BAB 6

801 42 0
                                    

Jeno mengernyitkan dahinya saat melihat sebuah cahaya yang terlalu menyilaukan mata, cahaya itu seperti sebuah lorong menuju ke dunia lain.

Jeno pun berjalan kearah lorong cahaya itu namun baru beberapa langkah sebuah tangan tiba-tiba memegang pundaknya membuat langkahnya terhenti. Jeno lantas berbalik kebelakang dan melihat siapa yang telah menepuk pundaknya.

Hal pertama yang dia lihat adalah seorang lelaki yang seumuran dengannya terlihat tesenyum lebar.

"Hai, Jeno" sapa laki-laki itu.

"Lo siapa?" tanya Jeno saat laki-laki itu menyapa nya. Laki-laki itu tersenyum.

"Aku Jay" jawab laki-laki itu.

"Jay? Kayak pernah denger" ucap Jeno sambil berpikir.

"Iya, mungkin sekarang kamu emang pernah denger tapi nanti dan seterusnya kamu akan selalu mendengarnya" ucap Laki-laki yang bernama Jay itu.

"Lah, kenapa gue harus selalu denger, emang lo siapa gue?" tanya Jeno tak paham.

"Kita emang bukan siapa-siapa, tapi sekarang dan seterusnya kamu akan menjadi aku" ucap Jay

"Maksudnya apaan sih, nggak paham gue" ucap Jeno menggaruk kepalanya.

Jay tersenyum tipis, "Jiwa kamu akan berada di raga aku" ucap Jay singkat.

Jeno tediam sebentar mencerna apa yang baru ia dengar barusan. "Maksud lo gue bertransmigrasi gitu?!" pekik Jeno. Jay mengangguk seraya tersenyum.

"Gila, gue nggak percaya" ucap Jeno menggeleng-gelengkan kepalanya yang masih syok.

"Ini sudah takdir, dan satu permintaan aku sebelum aku pergi," ucap Jay menjeda ucapannya.

"Aku ingin kamu menyelesaikan masalah aku yang belum terselesaikan" lanjutnya. Jeno tercengang.

"Wah gila, lo mau bebanin semua masalah lo ke gue?! Habis itu tubuh gue giman--"

"Eh woi! woi mau kemana lo?!" teriak Jeno saat Jay perlahan-lahan berjalan melewatinya menuju lorong cahaya itu tanpa mendengarkan ucapannya.

"Woi! Woi! Woi!"
____

"Woi! Woi! Jay bangun lo Jay!"

Jeno langsung terbangun dari pingsannya setelah mendapatkan mimpi yang barusan ia alami. Dia melihat kanan kirinya, disisi kanannya ada wanita yang mengaku sebagai ibunya dan disisi kirinya ada dua remaja yang mengaku sebagai kakaknya.

"Arden adik kamu pingsan bukan tidur! Kamu ini!" tegur Lara menggeleng-gelengkan kepalanya.

Jeno menunduk dan mengatur napasnya, dia masih belum percaya dengan apa yang ia alami.

Bertransmigrasi? Dia tak pernah membayangkan akan mengalami hal itu, selama ini dia hanya sering melihat nya di tv-tv ataupun dicerita fiksi, namun sekarang ia yang mengalami hal itu.

"Lo beneran amnesia Jay?" Jeno langsung mengangkat kepalanya saat Arden bertanya kepadanya.

"Gue...nggak tau" ucap Jeno. Hal itu membuat Arden dan Lena saling melirik, heran dengan sikap Jay, yang adalah Jeno.

"Mana dia tau kalau dia amnesia bego! Pertanyaan lo bodoh banget"

Lara yang tak ingin membuat Jeno menjadi tak nyaman dengan mereka akhirnya mengangkat suara.

"Ah, Jay nggak usah difikirkan ya nak tentang kamu yang amnesia, Mama yakin perlahan-lahan kamu pasti akan mengingat semuanya" ucap Lara meyakinkan. Jeno hanya terdiam menatap Lara dan pada akhirnya ia hanya bisa mengangguk pasrah.
🐊🐊🐊

Seorang gadis berjalan memasuki ruangan gelap nan sunyi. Langkah kakinya terus berjalan memasuki ruangan itu. Terdengar suara decitan kursi kayu yang bergoyang dengan di duduki oleh seseorang di atasnya.

Walau raut wajahnya terlihat gelisah, namun gadis itu mencoba untuk tetap terlihat tenang.

"Lima menit, empat puluh delapan detik, Lo buat gue nunggu!" ucap orang itu dengan nada dingin dan datarnya. Gadis itu hanya bisa menghela napas.

"Maaf" ucap gadis itu. Lelaki itu tersenyum miring, kemudian bangkit dari kursi goyangnya dan melangkah mendekat kearah gadis itu.

"Gue denger dia masih hidup?" tanyanya mengangkat sebelah alisnya.

Gadis itu menelan salivanya takut-takut. "I-iya, dia masih hidup" jawab gadis itu. Laki-laki itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya seperti sudah biasa mendengar apa yang diucapkan oleh gadis di depannya.

Laki-laki itu perlahan berjalan memutari gadis itu dan berhenti disebuah bingkai foto yang terpajang di dinding.

"Udah gue duga sih, dari dulu kan lo emang payah" ucap Laki-laki itu mengejek sembari menatap foto dibingkai itu yang terdapat tiga orang gadis.

Gadis itu hanya bisa menunduk dan meremas ujung bajunya saat dihina seperti itu. Laki-laki itu kemudian kembali berjalan dan duduk dikursi goyangnya.

"Karna lo gagal udah ngebunuh dia, maka sebagai gantinya gimana kalau orang kesayangan lo aja yang kita bunuh?" tanya nya membuat gadis itu mengangkat kepalanya kaget.

Laki-laki itu lantas tertawa melihat reaksi gadis di depannya. "Ahahah santai aja, nggak usah kaget gitu, gue nggak bakal bunuh mereka kok," ucapnya menjeda.

Gadis itu telihat menghela napas lega, namun itu hanya sebentar saat laki-laki itu tersenyum miring dan perlahan berjalan mendekat kearahnya.

"Tapi sebagai gantinya lo yang harus gue hukum" lanjutnya berbisik tepat disebelah teliga gadis itu.

🐊🐊🐊

Jeno telihat bosan memandangi kedua kakaknya yang tengah sibuk bermain ponsel disofa. Sementara dirinya yang hanya tinggal terduduk di brangkar dengan kondisi perut yang sangat lapar.

Melihat kesamping laci kecil di samping brangkarnya yang terdapat bubur di atasnya, bukannya membuatnya ingin memakan tetapi malah ingin muntah rasanya. Bubur hambar yang sudah pernah ia coba tak akan lagi ia makan sekarang.

Jeno ingin memanggil mereka untuk membelikannya makanan, tetapi Jeno lupa siapa nama mereka.

"Ekhem.. Ekhem..!" Jeno pura-pura berdehem agar mereka berbalik, namun mereka malah seolah-olah tak mendengar.

"Uhuk-uhuk!" Jeno kembali berpura-pura batuk tapi mereka hanya melihat sekilas dan kembali sibuk dengan ponselnya.

Jeno menghela napas lelah dan kali ini dia memutuskan untuk bangkit sendiri. Jeno mendorong tiang selang infusnya dan berjalan kearah pintu, namun belum sempat dia membuka pintu suara Arden terlebih dulu menghentikannya.

"Mau kemana lo?" tanya Arden. Jeno berbalik dan melirik kearah mereka berdua dengan tatapan malas.

"Nyari makan" jawab Arden singkat.

"Itu kan makanan lo" ucap Lena menunjuk bubur Jeno. Jeno tersenyum kearah Lena. "Iya, lo aja yang makan, gue eneg soalnya" ucap Jeno dan kemudian langsung keluar dari ruangan.

Lena dan Arden saling melirik, sama-sama heran juga bingung dengan perubahan sikap Jay. Apa orang amnesia sifatnya juga bakal berubah? Pikir mereka.

🐊🐊🐊

Transmigrasi JaydenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang