Suara mobil memasuki halaman rumah kecil. Yudi, Beni, dan haris mengantar pulang Azriel. Mereka merasa asing dengan lingkungan sekitar. Rumah penduduk yang sedikit jarang sehingga membuat suasana terlihat sepi dan gelap. Di tambah hawa dingin setelah hujan turun dan suara serangga yang terdengar di keheningan malam.
"Ben, ris, gue kok horor ya?" Ucap Yudi ketakutan berjalan di depan pintu rumah.
"Apaan si loe yud?! Biasa aja" ucap beni yang menutupi rasa takutnya.
"Azriel, ini benar rumah kamu?" Tanya haris kepada Azriel.
"Benel paman, ini lumah jiel" ucap Azriel.
"Mama... Mama.. ini jiel" teriak Azriel sambil mengetuk pintu.
"Gelap banget rumahnya" ucap Yudi.
Suasana semakin mencengkam dan membuat Haris, Yudi, dan beni merinding. Tidak lama kemudian pintu rumah dina terbuka. Membuat mereka teriak ketakutan.
"Kalian mau buat heboh satu kampung?" Ucap Irham datar.
"Papa... Papa kenapa ada di lumah jiel?" Tanya Azriel lalu berhambur ke Irham. Irham menyambut Azriel lalu menggendongnya.
"Gila, loe ham buat jantung gue mau copot" ucap Yudi.
"Sumpah ham, gue jantungan" ucap beni.
"Kok, loe bisa disini ham?" Tanya haris.
"Jadi alasan Loe ada urusan sore tadi, karena pergi kesini?" Tanya Beni.
"Dina mana ham? Gue enggak sabar mau ketemu Dina" tanya Yudi berniat ingin masuk ke dalam rumah. Namun Irham menghadangnya.
"Kalian boleh pulang, terima kasih Uda antar jiel". Ucap Irham datar.
"Ham, loe ngusir kita-kita?" Tanya beni.
Irham hanya mengangguk datar tanpa rasa bersalah membuat teman-temannya tak habis pikir dengan Irham.
"Kalian hati-hati dijalan" ucap Irham.
"Dada... Paman.. sampai jumpa lagi" ucap Azriel tersenyum.
Kemudian Irham berjalan kembali memasuki rumah dan menutup pintu.
"Tega banget Irham sama kita, kesel gue" ucap Yudi.
"Kenapa ya Irham enggak mau kita masuk?" Tanya beni.
"Sudahlah, belum saatnya kita menjumpai Dina. Irham masih membutuhkan waktu dengan Dina untuk menyelesaikan masalah diantara mereka". Jelas Haris.
"Hmm, benar juga sih" ucap beni.
"Eeeh... Kalian lihat enggak tadi bibir Irham luka gitu, terus gue juga ada lihat goresan merah di leher irham. Kok bisa ya?" Tanya Yudi kepada haris dan beni sambil berpikir.
"Mana gue tahu, loe enggak nanya tadi sama Irham" ucap beni.
"Ada yang enggak beres nih" ucap Yudi yang ingin menghampiri kembali rumah Dina.
"Eh eh mau mana loe yud?" Ucap Haris mencegah Yudi.
"Gue mau ngecek keadaan Irham sama Dina. Gue takut mereka bertengkar hebat" ucap Yudi khawatir.
"Gue juga khawatir" ucap beni.
"Enggak usah, kita pulang aja" ucap Haris.
"Kok loe gitu si ris? Rasa empati loe mana? Loe enggak khawatir apa mereka bertengkar hebat?" Tanya Yudi.
"Iya gue khawatir apalagi sama Dina. Mereka memang bertengkar hebat bahkan bisa jadi lebih panas. Wajar si Irham melakukannya karena Uda sekian lama. Jadi lebih baik kita enggak usah ikut campur, yang ada kita jadi ganggu mereka. Berdoa aja semoga besok dina masih bisa berjalan. Tapi melihat keadaan Irham seperti itu. Gue kok enggak yakin ya sama keadaan Dina?" jelas Haris tersenyum makna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You by Ibelcia (End)
General Fiction"Dina sadarlah, hentikan hatimu, jangan semakin jauh kamu jatuh cinta kepadanya" ucap Dina dalam hati. "Aku ingin hubungan kita baik-baik saja seperti dulu" lirih Tania. "Bukannya mama senang lihat aku begini, Dia sudah mewujudkan keinginan mama" uc...