Dina perlahan mulai tersadar dari tidurnya, ia membuka mata menatap sekelilingnya. ini benar nyata, Dina terbangun di kamar milik Irham. Kejadian semalam bukan mimpi. Dina berusaha beranjak dari kasur dengan selimut yang melilit tubuhnya. Walaupun bagian bawah tubuhnya terasa amat sakit ia harus menahannya. Dina berjalan menuju tas yang terdapat di sofa, tidak ada baju berserakan dilantai mungkin Irham sudah membereskannya.
Dina melihat jam menunjukkan pukul 9 pagi, sudah terlambat baginya untuk datang kesekolah. Lagi pula ia tidak yakin dengan kondisinya sekarang, bahkan untuk berjalan saja sangat sulit dan harus hati hati. Dina mengecek handphone nya dan banyak notifikasi yang masuk dari Yanti dan beberapa dari mas Yuda. Dina segera menghubungi Yanti.
"Hallo yan" panggil Dina serak.
"Hallo Din, kamu Uda baikan sakitnya?
"Kamu tahu sakit dari mana?"
"Tadi suami kamu datang ke sekolah, katanya kamu sakit hari ini. Irham minta izin sama kepsek karena kamu enggak bisa ngajar hari ini sampai kamu sembuh. Awalnya aku enggak percaya kamu sakit soalnya semalam kamu kan terlihat baik baik aja. Tapi setelah mendengar suara kamu yang serak dan kehabisan aku jadi yakin heheh. Maaf ya Din" ucap Yanti bercanda.
"Irham datang?"
" Iya, suamimu so sweet kan? Idaman banget perhatian lagi sama istrinya. Oh ya, aku dan mas yuda tadi Uda jelasin perihal semalam sama suami kamu. Untung saja suami kamu enggak salah paham"
Dina tersenyum miris mendengar perkataan Yanti seolah menolak kesimpulan yang Yanti sampaikan.
"Din aku harus lanjut ngajar ni, kamu tenang aja kelas kamu di gantiin sementara sama guru lain"
"Makasih ya yan..."
" iya.. aku tutup ya"
Dina berjalan keluar dari kamar Irham menuju kamar miliknya dengan tertatih tatih.
"Bu, perlu bibi bantu?" Tawar bibi Ani yang kasihan melihat Dina seperti itu.
Dina menatap bibi Ani berkaca kaca, ia malu pada bibi Ani. Bibi Ani mengetahui bahwa rumah tangga antara majikannya memang tidak normal. Namun apalah daya ia hanya seorang pekerja yang tidak berani ikut campur.
"Tidak perlu bi" lirih Dina
"Bibi mau kepasar, kalau ibu mau makan bibi sudah siapkan makananya di meja makan bu"
"Bu aku mau titip sesuatu, tolong belikan untuk ku ya bi"
***
Irham termenung diruang kerjanya. Pikirannya berkelana tentang kejadian tadi pagi, walaupun Yanti dan si Yuda itu sudah menjelaskannya tapi tetap saja ia tidak percaya. Apalagi Yuda ia tahu lelaki itu tertarik dengan istrinya, ia bisa melihat nya dengan jelas.
"Ckk.. " desis Irham kesal
Masuklah tiga serangkai alias trio
"Hai.. hai bro... Muka loh jutek amat" tanya haris
"Yang semalam main pergi aja?" Sindir yudi
"Malah tinggalin utang lagi" kesal beni
Irham hanya tenang menatap teman temannya.
"Enggak ada merasa bersalah gitu bro" sindir beni
Irham sekali lagi hanya mengangkat alisnya dan tersenyum sangat tipis. Haris tertawa melihat kejadian tersebut
"Wuah edan ni orang, lagi puasa apa sakit gigi dari tadi enggak ada ngomong" heran Yudi
"Kok bisa ya kita mau berteman sama tembok kayak dia? Kata beni
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You by Ibelcia (End)
Ficción General"Dina sadarlah, hentikan hatimu, jangan semakin jauh kamu jatuh cinta kepadanya" ucap Dina dalam hati. "Aku ingin hubungan kita baik-baik saja seperti dulu" lirih Tania. "Bukannya mama senang lihat aku begini, Dia sudah mewujudkan keinginan mama" uc...