"Nyonya, hubungan kami dengan tuan hanyalah bawahan dan atasan. Tuan Mitsuki adalah seorang yang sangat kami hormati jadi tidak mungkin kami menganggap tuan sebagai keluarga layaknya seorang keponakan atau adik."
Mata onyx nya mengedar menatap orang-orang ini. Ternyata semua sependapat dengan Suigetsu. Ia bisa melihat betapa besarnya rasa hormat dan kasih sayang mereka pada tuannya tapi ia merasa kasihan pada Mitsuki karena tak satupun orang di rumah ini yang menyayanginya layaknya keluarga. Sarada baru mengerti mengapa dengan orang sebanyak ini Mitsuki tetap saja merasa kesepian, inilah alasannya. Sarada menghela napas pasrah sampai perhatiannya mengarah pada Mitsuki yang sedari tadi berdiri di salah satu anak tangga.
💞
💞
💞
Mafia
💞
💞
💞
"Mitsuki, kau harus tanggung jawab atas kekesalanku! Kau itu laki-laki tapi menghabiskan banyak waktu di kamar mandi seperti seorang perempuan!"
Sarada memekik sembari berlari mengejar Mitsuki yang terus berjalan meninggalkannya. Langkah pria itu begitu cepat hingga ia hampir tak mampu menyamai kecepatan berjalannya.
"Huft, dasar orang aneh!"Gerutu Sarada setibanya di roftoop rumah ini. Kekesalannya seketika berganti kekaguman karena pemandangan dari atas sini jauh lebih indah daripada menatap dari balkon kamar. Sarada terheran-heran menyadari jarak antara lantai dasar dengan roftoop yang cukup jauh namun Mitsuki sampai di tempat ini hanya membutuhkan waktu kurang dari lima menit.
Angin kencang meniup tubuh mereka dalam hening. Obrolan yang baru saja terjadi mengundang rasa kasihannya kembali. Ia sama sekali tak menyangka bahwa Mitsuki ada disana dan mungkin mendengar seluruh percakapan itu.
"Mitsuki."
Mitsuki terlalu larut dalam pikirannya hingga suara Sarada terdengar seperti bisikan angin yang terlalu lembut. Hati Sarada semakin tak tenang melihat respon kosong Mitsuki. Untuk pertama kalinya Mitsuki mengabaikan seseorang yang ingin membuka hati untuknya.
"Kau.. Mendengarkan semuanya? Aku yakin Paman Suigetsu dan yang lainnya sebenarnya.."
Mitsuki hanya membisu menatap Sarada yang menggantung kalimatnya. Tatapan manik gold itu begitu dingin sebagai jawaban bahwa dia sedang tidak ingin diganggu. Meskipun begitu Sarada sama sekali tak merasa takut seperti biasanya. Mungkin saja Mitsuki akan memarahinya bila ia semakin mendekat tapi ia sangat ingin membuat Mitsuki melupakan kesedihannya. Sarada menebak bahwa Mitsuki memang mendengar seluruh percakapan tadi, karena itulah sorot matanya semakin menyedihkan.
"Maaf, aku tak bermaksud-"
"Tidak apa."
Jawaban yang singkat nan pedih. Iris onyx bergetar menatap Mitsuki yang berdiri tegar dengan hembusan angin menerbangkan setiap helai rambutnya. Wajah kecewa itu sungguh membuat Sarada merasa bersalah.
"Mitsuki, aku hanya berpikir bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat dekat denganmu. Aku hanya penasaran pada sikap mereka yang begitu menuankan dirimu karenanya aku menanyakan hal itu."
"Dan kau, darimana kau tahu bahwa selama ini aku kesepian?"
"Semua bisa ku lihat dari sikapmu, sorot matamu."
![](https://img.wattpad.com/cover/284782849-288-k593608.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia
FanfictionNew cover is in progress Temporary cover by ibis paint Hidup sengsara karena tekanan seseorang yang bahkan tak menyayanginya sebagai keluarga. Cobaan datang bertubi-tubi hingga akhirnya kebahagiaan datang dari sosok yang tak terduga. Ini adalah kis...