Pagi Hari
Acara pun sudah dimulai, tamu-tamu mulai berdatangan. Semua orang sudah di depan untuk menyambut tamu. Sedangkan Dina tetap di belakang bersama bi Wani, walaupun hatinya sedih ia mencoba untuk terlihat baik-baik saja. Dina sudah sering seperti ini jika ada acara di rumah mertuanya.
"Non tidak usah, biar bibi saja yang kerjakan" ucap bi Wani.
"Tidak apa bi, lagi pula Dina tidak tahu harus melakukan apa. Oya bi, bukan Dina sudah bilang panggil nama saja. Dina tidak pantas dengan sapaan itu" ucap Dina tersenyum.
"Tapi non..."
"Dina bi, bukan non.."
"sulit non, bagaimana kalau manggilnnya non Dina saja?" tanya bi Wani.
"huh.. terserah bibi saja" Ucap Dina lelah. Lalu mereka tertawa bersama.
"Dina.." panggil Ayah mertuanya.
"Iya yah" jawab Dina.
"Kenapa kamu masih disini, ayo kedepan biar bi Wani saja yang mengerjakannya" ajak Ayah mertuanya.
"Iya bentar yah, nanti aku nyusul kedepan. Tadi aku bantu bi Wani sebentar karena ada pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan sendiri" Ucap Dina mencoba mencari alasan.
"Ya sudah habis ini kamu langsung nyusul kedepan ya" Ucap Ayah lalu berjalan meninggalkan dapur.
"baik yah" Ucap Dina tersenyum.
***
Setelah 1 jam di dapur Dina memutuskan ke depan untuk melihat sebentar, setelah Ara bolak-balik menyuruhnya untuk kedepan. Namun, saat Dina kedepan, ia melihat seorang wanita yang sangat cantik. Jika dibandingkan dengan dirinya seperti angka 1 dan 10. Kehadiran wanita itu membuat Mama mertua dan Nia sangat senang begitupun dengan yang lainnya. Dina juga melihat Irham menatap wanita itu. Ara menceritakan kepadanya jika wanita tersebut adalah mantan kekasih Irham yang bernama Tania yang juga seorang dokter. Dina bisa menyimpulkan, jika pemeran utama sudah muncul kembali. Maka, pemeran pengganti akan pergi. Berarti semakin dekat perpisahan dirinya dengan Irham.
"Ya ampun Tania, bagaimana kabar kamu? Kamu makin cantik aja?" tanya Mama Irham lalu memeluk Tania.
"Aku baik tante, tante bisa saja. Kecantikan tante juga enggak memudar" ucap Tania dan mereka tertawa bersama.
"Oh ya, Tania ada sesuatu buat tante, Nia dan lainnya juga" Ucap Tania.
"Wuah, bagus banget kak terimakasih banyak ya kak " Ucap Nia senang kepada Tania.
"Andai saja kamu yang menikah dengan Irham tante pasti senang" Ucap Mama Irham.
"Ma..." Ucap Irham mencoba menghentikan perkataan Mamanya karena Irham melihat Dina berada disekitar sini, Irham takut Dina salah paham.
"Ma.. jangan bicara yang tidak-tidak" Ucap Ayah tidak senang, Mama langsung diam.
Dina merasa kecil hati dan juga sedih karena ia tidak mampu membelikan hadiah-hadiah tersebut. Jika Dina memberikan sesuatu untuk Mama dan Nia, mereka tidak pernah senang. Kecuali Ayah, Ayah selalu senang menerima pemberian Dina yan sederhana. Akhirnya Dina pun kembali ke kamar Nia untuk menenangkan diri.
Acara telah siap setengah jam yang lalu. Irham hanya terdiam di depan pintu kamar Nia, ia ingin masuk tapi ia ragu. Irham tadi memperhatikan Dina yang pergi dengan murung setelah melihat Tania datang.
"Kak Irham tidak jadi masuk?" Ucap Nia.
"Kakak pergi bentar, ada urusan" Ucap Irham.
"Dasar es batu, kenapa si kak Irham. Kita Tanya lain di jawabnya lain juga. Dasar engga nyambung!" kesal Nia sambil membuka pintu kamarnya.
"Sudah selesai acaranya?" tanya Dina sambil membereskan barang-barangnya.
"Sudah, setengah jam yang lalu" jawab Nia canggung.
"Kak, aku.." Nia ingin menanyakan perihal tadi malam tentang kak Irham.
"Iya ada apa?" tanya Dina mengalihkan pandangan kearah Nia.
"Tidak jadi kak" ucap Nia ragu.
"Hmmm... Nia, kamu terlihat senang banget saat kak Tania datang" ucap Dina tersenyum.
"Iya, aku senang kak karena sudah lama kami tidak bertemu dengannya. Terakhir sebelum kepergian nenek. Lalu, kami juga tidak ada komunikasi lagi" Ucap Nia antusias.
"Nia, jika seandainya kak Tania yang menjadi kakak ipar kamu, kamu pasti lebih senang kan?" tanya Dina masih dengan tersenyum walaupun hatinya terluka
"Aku.."
"Kamu tenang aja sebentar lagi, semua itu akan terwujud. Yang perlu kamu lakukan hanya membangun kembali hubunganmu dengan kak Tania" Ucap Dina dengan ceria.
Nia sangat terkejut saat mendengar ucapan Dina. Seharusnya Nia senang mendengarnya, tapi mengapa dia merasa sedih?
"Maksud kakak?" tanya Nia bingung.
"Kakak kasih tahu rahasia kakak. Kakak memang menikah dengan kak Irham, tapi hubungan yang kami jalAni bukan sebagai suami istri tapi hanya seorang teman. Karena kak Irham tidak mencintai kakak. Jadi Tolong jaga rahasia ini ya... ssttt" bisik Dina tersenyum.
"Tapi kak Irham... " ucap Nia ingin menjelaskan namun tiba-tiba pintu kamarnya terbuka menampakan sosok Irham yang datang. Mereka berdua pun terkejut.
"Dina, ayo kita pulang" ajak Irham.
"Ada apa dengan wajah kalian berdua?" tanya Irham melihat ekspresi mereka terkejut.
"Hahaha... memangnya ada apa? Kita enggak kenapa-napa. Benarkan Nia? Ucap Dina dengan tertawa garing, begitu juga nia yang ikut tertawa garing.
"Iya kak, kami tidak ada apa-apa" ucap Nia mengalihkan pandangan.
Dina segera mengemasi barangnya dan mereka pun keluar dari kamar untuk berpamitan kepada yang lain untuk kembali ke rumah mereka.
***
Sesampainya dirumah mereka, Dina pun langsung masuk ke kamarnya untuk tidur karena badannya pegal-pegal semua seperti kerja rodi dan moodnya juga sedang buruk. Namun, tiba-tiba langkahnya berhenti ketika mendengar suara Irham.
"Dina, aku harap kamu tidak salah paham tentang kejadian tadi" Ucap Irham.
Dina berbalik. "Kamu tidak perlu menjelaskan padaku, lagi pula itu bukan urusanku. Seperti kata kamu" Ucap Dina berjalan menuju kamarnya meninggalkan Irham.
Irham mematung terdiam, kata-kata itu menghantam dirinya. Inikah yang dirasakan Dina saat ia berkata seperti itu kepada Dina.
***
Malam hari
"Bibi, kenapa bibi yang memasak, itu kan tugas saya bi?" ucap Dina.
"Bibi disuruh bapak memasak makan malam bu karena kata bapak ibu kelelahan" Ucap bi Ani
Makan malam pun telah selesai, Dina membantu bi Ani membereskan piring kotor. Namun tiba-tiba terdengar suara bel, Dina pun langsung berlari membuka pintu. Irham mengalihkan atensi saat Dina masuk kembali keruangan makan ketika Irham sedang menikmati kopi sambil bermain handphone.
"Makasi ya bi, bibi tahu aja kalau Dina butuh dipijat badannya". Ucap Dina senang sedikit berteriak dan sambil berlari kecil.
"Maksud ibu apa ya?" Ucap bi Ani bingung.
"Loh, bi Ani kan yang hubungi bi Darmi untuk mijat Dina?" Ucap Dina polos sambil menunjuk bi Darmi.
"Tapi bu saya..." Ucap bi Ani ingin menjelaskan jika bukan ia yang menghubungi bi Darmi.
Tiba-tiba Irham beranjak dari duduknya dengan wajah datar dan berjalan menuju kamarnya.Dina, bi Ani, dan bi Darmi hanya diam menatap kepergian Irham.
"Tidak mungkin Irham kan?" ujar Dina dalam hati lalu menatap bi Ani.
***
TBC
Cie cie yang cuek diam diam irham..
Jangan lupa vote and komen. See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You by Ibelcia (End)
Ficção Geral"Dina sadarlah, hentikan hatimu, jangan semakin jauh kamu jatuh cinta kepadanya" ucap Dina dalam hati. "Aku ingin hubungan kita baik-baik saja seperti dulu" lirih Tania. "Bukannya mama senang lihat aku begini, Dia sudah mewujudkan keinginan mama" uc...