Malam hari
Suasana rumah sangat ramai, karena banyak sanak saudara Irham yang menginap di sini. Jadi mereka memtuskan bahwa perempuan tidur dikamar dan laki-laki tidur di ruangan keluarga. Dina, Ara dan Kaila tidur dikamarnya Nia. Dina menatap Kaila tidur dengan gemasnya, lalu Dina membetulkan selimut yang menutupi tubuh Ara dan Kaila. Kemudian, Dina menuju sofa yang terletak di kamar Nia. Dina memutuskan untuk tidur disana karena jika mereka berempat di ranjang pasti tidak akan leluasa, walaupun tubuh Dina kecil. Namun, aku mengurungkan niat ku saat melihat Nia sedang mengerjakan tugas sekolahnya dan berjalan mendekatinya.
"Ada yang bisa kakak bantu?" tanya Dina tersenyum.
"Tidak perlu, kakak hanya akan menggangguku" ucap Nia tidak suka.
"Maaf jika kakak mengganggumu, kakak tahu kamu juga tidak sukakan sama kakak?" karena kakak yang menjadi istri kak Irham" tanya Dina. Nia mengalihkan pandangannya ke Dina.
"Tidak perlu dijawab, mungkin kakak sudah tahu jawabannya. Walaupun begitu kakak tetap senang setidaknya kamu masih menganggap keberadaan kakak dan mau merespon ucapan kakak" ucap Dina dengan senyum tulus sehingga membuat Nia tertegun menatapnya. Setelah itu Dina pun berjalan menuju sofa untuk tidur karena ia sudah mengantuk.
"Jangan tidur larut malam, jika tidak selesai kerjakan besok saja. Selamat malam..." Ucap Dina lalu menutup mata dan Nia hanya terdiam tidak merespos perkataan Dina.
Setengah jam telah berlalu dan Nia sudah berbaring di ranjang untuk tidur, namun tiba-tiba ia melihat ada orang memasuki kamarnya. Walaupun kamar ini hanya diterangi oleh lampu tidur, Nia bisa melihat jika kakaknya yaitu kak Irham sedang mensejajarkan tubuhnya didekat kak Dina. Nia melihat kak Irham sedang memberikan selimut untuk menutupi tubuh kak Dina. Kemudian, kak Irham dan menatap kak Dina yang tertidur dengan tatapan yang sulit diartikan, namun Nia seperti bisa mengartikannya.
Irham termenung menatap Dina yang tertidur sambil membenarkan letak selimut dan rambut yang menutupi wajah Dina. Potongan percakapan itu terus berputar-putar didalam pikirannya.
Flashback
"Irham, apa kamu benar-benar mencintai Dina? Aku tahu hubungan kalian hanya sandiwara belaka. Jika ini terus berlanjut kamu akan menyakitinya, Dina wanita yang baik, Dina juga berhak mendapatkan kebahagian. Jika kamu tidak mencintainya lepaskanlah Dina. Kamu hanya akan membuang-buang waktunya saja " Ucap Ilham menasehati Irham.
"Kamu dengar ya, sudahku Ucapkan berapa kali sampai kapan pun aku tidak sudi kamu memanggilku Mama. Karena aku tidak pernah setuju kamu menjadi menantuku, Mengerti kamu!? Kamu harus ingat, jika tidak ada orang lain, kamu jangan memanggilku Mama!" ucap Mama Irham penuh penakanan kepada Dina.
"Ba..baik tante" ucap Dina lemah sambil menunduk takut.
"Jika aku juga seorang dokter sama sepertimu dan bukan seorang guru. Mungkin Mama dan semua orang bisa menerimaku kan?" ucap Dina tersenyum miris.
***
Kata-kata itu terus berputar di pikiran Irham. Irham sangat terkejut mengetahui kebenaran jika selama ini Dina tidak diperlakukan dengan baik oleh Mamanya. Irham merasa bersalah karena selama ini terlalu mengacukan Dina. Irham terus menatap wajah tidur Dina yang tenang.
"Aku juga tidak tahu apa yang kurasakan terhadapmu Din, namun aku nyaman hidup denganmu. Kamu wanita yang baik dan juga istri yang sempurna. Seharusnya aku tidak menyeretmu dalam masalahku. Bisakah aku memperbaiki hubungan ini? Aku harap kamu dapat bertahan dan bersabar sedikit lagi untuk tetap disisiku" ujar Irham dalam hati sambil membelai rambut Dina.
Flashback Irham 7 Bulan lalu
Saat itu Irham sedang patah hati dan kecewa sekaligus marah karena orang yang Irham cintai menolak lamarannya dan lebih memilih impiannya. Saat itu nenek Irham juga sedang sakit, Neneknya meminta Irham untuk segera menikah, dikarena Ilham sudah menikah duluan. Oleh karena itu, neneknya memiliki permintaan terakhir kepada Irham sebelum ia pergi selama-lamanya. Irham sangat menyayangi neneknya, ia merasa tertekan tidak bisa mewujudkan impian neneknya. Namun, ketika Irham berjalan dilorong rumah sakit tanpa sengaja bertemu dengan Dina Fahira. Irham mengenal perempuan tersebut, perempuan itu adalah wanita yang baik namun pendiam. Irham sudah mengetahui sifatnya. Dina adalah teman SMA-nya dulu, sudah sangat lama Irham tidak bertemu denganya. Tanpa piker panjang Irham menghampiri Dina.
Saat itu juga Irham melamarnya, mungkin ia sudah tidak waras tapi Irham tidak dapat berpikir jernih lagi. Namun, diluar dugaannya Dina langsung menerima ajakannya untuk menikah, Irham berpikir Dina sama gilanya dengan dirinya. Kemudian, Irham langsung membawa Dina keruangan neneknya dan memperkenalkan Dina kepada nenek dan keluarganya. Nenek Irham sangat bahagia dan langsung menyetujui hubungan kami, tetapi Mama tidak setuju dengan pernikahan kami. Irham berpikir cepat atau lambat Mamanya akan menyetujui pernikahan mereka. Tiga hari kemudian, Irham melamarnya dihadapan Ibu Dina dan 2 minggu kemudian mereka menikah dengan sederhana hanya dihadari saudara dan orang terdekat saja. Seminggu, setelah pernikahan mereka, nenek Irham meninggal dunia dan Irham benar-benar merasa sangat terpukul karena ia begitu menyayangi neneknya.
"Maaf aku menyeretmu kedalam masalah ini, alasan aku menikahimu karena itu keinginan teraikhir nenek yang ingin melihat ku menikah. Seharusnya aku menikahi kekasihku namun dia menolak dan lebih memilih mengejar impiannya. Aku tahu ini salah, untuk itu aku minta maaf kepadamu Din. Walaupun kita menikah, aku tidak akan mencampur urusan pribadimu, begitupun juga denganmu. Setelah 1 tahun kita menikah aku akan menceraikanmu dan kamu bisa bebas kembali." Ucap Irham lirih dan merasa bersalah ketika melihat mata Dina berkaca-kaca. Dina menghela napas berat dan mencoba tersenyum.
"Kalau begitu semoga kita menjadi teman yang akur setahun kedepan" ucap Dina mencoba tersenyum walaupun itu senyuman palsu.
***
Walaupun awalnya Irham canggung hidup bersamanya namun kelamaan ia nyaman hidup bersama Dina. Ternyata Dina orang yang supel dan tingkahnya kadang kadang aneh sehingga membuat Irham diam-diam menertawainya. Walaupun Irham tetap terlihat dingin dan acuh di depan Dina. Namun, Irham tahu bahwa ada cinta dimata Dina untuknya, tetapi Irham memilih aku pura-pura tidak mengetahuinya karena ia masih belum bisa melupakan perempuan yang pernah mengisi hatinya saat itu. Namun, apakah bisa Dina menempati hatinya menggantikan perempuan tersebut?
"Maaf.." bisik Irham. Lalu Irham mencium kening Dina dengan lembut dan beranjak meninggalkan kamar. Namun, tiba-tiba Irham berhenti ketika mendengar suara Nia tanpa berniat menoleh ke belakang.
"Kak Irham, apa kamu mencintai kak Dina?" Ucap Nia pelan namun masih bisa di dengar oleh Irham.
***
TBC
Jangan lupa vote and komen. Sampai jumpa part selanjutnya
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You by Ibelcia (End)
Ficção Geral"Dina sadarlah, hentikan hatimu, jangan semakin jauh kamu jatuh cinta kepadanya" ucap Dina dalam hati. "Aku ingin hubungan kita baik-baik saja seperti dulu" lirih Tania. "Bukannya mama senang lihat aku begini, Dia sudah mewujudkan keinginan mama" uc...