Pangeran tertunduk frustasi. Memang benar kemungkinan Mitsuki bisa membantu sangat kecil, terlebih lagi ia sempat menghina istrinya yang tentu telah menambah rasa benci Mitsuki padanya. Tapi satu-satunya harapan saat ini hanyalah Mitsuki agar ia bisa menemukan titik terang dan melaksanakan balas dendam pada pelaku yang sebenarnya.
"Pangeran, terlepas dari apapun Mitsuki adalah orang yang bijak. Meminta bantuan padanya adalah pilihan terbaik namun tentu saja itu tidak mudah bagi kita."
💞
💞
💞
Mafia
💞
💞
💞
Kaki kecil berjalan tertatih menghadap ayahnya. Dia seorang anak dari sebuah keluarga yang sangat berpengaruh di negeri ini namun sekalipun ia belum pernah meminta apapun pada orangtuanya selama ini. Siang ini ia berencana mengutarakan kenginan pertamanya pada sang ayah.
"Ayah, aku meminta tolong padamu untuk menandatangani kertas ini. Guruku butuh persetujuan dari ayah."
"Aku sedang sibuk, pergilah pada ibumu!!"
"Ibu sedang tidak ingin diganggu."
"Cih, dasar anak tidak berguna! Apa gunanya kau bersekolah bila akhirnya kau takkan bisa melakukan apapun?!!!"
Tubuh kecil itu hanya bisa tertunduk gemetar sementara kertas di tangannya dirampas dan dicabik-cabik oleh ayahnya.
"Menyingkirlah!! Dasar, mengapa aku dikaruniai anak cacat sepertimu?!!"Bentak sang ayah sambil menendang putra kecilnya ke halaman tepat di bawah sinar matahari yang menyengat, sementara dua kakaknya hanya bisa melihat adik mereka yang menangis kesakitan.
"Ayah, bukankah adik kecil mengidap serangan panas? Mengapa ayah menghukumnya seperti itu?"
"Dia pantas menerimanya. Sekalipun dia mati itu takkan mempengaruhiku!"
Mitsuki telah menghabiskan setidaknya tiga gelas air putih setelah mandi untuk menghilangkan hawa panas dari dirinya. Sayang semua usahanya tak banyak membantu terlebih lagi situasi ini membuatnya teringat pada kenangan buruk masa lalu disaat ia baru berumur 6 tahun. Masih tergambar jelas diingatannya tentang semua anggota keluarga yang telah lama ia tinggalkan. Semua orang itu telah mencampakkannya seolah ia telah hilang ditelan bumi. Selama ini Mitsuki mengetahui segala hal tentang keluarganya tanpa berusaha kembali menjalin hubungan yang telah lama terputus hingga kedua orangtuanya meninggal. Dua kakaknya masih ada di dunia ini dan ia tak berniat sama sekali untuk memperbaiki keadaan.
"Mitsuki, dimana aku harus menyimpan semua ini? Kau keterlaluan membuatku kerepotan begini!"
"Mengapa kau tidak menyuruh Kak Karin?"
"Ah, aku kasihan padanya. Sejak tadi pagi dia bekerja untuk rumah ini, pasti melelahkan!"
Air muka Sarada tampak kesal tapi wajah itu berubah gugup disertai semburat merah di pipinya berkat seberkas senyum yang Mitsuki tampakkan. Sarada sungguh membenci senyuman keparat yang mampu membuat jantungnya berdetak kencang itu. Meski ia telah berpaling namun pesona itu masih sangat terasa mempermainkan perasaannya.
"Letakkan saja di meja rias lalu kau atur sesuka hatimu."
Sarada hanya mendengus sembari mengeluarkan barang-barangnya dari sebuah tas jinjing yang cukup besar lalu menyingkirkan hal-hal yang tak perlu baginya lalu menyelesaikannya dengan apik. Sarada bangga dengan hasil karyanya namun Mitsuki hanya menatap malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia
FanficNew cover is in progress Temporary cover by ibis paint Hidup sengsara karena tekanan seseorang yang bahkan tak menyayanginya sebagai keluarga. Cobaan datang bertubi-tubi hingga akhirnya kebahagiaan datang dari sosok yang tak terduga. Ini adalah kis...