BAB 26

59 11 0
                                    

Istirahat pertama di gunakan Kim untuk makan di kantin. Hanya sendiri. Tak ada yang menemani. Sunyi. Sepi. Eh, kok malah puisi.

Abaikan

Gadis itu hanya sendiri. Bukan karena tak punya teman tapi, karena ya emang gak punya sih. Satu tahun bersekolah di SMA Cakrawala Kim terkenal dengan gadis tomboy, judes, jutek yang tak suka di dekati. Bahkan, teman perempuan kelasnya pun enggan untuk bertegur sapa dengan Kim. Alhasil, gadis itu tidak memiliki teman dekat perempuan di kelasnya. Ya, setidaknya kalau kerja kelompok mereka masih bisa berinteraksi dengan Kim sih, Kim pun juga begitu.

Pergerakan di bangku panjang yang ia tempati lantas membuatnya menghentikan kunyahan ketika menoleh dan mendapati Jay mengambil tempat duduk di samping nya.

Gadis itu terus mengamati ketika Jay meletakkan mangkuk berisi baksonya lalu memutar kepala kearahnya dan menyapa.

"Hai, Kim!" sapanya bersemangat seraya tersenyum manis.

Kim tak membalas karena perhatiannya kembali teralihkan ke depan dan menatap dua laki-laki yang mengambil tempat duduk di depannya. Kedua laki-laki itu adalah teman Jay yang masih mengenakan seragam olahraga sama seperti Jay.

"Halo, Kim! Kita numpang duduk di sini ya," ucap Aco meminta izin dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.

"Sorry ya Kim, dua teman gue ini emang gak tahu malu, duduk dulu baru minta ijin. Tadi udah gue ajak cari tempat yang lain kok tapi Jay ngotot pengen disini katanya, biar lo gak sendirian," ucap Nino menjelaskan seraya tersenyum. Sementara Aco mendelik tak suka dan langsung menginjak kaki Nino kala temannya itu mengatainya tak tahu malu.

"Lo sendiri juga gak tahu malu tuh karena ikut duduk disini," cibir Aco.

"Ya mau gimana lagi orang gue ikut kalian," balas Nino memutar bola mata. Sangat slayy. Dan rasanya Aco ingin menempeleng kepala temannya itu.

"Udah-udah, Kim teman gue pasti dia gak masalah kalau kita duduk disini, iya 'kan Kim?" Jay berucap seraya mengangkat kedua alisnya meminta persetujuan gadis itu.

Kim menghela napas dan berdehem. "Hm, gak masalah." Kim hanya berucap singkat. Lalu kembali memakan baksonya dalam diam.

Gadis itu tak mempermasalahkan. Walau suasana hatinya sedang tidak baik setidaknya mereka tidak mengganggunya. Hanya numpang makan di meja yang sama setelahnya mereka akan pergi jika selesai.

Jay mengernyitkan dahi ketika Kim hanya berucap singkat. Terkesan malas dan bodo amat. Padahal biasanya Kim akan cerewet dan banyak bicara jika bertemu dengannya. Tapi ini, gadis itu terlihat sedang tidak ingin di ganggu tapi tetap mengizinkan mereka untuk duduk bersama.

"Kim, lo kenapa?" Jay bertanya layaknya teman yang mencemaskan temannya.

Kim menoleh. Alisnya sedikit menukik menatap Jay. "Apa?" beonya.

"Lo kenapa? Kayak gak punya semangat gitu? Biasanya lo bakalan cerewet kalau ada gue?" tanya Jay kembali. Laki-laki itu benar-benar merasa ada yang berbeda dengan Kim. Tak biasanya gadis itu akan diam jika berada di dekatnya. Pasti ada saja ucapan ketus dan judes nya yang akan ia layangkan. Tapi ini, gadis itu seperti tak punya semangat dalam berbicara.

Kim terlihat berpikir sembari mengaduk-aduk minumannya menatap ke arah lain. Gadis itu menjilat bibirnya nya sejenak lalu menjawab, "perasaan lo aja kali. Emang harus ya gue cerewet tiap ketemu sama lo?" Kim berucap dan menatap Jay dengan satu alis terangkat. Tatapan yang sedikit membuat Jay salah tingkah.

Mata Jay berkedip-kedip kala Kim terus menatapnya. Entah kenapa jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat. Bahkan mulut laki-laki itu sedikit terbuka kala tak juga mengeluarkan sepatah kata.

Transmigrasi JaydenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang