Part 14

6.1K 261 0
                                    

Hari ini Dina sedang tidak ada jam mengajar karena jam olahraga sedang berlangsung di kelasnya. Dina menghabiskan waktunya duduk diam sambil melamun, tetapi didalam otaknya banyak pikiran yang berkecamuk. Sampai-sampai ia tidak sadar bahwa namanya di panggil oleh Yanti.

"Din... Dina... Din" panggil Yanti tidak didengar oleh Dina.

"Dina!" Sambil menepuk bahu Dina dan membuat Dina tersadar.

"Ehh.. Yanti, ada apa?" Tanya Dina terkejut.

"Kebalik, seharusnya kamu yang kenapa? Aku panggilin melamun aja? Lagi mikirin apa si?" Tanya Yanti.

"Hmm enggak ada" jawab Dina tersenyum.

"Beneran?" Tanya Yanti

"Iya beneran yan" jelas Dina tersenyum lebar.

Dina masih ragu ingin menceritakan keadaanya kepada Yanti. Dina belum siap untuk menceritakannya, jadi dia memutuskan untuk menundanya sedikit lebih lama.

"Bu Dina" panggil kepala sekolah

"Iya Bu" jawab Dina.

"Bisa keruangan saya sebentar?" Dina dan Yanti merasa was-was takut jika Dina berbuat salah dalam bekerja. Yanti meminta Dina untuk segera datang menemui kepsek lewat matanya.

Dina berjalan ragu menuju ruangan kepsek.

"Silahkan duduk bu" ucap kepsek

Dina duduk di seberang meja kepsek dengan gugup.

"Ada apa ya Bu?" Tanya Dina.

"Jangan tegang gitu, santai aja saya enggak jahat kok" ucap kepsek tersenyum dan Dina berusaha untuk tersenyum juga.

"Bu Dina, ada hal yang ingin saya sampaikan. Bu Dina sudah hampir 5 tahun mengajar di sekolah ini. Pihak Dinas sedang mencari guru untuk mengisi kekosongan guru didaerah lain. Bukan saya bermaksud mengusir Bu Dina, tapi dinas merekomendasikan Bu Dina. Saya berusaha mempertahankan Bu dina jika Bu Dina tidak bersedia". Jelas kepsek.

Dina mencerna setiap perkataan kepseknya, itu berarti iya harus pindah dari sekolah ini.

"Ibu, jika boleh tau didaerah mana ya Bu?" Tanya Dina lirih.

"Tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat juga, di daerah kota M"

Dina bingung haruskah ia menerima tawaran tersebut atau tidak.

"Saya akan pikirkan dulu Bu dan menanyakannya kepada pihak dinas. Terimakasih atas infonya" ucap Dina.

"Iya Bu Dina, nanti kabari saya bagaimana keputusan ibu"

"Baik Bu, Saya mohon izin" ucap Dina keluar dari ruangan kepsek.

Dina keluar dari ruangan kepsek,   tetapi Yanti sudah menunggu dengan beribu pertanyaan. Dina hanya memberikan senyum kepada Yanti dan semakin membuat Yanti penasaran.

***

Dina memasuki rumah dengan lelah wajahnya pucat, ia tidak mual karena sudah meminum obat yang diresepkan dokter untuk menekan rasa mualnya.  Dina hanya merasa sekarang dia mudah lelah, mungkin karena efek kehamilannya.

Dari ruang tamu ada yang memperhatikan gerak gerik Dina tanpa Dina ketahui. Dina baru menyadarinya ketika Dina bertatapan dengan seseorang yang tengah duduk di sofa. Dina  sudah lama tidak berjumpa dengannya.

"Sudah lama disini?" Tanya Dina yang mengamati penampilan orang itu memakai seragam sekolah.

"Tidak, baru 10 menit yang lalu" ucap Nia.

Dina hanya menanggapi dengan anggukan kepala.

"Mungkin dia akan pulang sebentar lagi, tunggu saja" jelas dina melihat jam tangan yang menunjukkan angka 5 sore.

"Maksudnya?" Tanya Nia tidak mengerti.

"Kak Irham, Nia kemari mau bertemu dengannya bukan? Kalau begitu saya ijin kedalam dulu". Ucap Dina berjalan ke kamar meninggal Nia yang hanya mematung melihat sikap Dina yang berbeda dari biasanya.

Nia duduk sendiri diruang tamu, ia menunggu Dina keluar dari kamar. Namun sudah hampir setengah jam tidak ada tanda-tanda Dina akan keluar. Nia bahkan hampir meneteskan air matanya. Tidak biasanya Dina bersikap acuh padanya, padahal Dina selalu ramah dan mengajaknya berbincang-bincang bahkan membantunya mengerjakan tugas sekolah tanpa Nia minta jika ia datang kemari.

Nia menolehkan kepalanya ketika terdengar suara pintu terbuka. Dina melihat kak Irham pulang kerja. Irham terkejut lalu berjalan menghampiri nia.

"Nia.." sapa irham

"Kak Irham.. " panggil Nia sedih.

"Sudah lama datang kemari" tanya Irham.

"Hampir 1 jam" jawab Dina.

"Kamu kemari ada perlu sama kakak?  Tanya Irham.

Nia menggelengkan kepalanya. Sebenarnya Nia ingin berjumpa dengan Dina untuk membantunya mengerjakan tugas.

"Lalu?" tanya Irham yang memperhatikan Nia menatap pintu kamar Dina.

"Aku ada tugas dari guru" ucap Nia yang mulai menangis.

"Mau kakak bantuin?" Tawar irham.

"Enggak jadi, aku mau pulang aja udah sore" Jawab Nia tapi matanya masih memperhatikan pintu kamar dina.

Irham tertawa melihat tingkah adik perempuannya.

"Kak Irham.. aku pulang dulu sudah sore!!!" Teriak Nia agar Dina mendengarnya dan keluar dari kamar.

"Kamu datang kemari mau jumpa kak Dina?" Tanya Irham tersenyum.

"Siapa bilang, enggak tuh. Tadi aku udah jumpa bentar waktu nunggu kakak" gengsi Nia.

"Kamu kangen main sama kak dina?"  Tanya Irham.

Nia hanya terdiam mendengar pertanyaan Irham. Ia menangis karena Dina tidak perhatian lagi dengannya.

***

Waktu makan malam tiba, Dina dan Irham menyantap makanan dalam keadaan hening sampai suara Irham memecahkan keheningan.

"Kamu tahu tadi Nia kemari?" Tanya Irham.

Dina hanya menganggukkan kepala.

"Dia lumayan lama nunggu tadi" ucap Irham.

"Iya dia kan nunggu kamu". Ucap Dina.

"Bukan aku, tapi kamu. Nia hampir menangis nungguin kamu untuk keluar dari kamar." Jelas Irham.

Dina mematung mendengar perkataan Irham. Hatinya merasa tidak percaya seorang Nia yang tidak menyukainya menangis karenanya.



***

Keesokannya Dina menjumpai kepala sekolah untuk membahas hal kemarin.

"Ibu kemarin saya sudah pergi ke dinas untuk menanyakan perihal tersebut." Ucap Dina

"Lalu, apa keputusan Bu Dina?" Tanya kepsek.

"Saya bersedia Bu"

"Jadi kapan rencana ibu pergi ke kota M?" Tanya kepsek.

"Minggu depan Bu, tetapi dinas kemarin ada menawarkan kota lainnya. Jadi saya masih belum tahu juga dimana saya ditempatkan" jelas Dina.

"Saya berdoa yang terbaik untuk Bu Dina" ucap kepsek.

"Terima kasih bu, kalau begitu saya pamit pulang bu" ucap Dina.

"Iya Bu, hati-hati"

Sepulang sekolah Dina tidak langsung pulang kerumah. Ia ingin singgah dulu di suatu tempat. Sekarang ia sudah berada di depan gedung berwarna putih. Perasaannya menjadi takut, ia menghela napas berat dan membulatkan tekadnya. Lalu ia berjalan masuk ke gedung tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu bu" ucap salah satu pegawai.

"Saya ingin mengajukan gugatan cerai" ucap Dina mantap.




***




TBC



Only You by Ibelcia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang