Dina tidak tahu apakah saat ini takdir sedang mempermainkannya atau tidak? Dina merasa semua ini seperti mimpi dan ia tidak ingin bangun dari mimpi indah ini. Lelaki yang ada di hadapan Dina sekarang adalah orang yang pernah diam-diam ia kagumi ketika di SMA dulu. Nama lelaki itu adalah Irham Alvaro, Irham merupakan ketua Osis saat SMA. Selain itu, Irham memiliki kembaran yang bernama lham. Mereka berdua memiliki kepribadian yang baik dan segudang prestasi, menurut Dina mereka berdua adalah paket completed. Dina tidak mengira akan menjadi sedekat ini dengan Irham karena suatu hal.
Ketika ada rencana reuni Dina tidak pernah datang karena Dina tipe orang yang pendiam dan tidak pandai berbasa-basi dengan orang lain. Selain itu, ada faktor ekonomi yang membuat Dina minder untuk bergabung dengan Teman SMA-nya yang rata-rata memiliki latar sosial menengah ke atas. Namun, Dina bersyukur ia masih dapat berkuliah. Berkat doa ibunya, sekarang Dina bekerja sebagai guru disalah satu sekolah dasar. Walaupun gajinya tidak sebesar pekerjaan lainnya tetapi bisa membantu perekonomian keluarganya lebih baik lagi. Dina hanya tinggal dengan ibunya. Ayahnya sudah lama meninggal saat ia masih duduk dibangku SMP. Sekarang Dina tidak tinggal bersama ibunya lagi. Ibunya memutuskan untuk pergi ke kota asal kelahirannya dan tinggal bersama adiknya yang juga sudah menjanda.
Sekarang Dina, hidup serumah dengan lelaki yang dihadapannya yaitu Irham. Semua ini berawal dari 7 bulan yang lalu, di mana Dina dan Irham bertemu tanpa sengaja dan sekerang status Dina berubah menjadi istri Irham. Tidak hanya status Dina yang berubah tapi Dina merasa sifat Irham juga berubah, atau mungkin Irham berubah hanya kepada dirinya dikarenakan alasan dibalik pernikahan kami...
"Dina, kenapa kamu menatapku?" Ujar Irham datar.
Dina tersentak dari lamunannya saat mendengar suara Irham
"A.. ak..aku.. hanya.." Ucap Dina bingung harus mengatakan apa kepada Irham.
"Aku sudah selesai makan, aku duluan karena harus mengerjakan beberapa pekerjaan yang aku tunda tadi siang" Ucap Irham sambil beranjak dari kursi.
"Baiklah, aku akan membereskannya" Ucap Dina sambil menatap punggung Irham ke ruang kerja.
"Ah.. lelahnya ingin rasanya aku cepat cepat berada dikasur ku" ujar Dina dalam hati.
Setelah bersih-bersih Dina menuju kamar nya untuk beristirahat. Dina menatap pintu kamar diseberang sana yang merupakan kamar Irham. Selama ini, Dina dan Irham bukan pasangan suami istri sesungguhnya itulah mengapa mereka tidak tidur bersama dan berpisah kamar. Ibu dan keluarga Irham tidak ada yang tahu tentang ini, hanya bi Ani yang tahu. Bi Ani merupakan pembantu rumah tangga di rumah ini, tetapi sudah Dina anggap sebagai ibunya sendiri. Namun, terdapat harapan di hati Dina jika suatu hari nanti Irham bisa mencintainya, seperti dirinya yang mulai mencintai Irham. Semoga saja..
***
Pagi hari
Seperti biasa, setiap pagi Dina menyiapkan sarapan untuk Irham, walaupun sudah ada bi Ani tapi untuk urusan makanan tetap Dina yang menghandle. Saat ini, Dina dan Irham makan dalam keaadan hening. Tidak ada perkembangan yang berarti dalam hubungan mereka berdua. Dina merasa Irham seperti membatasi dirinya agar ia tidak bisa masuk ke dalam hatinya. Bagi Dina, Irham begitu Dingin dan sulit digapai. Mungkin, hubungan ini tidak akan berhasil seperti yang ia harapkan.
Setelah selesai makan mereka berdua bersiap-siap pergi bekerja. Jangan harap mereka akan pergi bersama, karena itu tidak pernah terjadi. Dina dan Irham selalu berangkat bekerja sendiri-sendiri. Irham dengan mobilnya dan Dina dengan motornya. Irham tidak pernah berbasa-basi untuk mengantarnya mungkin karena tempat pekerjaan mereka yang tidak searah atau saja karena Irham memang tidak mau mengangtarnya. Kenyataan itu, membuat Dina patah hati kembali. Presentase keberhasilan mereka selalu menurun dari hari ke hari. Sebelum Irham memasuki mobilnnya, Irham memanggil Dina yang sudah siap berangkat dengan motornya.
"Din, nanti sore ada arisan di rumah Mama dan kita akan menginap disana semalam, aku akan pulang cepat hari ini. Setelah itu, kita kesana sama-sama" Ucap Irham.
Dina hanya mengangguk untuk merespon jawaban Irham. Jika boleh memilih, Dina tidak ingin datang ke rumah Mama mertuanya, tapi mau bagaimana lagi. Huh.. semoga saja Dina bisa menghadapinya. Semangat Dina!!!
"Irham, kamu hati-hati" ucap Dina tersenyum.
"Kamu juga" ucap Irham datar.
Disepanjang perjalanan Dina merasa senang itu semua karena Irham, mungkin Dina terlalu berlebihan. Padahal Irham tidak tersenyum kepada Dina, namun respon dari Irham saja sudah membuat moodnya menjadi bahagia hari ini.
***
Akhirnya Dina dan Irham tiba di rumah keluarga Irham. Ada bebarapa saudara Irham yang sudah datang hari ini, padahal acara nya dilaksanakan pada keesokan harinya, yaitu hari minggu. Irham meletakkan barang-barang miliki mereka di kamar Nia adiknya Irham yang masih SMA. Dapat Dina pastikan suasana antara ia dan Nia akan sangat canggung, mengingat Nia yang tidak mau akrab dengan dirinya. Namun Dina, tidak ingin terlalu memikirkannya, ia memutuskan keluar dari kamar untuk membantu persiapan arisan besok.
"Dina, kamu sudah datang?" Tanya Ilham .
"Iya aku barusan saja sampai, kamu kapan sampainya? Aku tidak melihat istri dan anak kamu?" tanya Dina.
"Kami sampai saat pagi tadi, Ara sedang menidurkan Kaila di kamar, Dimana Irham? Tanya Ilham.
"Hmm.. Dia tadi ke depan" ucap Dina.
"Kalau begitu aku ke depan dulu" ucap Ilham tersenyum.
"Baiklah, aku akan ke belakang membantu Mama" ucap Dina juga tersenyum.
Ilham adalah kembarannya Irham dia juga teman SMA ku namun kami beda kelas. Ilham lebih banyak cakap dibangDingkan Irham, Dina merasa senang jika ke rumah mereka ada ilham dan juga Ara karena dengan begitu Dina memiliki kawan mengobrol.
"Ada yang perlu Dina bantu, ma?" Tanya Dina.
"Tentu saja, ada banyak kerjaan di sini. Apa kamu tidak lihat?!" ucap Mama mertua Dina dengan nada tidak senang.
"Baik ma, akan Dina bantu kerjakan" jawab Dina lembut.
***
Hari sudah sore, Dina sudah menyelesaikan pekerjaannya dan Dina berencana untuk kembali ke kamar Nia untuk mandi, Namun tiba-tiba Mama Irham mendekatinya.
"Kamu dengar ya, sudahku katakan berapa kali sampai kapanpun aku tidak sudi kamu memanggilku Mama. Karena aku tidak pernah setuju kamu menjadi menantuku, Mengerti kamu!? Kamu harus ingat, jika tidak ada orang lain, kamu jangan memanggilku Mama!" ucap Mama Irham penuh penakanan kepada Dina.
"Ba..baik tante" ucap Dina lemah sambil menunduk takut.
"Baguslah kalau kamu sudah mengerti! Besok kamu tetap harus berada di belakang dan layani tamu yg datang" ancam Mama Irham.
Dina hanya mengangguk untuk merespon jawabannya, lalu ia melihat Mama Irham berjalan pergi meninggalkannya. Dina tidak dapat menahan air matanya yang jatuh. Dengan cepat-cepat Dina mengusap pipinya yang basah. "Aku tidak boleh cengeng dan menjadi wanita yang lemah" ujar Dina dalam hati.
"Dina..." panggil Ara.
"Iya, ada apa Ra? Ada yang perlu aku bantu?" Ucap Dina mencoba tersenyum dan terlihat baik-baik saja.
"Dina maaf, aku tidak berani membantumu untuk menghadapi Mama. Aku hanya berdoa semoga Mama bisa berubah kepadamu..." Ucap Ara bersimpati.
"Jika aku juga seorang dokter sama sepertimu dan bukan seorang guru. Mungkin Mama dan semua orang bisa menerimaku kan?" ucap Dina tersenyum miris.
"Dina aku yakin suatu saat nanti Mama akan menerimamu" Ucap Ara meyakinkan Dina.
"Tidak apa Ara, aku senang bisa mengenalmu dan menerimaku di keluarga ini. Kamu sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri. Tolong, hal ini jangan ceritakan ke siapa pun" Ucap Dina tersenyum tulus dan Ara pun langsung memeluk Dina.
Ara berharap semoga Mama mertuanya akan menerima Dina secepatnya menjadi menantunya dan Dina segera menemukan kebahagiannya. Karena Dina adalah wanita yang baik. Tanpa mereka ketahui bahwa ada seseorang yang dari tadi mendengarkan percakapan antara Dina, Ara dan Mama Irham.
TBC...
Jangan lupa vote ya...
See you next part
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You by Ibelcia (End)
General Fiction"Dina sadarlah, hentikan hatimu, jangan semakin jauh kamu jatuh cinta kepadanya" ucap Dina dalam hati. "Aku ingin hubungan kita baik-baik saja seperti dulu" lirih Tania. "Bukannya mama senang lihat aku begini, Dia sudah mewujudkan keinginan mama" uc...