part 17

7.1K 296 3
                                    

Lima tahun kemudian

Sudah lima tahun berlalu, kehidupan Dina sudah banyak berubah. Selain menikmati hidupnya sebagai guru di sekolah yang berada di daerah pegunungan, sekarang ia juga menikmati menjadi sosok ibu tunggal. Dina sangat bahagia melihat perkembangan putranya yang menggemaskan.

Walaupun pada awal ia datang di kampung tersebut banyak gosip yang tidak sedap mengenai dirinya. Namun dengan tenang Dina menjelaskan bahwa dia berpisah dengan suaminya dikota.

"Mama...." Panggil anak kecil yang berlari memeluk Dina. Lalu mencium pipi Dina.

"Kenapa sayang?" tanya Dina sedang merajut duduk di sofa.

Rumah yang Dina tempatin berukuran kecil hanya terdiri dari dua kamar namun sangat nyaman untuk ia dan putranya tinggal.

"Tadi waktu ajiel main sama teman-teman. olang-olang pada gangguin jiel, cubit-cubit  pipi ajiel" adu azriel pada Dina.

Dina tertawa malah ikut mencubit pipi anaknya.

"Iih... Mama kok cubit pipi jiel juga" kesal Azriel.

"Mama gemas sama jiel, itu tandanya orang orang suka sama jiel." ucap Dina.

"Kalena jiel ganteng soalnya mama jiel cantik" ucap Azriel senang.

"Pinter kali anak mama, siapa yang ajarin?" Tanya Dina  bermain dengan azriel.

"Ada deh..." Ucap Azriel sambil tertawa.

***

Di dalam ruangan putih seseorang sangat fokus dengan pekerjaannya. Kini Irham sudah menjabat sebagai wakil direktur rumah sakit tersebut. Ia tidak menjadi dokter biasa lagi. Lima tahun sudah berlalu banyak yang berubah di diri Irham. Irham yang dingin menjadi semakin dingin. Waktu-waktu yang ia lewati ia alihkan dengan bekerja. Irham memang melanjutkan pendidikannya kembali tapi tidak diluar negeri, karena kerja kerasnya dia dianggak menjadi wakil direktur rumah sakit sehingga jam kerjanya berkurang dan hanya akan mengikuti operasi operasi besar saja atau ketika ia dibutuhkan.

Suara ketukan terdengar. Seseorang wanita berjas putih masuk.

"Ada apa?" Tanya Irham yang sudah mengetahui siapa yang datang menemuinya.

"Aku ingin..."

"Aku sudah mengatakan bahwa aku sudah memaafkanmu. Kau tidak perlu menemuiku lagi Tania" ucap Irham.

"Irham kau memang mengatakan sudah memaafkanku tapi aku tahu hatimu masih belum bisa memaafkanku atas kejadian itu" ucap Tania.

"Lalu apa mau mu?" Tanya Irham menghempaskan pena yang ia pegang dimeja lalu menatap tajam Tania.

"Aku ingin hubungan kita baik baik saja seperti dulu" lirih Tania.

"Aku tidak bisa" Ucap Irham tegas.

"Tapi bagaimana mungkin diantara kita terjalin..."

"Aku menghormatimu karena kau adalah ist..." Ucap Irham.

"Ayah..." Ucap balita cantik berumur 3 tahun.

"Tasya" ucap Irham.

***

Mobil yang dikendarai Irham memasuki halaman rumahnya. Irham menatap malas mobil yang berada disampingnya. Apa wanita itu tidak lelah tiap hari mengunjunginya.Irham berjalan memasuki rumah.

"Irham kamu sudah pulang? Mama sudah memasak masakan kesukaan kamu". Ucap mama Irham.

"Aku masih kenyang". Ucap Irham.

"Irham nanti maag kamu kambuh dan semakin parah". Ucap mama Irham.

"Mama tidak perlu memperdulikan. Lebih baik mama pulang masih ada papa yang harus mama pedulikan" ucap Irham.

Only You by Ibelcia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang