BAB 5

806 44 2
                                    

3 hari kemudian...

Di dalam ruangan yang bernuansa serba putih disertai peralatan medis yang berada disebelah brangkar tersusun rapi.

Di atas brangkar terdapat seorang pemuda yang terbaring lemah dengan perban yang melilit dahinya. Perlahan demi perlahan mata pemuda itu berkedip-kedip seperti ingin terbuka, mungkin pemuda itu sudah siuman.

Tak lama pintu ruangan terbuka dengan seorang dokter dan satu suster serta wanita yang mungkin ibu dari pemuda itu melangkah masuk kedalam ruangan.

"Dokter, pasien sudah siuman!" ucap suster itu saat melihat pemuda yang berada diatas brangkar membuka matanya. Ibu dari pemuda itu langsung berjalan dengan tergesa-gesa kearah anak nya, Dokter itu pun juga sama.

Pemuda itu sudah membuka matanya, dan yang pertama dia lihat adalah langit-langit ruangan dengan tiga orang yang berdiri disamping brangkarnya. Pemuda itu tampak lemas, dan juga kebingungan.

"Jay, kamu sudah bangun sayang" ucap wanita itu menyebut nama anaknya. Laki-laki itu tampak mengernyitkan dahinya, bingung. Saat ia hendak bergerak tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan berkunang-kunang membuatnya meringis kesakitan.

"Akh" rintah pemuda itu memegangi kepalanya. Ibu dari pemuda itu langsung memegang lengan anaknya khwatir.

"Jay, jangan banyak gerak dulu nak" ucap wanita itu cemas.

"Ibu tenang dulu, sebaiknya ibu keluar dan biarkan saya memeriksa kondisi pasien" ucap dokter itu.

"Tapi dok anak saya--"

"Ibu keluar dulu ya, biarkan dokter memeriksa kondisi anak ibu" ucap suster itu dan mendorong pelan ibu pemuda yang terbaring di atas brangkar itu untuk keluar.

Setelah ibu pemuda itu keluar dokter pun mulai memeriksa kondisi pemuda itu, dan mendapati bahwa keadaan laki-laki itu mulai membaik.

"Ada yang sakit?" tanya dokter itu. Pemuda itu tampak menggeleng. Dilain sisi dia heran kenapa bisa dia berada di rumah sakit, setaunya dia ingin pergi untuk menjemput pacarnya, namun kenapa dia malah bisa berada di rumah sakit, dan wanita tadi itu siapa? Kenapa dia memanggil nya dengan sebutan Jay padahal nama nya itu...Jeno.

"Maaf dok, kenapa saya bisa dirumah sakit ya?" tanya Jeno dengan suara yang sedikit serak.

Dokter itu tersenyum. "Tiga hari yang lalu ada beberapa orang yang menolong anda dari kecelakaan dan membawa anda ke rumah sakit" ucap dokter itu yang malah membuat kerutan di dahi Jeno.

"Yasudah kalau begitu kami permisi dulu" pamit dokter itu kemudian keluar ruangan diikuti dengan suster dibelakangnya.

Tak lama setelah kepergian dokter itu pintu terbuka menampilkan wanita yang sempat memanggilnya Jay tadi. Wanita itu berjalan mendekat dan duduk dikursi yang berada disamping brangkar.

"Jay, Mama sungguh takut sayang saat tahu kalau kamu kecelakaan" ucap wanita itu dan mulai menangis. Jeno yang dipanggil Jay mulai sedikit takut dan geli melihat wanita itu, apalagi saat wanita itu menggenggam tangannya.

Seingatnya dia tak pernah dekat dengan tante-tante, tapi kenapa ada wanita yang memanggilnya dengan panggilan 'Sayang' Maminya saja terkadang lebih suka memanggilnya Jejen daripada memanggil nya Jeno.

Jeno perlahan melepaskan tangan wanita itu yang menggenggam tangannya.

"Maaf tante siapa ya?" tanya Jeno hati-hati.

Wanita itu terlihat kaget dan tak percaya saat anaknya sendiri melupakan dirinya, apakah anaknya itu amnesia?

"Ja-jay i-ini Mama sayang, kenapa kamu bisa lupa sama Mama, oh atau jangan-jangan kamu lupa ingatan" ucap Wanita itu membuat Jeno benar-benar dibuat bingung dan heran.

Transmigrasi JaydenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang