malah terkesan mengejek. Jeno mencebikkan bibirnya kesal dan berbalik ingin melangkah keluar rumahnya, namun suara Maminya kembali menghentikannya.

"Eh eh eh, kamu beneran pengen pergi ke nikahan sahabat kamu, emang sahabat kamu yang mana yang pengen nikah?" tanya Maminya.

Jeno menghela napas. "Nggak Mih, nggak ada temen Jeno yang pengen nikah. Jeno cuman pengen kerumah Cilla, biasalah jemput pacar" ucapnya membuat Maminya hanya membulatkan bibir.

"Oohh... Mami kirain sahabat kamu ada yang nikah, yaudah kamu pergi nya hati-hati, jangan pulang larut malam dan bawa anak orang harus kamu jaga, oke!" cerocos Maminya menceramahi Jeno. Jeno hanya garuk-garuk kepala, malas.

"Iya, kalau gitu Jeno berangkat dulu" ucap Jeno lalu melangkah keluar rumahnya.

🐊🐊🐊

Jayden, laki-laki yang diusir oleh ayahnya berjalan gontai menyusuri jalanan yang sepi. Angin berhembus kencang membuat bulu kuduknya meremang. Laki-laki itu hanya mengenakan celana training dan kaos hitam polos. Kedua tangannya tak henti-hentinya mengusap kedua lengannya. Kepalanya menoleh kanan kiri berharap ada orang yang akan membantunya, setidaknya sampai dia menemukan tempat untuk dia tinggali.

Transmigrasi JaydenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang