BAB 16

238 19 0
                                    

Jay menghentikan motornya di depan sebuah rumah minimalis dengan cat warna putih.

Kinan langsung turun ketika mereka sudah sampai di depan rumahnya.

"Makasih ya Jay udah anterin aku pulang, maaf jadi ngerepotin kamu" ucap Kinan dan tersenyum.

"Santai Ki, gue gak ngerasa di repotin kok" ucap Jay tersenyum akrab.

"Ya udah, kalau gitu gue pulang dulu ya" ujar Jay dan di angguki Kinan.

"Iya, hati-hati" ucap Kinan. Jay hanya mengangguk seraya mengklakson ketika motornya sudah meninggalkan pekarangan rumah Jay.

Kinan berbalik dan hendak membuka pagar rumahnya, namun sebelum itu terjadi tiba-tiba sebuah motor berhenti di belakangnya.

Kinan pikir Jay yang kembali namun ketika ia berbalik dan melihat nya ternyata perkiraannya salah.

Kinan berdiri kaku ketika laki-laki dengan helm full face itu membuka helmnya dan menampilkan raut wajah dinginnya.

Laki-laki itu turun dari motornya lalu berjalan mendekati Kinan. Senyum seringai nya terbit tatkala berdiri di depan gadis itu.

"Kinan"

"G-glen?"

"Gue boleh mampir 'kan?"

🐊🐊🐊

Kim mendengus kesal ketika perjalanan pulangnya harus di hadang oleh siswa-siswa dari SMA sebelah.

Kim menghentikan motornya dan menatap malas mereka. Jalanan yang sepi tentu adalah kesempatan emas bagi mereka untuk membalaskan dendam kepada Kim--cewek yang sudah menghajar teman mereka.

Ya, laki-laki dengan tangan yang di gips di antara mereka adalah cowok yang pernah Kim pukuli. Alasannya, karena cowok itu pernah mengganggu Kinan ketika hendak pulang sekolah. Alhasil Kim menolong Kinan ketika cowok itu mulai melakukan perbuatan yang kurang ajar kepada Kinan.

Kim memukuli hingga laki-laki itu babak belur dan bersimpuh di tanah. Akibat perbuatan Kinan itu laki-laki itu mungkin menaruh dendam pada Kim.

Dan mungkin, saat ini bagi mereka untuk membalaskan dendam teman mereka.

"Mau apa kalian?!"

Laki-laki dengan tangan yang di gips itu melangkah ke depan di ikuti dengan ke lima temannya.

Kim yakin sepertinya mereka sudah merencanakan hal ini. Pasti mereka menunggu Kim pulang sekolah dan menghadangnya disini.

"Cewek sialan! Gara-gara lo tangan gue jadi di gips!" teriaknya emosi.

"Lo pikir gue bakalan biarin lo bebas gitu aja, hah?!" lanjutnya lagi dengan tatapan tajamnya.

Kim menghela napas. "Tangan lo di gips itu juga karena ulah lo sendiri. Lo pikir gue gak bakalan tolong temen gue dan biarin aja lo bertingkah kurang ajar ke dia, gitu?!" sentak Kim.

Gadis itu melepas helmnya lalu turun dari motor. Kim melangkah maju dan berdiri di depan motornya dan menatap laki-laki dari SMA sebelah itu dengan tatapan menantangnya.

"Makanya kalau jadi cowok itu gentle dikit, jangan cuman bisanya bersikap kasar ke cewek! Bahkan banci pun terkadang lebih menghargai cewek loh. Sedangkan lo, apa yang bisa di harapin dari bajingan kayak lo?!" sarkas Kim tajam.

Perkataan Kim berhasil memantik api dari dalam diri para laki-laki dari SMA sebelah itu. Mereka semua mengetatkan rahang dan menggeram kesal mendengar ucapan Kim.

Harusnya Kim tak mengatakan hal itu. Karena jika di teliti ketika mereka akan bertempur, 70% Kim akan kalah telak karena jumlah mereka yang sangat kontaras. 1 lawan 6 bisa jadi Kim yang akan tumbang. Terlebih lawannya adalah laki-laki semua. Mungkin dirinya akan selamat jika lari sebelum berperang.

Transmigrasi JaydenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang