BAB 24

153 15 0
                                    

Kim bersedekap dada dengan muka sebal menatap laki-laki yang masih cengengesan di hadapannya itu.

"Ya, elah orang gue cuman mau ngajakin lo motoran sore-sore kali Kim. Bukan mau ngajak lo ke KUA, kesal amat sih gue ajak jalan," ucap Jay menghela napas melihat Kim. Kim hanya memutar bola matanya. Sebenarnya tak ada yang salah dengan Jay sih, hanya saja laki-laki itu 'sedikit' memaksanya untuk motoran bersama. Padahal Kim hanya ingin berdiam diri di rumah. Terlebih sudah cukup sore juga.

Ya, laki-laki yang bertamu ke rumah Kim itu adalah Jay. Bukannya mengajak kedua temannya motoran, laki-laki itu malah melajukan motornya ke rumah Kim. Menurutnya, mungkin akan lebih asik jika mengajak Kim.

"Nih, pake helm dulu," ucap Jay menyodorkan helmnya. Kim menerima lalu memakainya sendiri. Tak ada adegan seperti di film di mana si cowok membantu si cewek mengaitkan pengaman helmnya. Jangan berharap ada adegan seperti itu karena Kim bukan cewek menye-menye yang tidak tahu memakai helm. Gadis tomboy itu bahkan tahu mengendarai motor gede.

Jay kemudian melajukan motornya ketika Kim sudah naik ke jok motor gede nya.

Sore itu dengan di temani semilir angin yang menerpa wajah mereka juga langit yang perlahan mulai menggambarkan garis-garis senjanya yang begitu indah di pandang, kedua sejoli yang hanya sebatas teman itu terlihat sangat ceria di sepanjang jalan.

Sikap Kim yang tadinya sedikit ketus perlahan menghilang ketika Jay terus saja mengeluarkan ocehannya. Gadis yang dulunya jarang tersenyum dan tertawa riang itu kini bisa lepas hanya karena seorang Jay.

"Kim, lo punya pacar?" tanya Jay tiba-tiba. Laki-laki itu sedikit menoleh ke spion menatap Kim lalu kembali menatap ke jalan.

Kim mengernyit, lalu menggeleng. "Nggak," jawabnya singkat. "Kenapa emangnya?" Kim balik bertanya.

"Gue kira lo punya cowok, takutnya gue ajak jalan eh malah di sangkain lo selingkuh lagi." Jay sedikit mengeraskan volume suaranya.

"Tapi, lo... Pernah pacaran?" tanya Jay lagi. Laki-laki itu kembali menatap Kim dari spion motor. Bukannya menjawab gadis yang ia bonceng itu malah terlihat melamun. Entah apa yang ia pikirkan.

"Oi, Kim?"

Kim mengerjap. "Eh, apa?"

"Lo gak dengar gue tanya apa tadi?" Jay menaikkan sebelah alisnya melirik gadis itu dari spion motor lalu kembali fokus ke depan.

Kim terlihat menghela napas. "Hm, dengar kok" sahutnya terdengar malas.

"Gue pernah pacaran"

Pernyataan singkat itu membuat Jay langsung menatap Kim dari spion. Laki-laki itu sedikit terkejut.

"Yang benar lo?!" Bukannya apa, hanya saja dilihat dari penampilan Kim yang tomboy juga sikap gadis itu yang jutek, judes, dan terkadang ketus sedikit tidak mungkin untuk gadis seukuran Kim pernah berpacaran. Tapi pernyataan gadis itu sungguh membuat Jay kaget sih.

"Iya, kenapa lo kaget gitu? Lo gak percaya gue bisa pacaran," heran Kim. Padahal Kim juga manusia biasa.

Jay menggeleng. Laki-laki itu cengengesan. "Ya, kaget aja. Gue kira cewek tomboy bin judes kayak lo bakalan anti sama yang namanya pacaran. Eh, ternyata bisa pacaran juga," ujar Jay.

Kim memutar bola mata. "Lo pikir cewek tomboy gak bisa pacaran apa?"

Jay terbahak mendengarnya. "Iya, juga. Terus, putusnya karena apa?" tanya Jay penasaran. Kim mengangkat sebelah alisnya balas menatap Jay dari spion. Gadis berwajah jutek itu tersenyum miring dengan tatapan yang ia alihkan ke arah lain.

"Kepo lo," ucapnya santai.

Jay hanya menipiskan bibirnya ketika jawaban yang diberikan Kim tidak memuaskan.

Dan tanpa Jay sadari raut wajah Kim yang tadinya biasa-biasa saja tiba-tiba berubah menjadi datar sesudahnya ia menjawab hal itu.

🐊🐊🐊

Bukan hari senin namanya jika tidak membuat murid-murid sekolah kesal akan tibanya. Harus berangkat lebih pagi, dan melaksanakan upacara bendera. Belum lagi jika bagi mereka yang punya waktu piket membersihkan. Kepalang kalang kabut jika harus mengerjakannya. Jam 07.00 adalah waktu untuk upacara.

Upacara di laksanakan dengan hikmat. Ya, bagi mereka yang betul-betul melaksanakannya. Karena, ketika Kepala Sekolah mulai mengeluarkan pidatonya suasana yang sedikit kondusif itu tiba-tiba berubah menjadi tidak tenang akibat banyaknya yang memilih jongkok di tempatnya dari pada berdiri dan melihat pak Kepala Sekolah di depan sana.

Matahari pagi pun menjadi terik di atas sana. Menandakan bahwa hari ini akan menjadi hari yang cerah. Tapi, tidak secerah dengan raut wajah yang di tampilkan oleh Jay.

Laki-laki yang mengenakan seragam lengkap itu juga topi yang tadinya bertengger di kepala menjadi ia kipaskan ke wajahnya. Rautnya begitu lesu dan juga kegerahan. Di sampingnya ada Aco yang juga ikut jongkok bersamanya. Kedua laki-laki itu sama-sama memilih jongkok dari pada harus berdiri lama dan mendengar pidato dari Kepala Sekolah.

"Sumpah, ini pak Kepsek gak ada niatan buat berhenti ceramah apa? Gue capek dengernya coy!" seru Jay kesal dengan nada berbisik ke Aco.

Aco mengangguk membenarkan. "Sama anjir, gue juga capek dengarnya! Tiap hari senin itu-itu mulu yang di bahas. Gak ada pembahasan lain apa, kayak seluruh murid-murid sma di bebasin nyontek kalau ulangan." ujar Aco ikut menyuarakan kekesalannya. Jay angguk-angguk setuju.

"Gue setuju sama lo!"

Nino yang sedari tadi berdiri dan hanya menyimak pembahasan kedua temannya itu lantas ber-celetuk. "Itu sih maunya lo doang kali. Kalau sistem kayak gitu beneran ada di sekolah gue yakin 70 persen murid-muridnya bakalan tambah jadi bego. Udah bego malah tambah bego karena selalu nyontek. Mau jadi apa pemuda-pemudi Indonesia ke depan!" Nino menceramahi kedua temannya itu. Bukannya mendengarkan Aco dan Jay malah menutup telinga seolah tak ingin mendengar ucapan Nino.

"Ah, sialan lo berdua!" Nino mendengus kesal lalu menendang kedua pantat temannya itu hingga Aco dan Jay terjungkal ke depan.

"Anjing!"

"Bangsat! Muka ganteng gue!"

Aco dan Jay sama-sama mengumpat. Posisi Aco yang masuk ke bawah celah kedua kaki teman kelasnya yang berdiri di depannya malah mengundang gelak tawa tertahan dari teman-teman kelas mereka. Sementara Jay hanya terjungkal ke samping dengan posisi tangan yang menahan mukanya agar tidak tergores di lantai lapangan.

"Hahahaha, peace bro." Nino mengangkat kedua tangannya yang membentuk huruf 'V' dengan senyum cengengesan nya yang manis.

•••••

Transmigrasi JaydenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang