Mafia 10

125 19 6
                                    

Sementara itu, Mitsuki menjumpai Sarada yang sedang memeluk Mikatsuki di ranjang. Ini pemandangan yang cukup manis untuk dirinya yang sedang terluka.

"Mitsuki, kau dari mana saja? Semua orang mencarimu sejak tadi."

"Benarkah? Aku hanya jalan-jalan."

"Mengapa kau tidak mengajakku?!"

💞

💞

💞

Mafia

💞

💞

💞

Pertanyaan Sarada membuat Mitsuki tertawa kecil sampai kemudian tersenyum begitu lembut. Butuh waktu cukup lama bagi Sarada menyadari apa yang ia katakan barusan. Nada pertanyaan itu seperti orang merajuk. Mitsuki cukup heran mengapa Sarada mudah sekali berubah setelah ia memperistrinya, mengingat amarahnya yang saat itu sangat buas.

"Ma-maksudku mengapa kau pergi tanpa memberitahu siapapun?! Jika kau berpamitan denganku, aku pasti bisa menjawab kekhawatiran mereka!"

Mitsuki masih mempertahankan senyumnya dengan rasa puas menggelora dalam hati. Senang rasanya melihat Sarada salah tingkah.

"Sarada, apa kau benar-benar yakin bahwa aku bukan anggota mafia yang kau sebut-sebut itu?"

"Entah, tapi perkataan nona Karin saat itu begitu meyakinkan. Aku hanya heran mengapa saat itu ada banyak orang yang berusaha menyerangmu."

"Bukankah itu mencurigakan?"

"Aku tidak mau menuduhmu lagi. Aku hanya ingin tahu sebenarnya kau ini siapa."

Perlahan mendekati Sarada dan duduk di sampingnya. Lagi-lagi Mitsuki sebal karena Sarada lebih memperhatikan Mikatsuki dari dirinya.

"Suatu saat nanti kau pasti tahu segalanya tentang diriku."

"Aku hanya berharap kau bukan bos mafia jahat itu."

💞

💞

💞

Mafia

💞

💞

💞

Ketidakhadiran Mitsuki perlahan menimbulkan rasa bosan pada Sarada. Hingga saat ini Sarada belum bisa mengartikan apa yang ia rasakan selama ini. Mitsuki adalah sosok asing baginya tapi dalam sekejap waktu telah menjadikan pria itu sebagai seseorang yang dekat dengan hatinya.

"Nona Karin, sebenarnya Mitsuki dan yang lainnya pergi kemana?"

"Apa anda sedang merindukan Tuan Mitsuki, Nyonya?"

"Tolong jangan jawab pertanyaanku dengan pertanyaan tak masuk akal itu!"

"Haha, maafkan saya, Nyonya. Sebentar lagi mereka pasti pulang."

Sarada tak terlalu mendengarkan Karin karena kehadiran Mikatsuki yang menggosok-gosokkan wajahnya di wajah Sarada. Betapa lucunya kucing hitam putih ini hingga membuat Sarada semakin gemas.

"Selamat sore, tuanku. Nyonya Sarada tampaknya sangat merindukan anda."

"Tidak, itu tidak benar! Nona Karin berbohong, Mitsuki!"Jika Karin berseru riang atas apa yang ia ucapkan, Sarada merasa gugup dan malu. Secepat mungkin Sarada mengelak seruan Karin meski rasa rindu itu mungkin memang ada. Sayangnya tidak ada jawaban untuk siapapun, hanya belaian singkat di puncak kepala Sarada lalu Mitsuki berlalu meninggalkan mereka di ruang tamu. Sarada beruntung rona merah di wajahnya tak sempat dilihat pria itu.

MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang