Seberkas ingatan manis yang masuk ke mimpinya membuat kedua mata onyx itu terbuka tiba-tiba. Sarada segera mengalihkan tatapannya pada Mitsuki berharap pria ini telah sadarkan diri, namun Mitsuki masih saja nyaman dalam tidurnya. Sementara Mai tengah terlelap di sofa yang tak jauh dari tempatnya berdiam.
Seberkas ingatan manis yang masuk ke mimpinya membuat kedua mata onyx itu terbuka tiba-tiba. Sarada segera mengalihkan tatapannya pada Mitsuki berharap pria ini telah sadarkan diri, namun Mitsuki masih saja nyaman dalam tidurnya. Sementara Mai tengah terlelap di sofa yang tak jauh dari tempatnya berdiam.
💞
💞
💞
Mafia
💞
💞
💞
Sinar mata onyx semakin meredup menyadari kejadian semalam hanyalah mimpi. Air mata rasanya sudah kering menangisi Mitsuki yang entah sampai kapan menyamankan diri dalam tidur panjangnya. Satu hari satu malam rasanya telah ribuan malam ia lalui di tempat ini. Sesekali Sarada tersenyum hampa menatap wajah tampan yang tampak damai itu. Setiap saat ia berharap Mitsuki terbangun setelah ia membuka matanya namun tampaknya ia harus lebih bersabar untuk itu.
"Aku akan menjenguk teman-teman Mitsuki, kau tetaplah disini!"
"Baiklah, Kak Mai."
Tanpa dipinta pun wanita malang ini akan terus bersama suaminya. Sarada mulai terbayang wajah ceria Mitsuki dan sikapnya yang menyebalkan. Dahulu dia membenci sikap dan perlakuannya, tapi kini ia sangat merindukannya. Perlahan ia meletakkan kepalanya di sisi ranjang dan beberapa kali menangkap sesuatu serupa ilusi. Jemari pucat itu bergerak kaku namun Sarada tak lagi begitu berharap itu menjadi kenyataan karena apa yang dia lihat sebelumnya hanyalah ilusi yang berulang kali membuatnya kecewa. Tapi semakin lama ia menatap kelima jemari kiri Mitsuki, pergerakan itu semakin nyata seakan hendak mengapainya.
"Mitsuki, mungkinkah?!"Mata onyx seakan mendapatkan sinarnya lagi. Kedua mata gold itu masih terpejam tapi ia yakin Mitsuki bisa mendengar suaranya. "Aku tahu kau tidak sedang tidur sekarang. Cepat buka matamu!"Lirih Sarada sembari menggoyang-goyangkan tubuh Mitsuki. Akhirnya Sarada bisa bernapas lega meski Mitsuki hanya menjawabnya dengan lenguhan malas dan kemudian mata gold itu terbuka perlahan saat Sarada naik ke ranjang sambil mendih dan memeluk erat tubuhnya. Kala hati terlalu bahagia, maka segala kesedihan dan kekhawatiran akan lenyap begitu saja. Sarada sama sekali enggan melepas tubuh itu meski Mitsuki merintih kesakitan karena ulah konyolnya.
"Sarada, apa yang kau lakukan?"
"Kak Mai, Mitsuki sudah bangun!"
"Tapi bisakah kau turun dari sana?"
"Uhm, baiklah."
Mai tersenyum melihat sisi lain diri Sarada yang belum sepenuhnya dewasa. Mitsuki benar-benar beruntung memiliki istri yang bisa bertingkah lucu dan pasti akan membawa kebahagiaan untuknya setiap saat. Sembari menemui dokter, timbul keinginan baru yang ingin ia tempuh setelah segala kesulitan ini berakhir. Ia ingin seperti adiknya yang mampu membangun diri tanpa bayang-bayang kelam keluarganya.
💞
💞
💞
Mafia
💞
💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia
FanfictionNew cover is in progress Temporary cover by ibis paint Hidup sengsara karena tekanan seseorang yang bahkan tak menyayanginya sebagai keluarga. Cobaan datang bertubi-tubi hingga akhirnya kebahagiaan datang dari sosok yang tak terduga. Ini adalah kis...