Setiap pagi seperti biasa Dina menyiapkan sarapan dan perlengkapan Azriel dan juga Irham. Walaupun Dina dalam kondisi yang tidak sehat, dina tetap memaksakan dirinya. Ia tidak ingin membuat Azriel khawatir dan membuat Irham merasa terbebani.
"Kamu yakin, enggak mau ikut kerumah sakit? Wajah kamu pucat" tanya Irham.
"Hmm aku sudah baikan, istirahat sehari lagi pasti sembuh" ucap Dina lemah.
"Huh.. oke kali ini aku enggak maksa kamu. Tapi hubungi aku kalau kamu kenapa napa" ucap Irham.
"Iya" ucap Dina lemah.
"Aku pergi dulu sama Azriel" ucap Irham mencium kening Dina.
Dina hanya bisa tersenyum. Melihat kepergian kedua orang yang ia sayangi. Bisakah moment ini bertahan sedikit lebih lama lagi?
Dina memutuskan berobat ke puskesmas kampung sudah berhari hari ia belum kunjung sehat. Ia merasa obat yang Irham berikan tidak ampuh baginya.
"Selamat siang Bu..." Ucap Dina memasuki puskesmas.
"Eh... Bu guru dina" ucap ibu ulan yang bertugas sebagai perawat di puskesmas ini.
"Wajah ibu pucat sekali, ada keluhan apa Bu?" Tanya ibu ulan.
"Saya sudah hampir dua hari demam Bu, panasnya sudah turun tetapi kepala saya masih pening dan tubuh saya sangat lemas Bu. saya sudah minum obat tapi belum ada kurangnya Bu" keluh Dina.
"Hmm.. kalau boleh saya tahu ibu minum obat apa ya?" Tanya ibu ulan.
"Ini bu obatnya" ucap Dina.
Ibu ulan bingung melihat obat yang ditunjukkan Bu Dina. Sepengetahuannya itu adalah vitamin untuk penguat kandungan.
"Ibu, beli obat ini dimana?" Tanya bu ulan.
"Memangnya obatnya kenapa bu?" Tanya Dina balik.
"Ini hanya vitamin bu, bukan obat demam" ucap ibu ulan yang berusaha untuk memberitahu Bu Dina karena terlihat respon Bu Dina yang tidak mengetahui tentang obat ini sebenarnya.
Dina terkejut mengetahui obat yang selama ini dia minum adalah vitamin bukan obat demam. Tidak mungkin kan Irham salah beri obat untuknya.
"Pantas saya belum ada kurangnya bu, mungkin salah kasih resep obat" ucap Dina.
"Maaf Bu, sebelumnya apa benar obat ini yang memberi adalah dokter Irham, suami ibu?" Tanya bu ulan.
"Iya benar Bu, kalau begitu tolong buatkan resep obat demam untuk saya ya bu" ucap dina.
"Maaf Bu saya tidak bisa memberikannya, sebelum memastikannya" ucap Bu ulan tersenyum memberikan sebuah benda ke dina.
Tubuh Dina kaku dan tangan Dina bergetar menggapai benda tersebut.
"Ini...." Lirih Dina.
"Tolong di periksa dulu, biar kita tahu hasilnya". Ucap Bu ulan.
***
Suara muntahan terdengar dari ruangan toilet tersebut. Hal ini, mulai rutin dirasakan olehnya beberapa waktu lalu. Semua orang heran melihat perubahan tingkahnya yang aneh.
Orang tersebut keluar dari toilet setelah ia sudah merasakan enakan. Dia duduk kembali ditempat semulanya dan berusaha melanjutkan pekerjaannya.
"Khemm.. ham" panggil Haris melihat kondisi temannya yang sepertinya kurang fit beberapa akhir ini.
Irham hanya melirik haris dan tidak merespon panggilan temannya.
"Ham.. loe baik-baik ajakan?" Tanya haris
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You by Ibelcia (End)
Ficción General"Dina sadarlah, hentikan hatimu, jangan semakin jauh kamu jatuh cinta kepadanya" ucap Dina dalam hati. "Aku ingin hubungan kita baik-baik saja seperti dulu" lirih Tania. "Bukannya mama senang lihat aku begini, Dia sudah mewujudkan keinginan mama" uc...