Mafia 21

90 11 0
                                    

"M-mereka berdua gugur di tangan Tuan Log. Maafkan kami tuan... Maafkan kami..."

Bak tersambar petir di siang hari, kabar itu membuat semua orang yang mendengarnya sangat terpukul. Mitsuki seakan kehilangan kekuatannya menatap beberapa anak buahnya yang lain mengangkat jenazah mereka berdua ke rumah ini. Mitsuki melangkah gontai tanpa menghiraukan para pemuda yang memohonan pengampunan di kakinya. Dua orang yang sangat dekat dengannya bahkan sudah ia anggap seperti pamannya telah mendahuluinya sebelum bisa melihat akhir dari kisah menyedihkan ini.

💞

💞

💞

Mafia

💞

💞

💞

Mitsuki terduduk lemas di hadapan dua jenazah yang telah tebujur kaku itu. Mereka yang telah menyelematkannya dari lingkaran kematian di jurang itu, mereka pula yang merawatnya hingga dewasa dan senantiasa melindunginya di berbagai situasi tapi kini mereka meninggalkannya. Mata gold itu henti menatap mereka yang gugur hingga tak mampu berkata apapun bahkan satu tetes air matapun tak mampu menetes meski hatinya sangat hancur.

"Tuan, kita harus segera memakamkan  mereka berdua."

Tidak ada jawaban meainkan melainkan ekspresi dingin yang menyiratkan segala kesedihan dana marah yang sangat besar. Rasa benci dalam hatinya semakin menggunung pada Log yang telah merenggut segalanya dari dirinya.

Dia sama sekali tak mengekspresikan rasa kehilangannya namun semua yang menyaksikan sikap Mitsuki sangat mengerti bahwa tuan mereka sesungguhnya telah kehilangan sebagaian kekuatannya. Bisa dilihat dari sikap diam Mitsuki serta langkah gontai dari raganya yang rapuh saat perlahan menaiki anak tangga menuju kamar.

"Semua baik-baik saja, kan Mitsuki?" Mai bertanya karena ekspresi datar adiknya yang begitu suram. Mendengar pertanyaan ini, sebuah senyuman mengerikan terbit di wajah tampannya.

"Ya, semua baik-baik saja karena dua orang yang kusayangi telah pergi meninggalkanku."

💞

💞

💞

Mafia

💞

💞

💞

Asap dupa dan puluhan bunga lily mewarnai suasana rumah duka. Mereka yang mengasihi para mendiang menangis terisak melepas kepergiannya. Hanya Mitsuki seorang yang masih saja tak mampu menggambarkan kesedihannya yang lebih dalam dari yang lain.

"Kuatkan hatimu, adik kecil."

Mitsuki tak tahan menyaksikan upacara ini. Semua yang hadir semakin terpukul melihat sikap tuan mereka yang tak mudah menerima kenyataan. Sarada berusaha mengejar Mitsuki tanpa menghiraukan kondisi tubuhnya yang lemah menuju sebuah pohon besar, tempat suaminya bersandar saat ini.

"Maafkan aku, Mitsuki. Andai saja aku tidak egois dengan menahanmu agar kau tetap bersamaku, pasti ini tidak akan terjadi."

Iris gold menatap sendu tangan kecil yang menggenggam erat tangan kanannya. Ini sangat menyakitkan namun dibandingkan mereka berdua, membayangkan Sarada berada dalam situasi yang serupa membuat Mitsuki lebih buruk lagi. Dia masih bisa melanjutkan hidup tanpa dua pamannya, tapi belum tentu ia bisa bernapas tenang tanpa Sarada.

MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang