"Sepertinya Kak Karin kurang memberimu makan siang ini hingga kau berubah menjadi sangat buas."
"Apa katamu?! Kau kira aku ini ap-"
Amarah Sarada benar-benar selesai berkat suara perutnya yang berbunyi keras. Wajahnya benar-benar semerah kepiting rebus sekarang. Ini sungguh memalukan hingga membuatnya ingin hilang dari dunia ini. Sarada telah kehabisan kata-kata di hadapan pemuda yang kini sedang tersenyum menatapnya.
"Mau makan bersamaku?"
"Eh?"
Sarada menatap canggung pada makanan yang telah tersedia di hadapannya. Ia memang lapar karena tidak begitu menyukai makanan yang disajikan Karin tapi rasa gengsinya terus meronta agar tidak terbuai dengan makanan itu.
💞
💞
💞
Mafia
💞
💞
💞
"Tidak, aku bisa memasak makananku sendiri nanti."
"Untuk apa memasak kalau makanan sudah tersedia di hadapanmu?"
"Dengar, bos mafia! Aku tidak akan tergoda sedikitpun oleh makanan beracun itu!"
Sarada yakin makanan itu mengandung racun yang siap melenyapkannya dengan satu gigitan saja. Tapi piring dengan beberapa roti yang dioles selai blueberry itu benar-benar membuatnya meneguk ludah beberapa kali.
"Kemarilah, Sarada. Aku tidak masalah bila harus membagi makan siangku denganmu."
"Bukankah aku sudah berkata tidak?!"
Mitsuki bangkit sambil menyodorkan sepotong roti ke bawah hidung Sarada. Ia penasaran sampai berapa lama Sarada menolak kebaikannya. Mitsuki yakin bahwa Sarada takkan bertahan lama menghadapinya.
"Buka mulutmu!" Perintah Mitsuki sambil menyuapkan sepotong roti yang ia belah menjadi dua.
"Dasar curang, godaanmu tidak akan berhasil!"
"Benarkah?"
Sarada sangat kesal karena Mitsuki dan makanan itu terus mengodanya. Pemuda itu sengaja mengunyah roti di hadapannya. Itu membuktikan bahwa roti di piring itu benar-benar aman dimakan tapi karena ucapannya tadi tidak mungkin ia meminta belas kasih padanya.
"Rasa malu membuatmu kelaparan." Mitsuki sekali lagi menyuapkan roti.
"Tidak."
Mitsuki masih menunggu kerasnya hati gadis ini luluh. Bagaimanapun juga ia bukan orang yang kejam hingga membiarkan seseorang kelaparan di dekatnya.
"Kau tahu, sejak dulu aku ingin sekali ada seseorang yang bisa ku ajak makan bersama. Disini memang banyak orang tapi mereka menolak keinginanku."
"Mungkin karena kau tuan mereka. Mereka merasa tidak pantas bersanding denganmu."
"Karena itulah aku berharap padamu."
Sarada mengutuk dirinya karena tak mampu melaksanakan keinginannya untuk menyerang Mitsuki. Niat itu kini telah rusak karena terjebak di ruangan ini. Entah mengapa kata-kata Mitsuki tadi membuatnya kasihan. Sarada tak melawan saat Mitsuki menggandeng tangannya agar bisa duduk bersama dan membiarkan pemuda itu menyuapkan roti untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia
FanfictionNew cover is in progress Temporary cover by ibis paint Hidup sengsara karena tekanan seseorang yang bahkan tak menyayanginya sebagai keluarga. Cobaan datang bertubi-tubi hingga akhirnya kebahagiaan datang dari sosok yang tak terduga. Ini adalah kis...