BAB 25

95 13 0
                                    

Jam pertama telah berakhir kini jam kedua di kelas XI IPA 2 adalah pelajaran olahraga. Seluruh siswa-siswi dari kelas itu berjalan menuju lapangan secara bergerombol.

Ketika menginjakkan kaki di lapangan tatapan Jay teralihkan ketika melihat Kinan yang berdiri sendiri sembari hormat ke depan tiang bendera.

Laki-laki itu mengernyit bingung. "Loh, itu 'kan Kinan. Dia lagi di hukum?" tanya nya sendiri.

Seluruh teman kelasnya menuju lapangan basket namun Jay malah melangkah ke arah Kinan berdiri. Aco dan Nino yang berjalan di samping Jay mengernyit bingung ketika Jay melangkah ke arah lain.

"Eh, mau kemana lo Jay?!" teriak Nino ketika Jay berjalan sendirian menuju ke arah Kinan berdiri.

Jay berbalik dan balas berteriak, "ke sana bentar! Lo duluan aja!" ucapnya seraya menunjuk tempat Kinan.

Aco dan Nino kompak menatap Kinan yang tengah berdiri menghadap tiang. Kedua laki-laki itu mengernyit.

"Ngapain?!"

"Bersilaturahmi!" jawabnya asal lalu berbalik melangkah ke depan.

"Halah, bersilaturahmi apaan, palingan mau pdkt tuh." Aco mencibir seraya memutar bola matanya malas.

"Pdkt? Kalau benar sih Jay bakalan dapat masalah karena deketin Kinan," sahut Nino ketika mengingat siapa Kinan. Gadis yang notabenenya adalah babu dari Glen yang tak suka jika seseorang mengganggu Kinan.

Aco menoleh dengan dahi mengkerut bingung. Tak paham dengan apa yang di maksud Nino. "Maksudnya?"

"Gini, lo tahu kan kalau Kinan itu babunya Glen?" Aco mengangguk. "Lo masih ingatkan waktu kelas 10 ada yang suka sama Kinan dan nembak dia di kelasnya, si Glen malah ngamuk dan bilang gak ada yang boleh suka sama Kinan. Kalau ada yang suka atau deketin Kinan orang itu bakalan habis sama Glen." Nino menjelaskan secara detail ketika mengingat masalah itu.

Dimana Kinan di tembak seorang kakak kelas waktu mereka kelas 10. Bukannya mendapat jawaban dari Kinan, laki-laki itu malah mendapat pukulan bertubi-tubi dari Glen yang notabenenya 'tuan' dari Kinan. Si preman sekolah yang mencap Kinan sebagai babunya. Masalah itu benar-benar menjadi trending topik tahun lalu. Apalagi Glen yang notabenenya masih berlebel siswa baru dengan beraninya menghajar kakak kelas dua tingkat di atas mereka. Yang artinya sekarang laki-laki itu sudah lulus.

Mulut Aco terbuka dan mengangguk-angguk ketika mengingat hal itu. "Aaaa, iya-iya gue ingat. Sumpah, Glen waktu itu benar-benar kayak kerasukan setan. Ngamuk gak jelas hanya karena Kinan di sukai kakak kelas," ucap Aco tak habis pikir.

Nino menjentikkan jarinya. "Nah, kalau sampai Jay suka sama Kinan lo tahukan apa yang bakalan terjadi sama dia?" Kedua laki-laki itu saling melirik lalu mengangguk paham.

"Jadi, masalah sih pasti"

🐊🐊🐊

"Kinan!"

Kinan yang sedang hormat ke tiang bendera menoleh ketika namanya di panggil.

Gadis itu menatap Jay yang berjalan mendekat ke arahnya. Tangan yang tadinya hormat kini turun kebawah. Raut wajahnya terlihat lelah dengan keringat sedikit membasahi dahinya. Mungkin karena terik matahari yang cukup menyengat.

"Lo di hukum?" tanya Jay ketika sudah berhadapan dengan Kinan.

Kinan tersenyum tipis. "Iya, gara-gara aku lupa bawa buku tugas, jadinya gak ikut ngumpulin," jawabnya sembari mengelap keringat yang menetes di dahinya.

Jau mengangguk-angguk. Namun ketika mengalihkan perhatian tatapannya tak sengaja jatuh pada tas yang tergelatak tak jauh dari kaki Kinan. Tas berwarna hitam yang Jay yakini adalah tas laki-laki.

Laki-laki itu mengerutkan kening bingung sembari menunjuk tas hitam itu. "Itu tas siapa?" tanya nya.

Kinan menatap tas yang di tunjuk oleh Jay lalu kembali menatap Jay yang menatapnya. "Oh, itu punya Glen"

"Glen? Dia juga di hukum sama lo? Pasti terlambat ke sekolah ya?"

Kinan menggeleng. "Hah, enggak! Dia gak di hukum. Dia juga gak lambat ke sekolah kok." Jay tak mengerti dengan apa yang di maksud Kinan. Kalau Glen gak terlambat atau gak di hukum lantas kenapa tas sekolah cowok itu ada situ.

"Terus, kenapa bisa tas nya ada di situ? Atau tas nya yang di hukum?" Pertanyaan absurd itu membuat Kinan tertawa pelan. Mana ada tas yang di hukum.

Tawa Kinan mereda ketika melihat raut keheranan Jay. Gadis itu menyampirkan rambutnya ke belakang telinga ketika terkena keringatnya.

"Sebenarnya, Glen pergi ke rumahku buat ambil buku tugas ku yang ketinggalan. Aku udah larang tapi dia ngotot buat ambil sendiri. Karena,  tugas itu terakhir di kumpul hari ini buat bisa ikutan ulangan minggu depan. Kalau aku gak ngumpulin aku gak bakalan bisa ikut ulangan minggu depan." Kinan menjelaskan dengan suara sedikit kecil. Gadis itu tersenyum kikuk lalu menunduk.

Jay sampai mengernyit heran mendengarnya. "Glen pergi ke rumah lo buat ambil buku tugas lo? Wah, teman yang baik sih dia sampai-sampai rela pulang demi ngambil buku tugas lo. Btw, lo dan dia punya hubungan ya?" tanya Jay seraya menaikkan alisnya.

Kinan membulatkan mata dan menggeleng-geleng. Gadis itu panik bukan main ketika Jay mengatakan hal itu. Padahal dia dan Glen tak punya hubungan apa-apa.

"Aku gak punya hubungan sama Glen kok, dia cuman teman sekelas aku. Dan mungkin kamu juga tahu kalau aku ini tuh bisa dibilang 'babu' nya dia." Kinan menjelaskan agar Jay tak salah paham dengan hubungannya dengan Glen. Bukan karena Kinan menyukai Jay jadi dia menjelaskannya, tapi karena Kinan tak ingin ada orang yang salah paham terhadap dirinya yang sering bersama Glen.

Kinan sedikit tersenyum miris ketika mengatakan bahwa dia adalah 'babu' dari Glen. Laki-laki yang mencapnya sejak awal mereka masuk di SMA Cakrawala.

Jay terdiam sesaat ketika mendengar Kinan mengatakan hal itu. Laki-laki itu sedikit terkejut ketika Kinan mengatakan hal itu. Entah kenapa rasanya dia ingin membebaskan Kinan dari Glen yang sering di cap babu oleh laki-laki itu. Apalagi, Kinan itu termasuk salah satu teman dari 'Jeno' laki-laki yang raga nya ia tempati sekarang.

"Kinan, gue bisa bantu lo bebas dari Glen." Pernyataan tiba-tiba dengan nada serius itu membuat Kinan yang tadinya menunduk menjadi mendongak dengan mata mengerjap kaget.

Perlahan Jay bergerak maju lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Kinan dan membisikkan sebuah kalimat.

"Jadi pacar gue, gimana?" bisik Jay tanpa beban seakan ucapannya tak akan menimbulkan masalah bagi Kinan.

Kinan mematung mendengar ucapan Jay. Gadis itu berusaha mencerna perkataan Jay barusan yang sangat enteng keluar dari mulut laki-laki itu.

Dan tanpa mereka sadari interaksi kedua remaja itu sudah di pantau oleh sosok laki-laki berpenampilan urakan sedari lima menit yang lalu ketika ia baru saja menginjakkan kaki di lapangan SMA Cakrawala tak jauh dari mereka.

Buku catatan dengan cover berwarna pink di genggaman nya itu ia cengkram begitu erat hingga membuat buku itu sedikit remuk di tangannya. Setelahnya ia jatuhkan buku di genggaman nya dan ia injak dengan perasaan kesal berbalut amarah yang sejak tadi ia pendam.

Umpatan kasar pun tak luput keluar dari bibir nya yang berkedut kesal.

"Bangsat! Sialan lo Jay!"

Setelahnya laki-laki yang tak lain adalah Glen itu berbalik dan meninggalkan lapangan dengan perasaan amarah yang menguasai di dada.

Transmigrasi JaydenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang