"Jujurlah, apakah kau masih takut padaku?"
"Tidak, aku mencintaimu."
"Apa?"
"Aku mencintaimu!! Apa kau puas?!!"
"Sangat."
"Dasar menyebalkan!"
💞
💞
💞
Mafia
💞
💞
💞
Dengan mata yang berbinar dan mulut yang menganga akan keindahan kota bernama Konoha ini, Sarada sangat antusias melihat pemandangan di luar jendela mobil. Sebagai anak tumbuh di sebuah desa kecil, ia tidak pernah melihat kota yang begitu hebat seperti ini.
"Kau bisa masuk angin bila menganga seperti itu!"
Sarada mendesis kesal mendengarnya. Seperti biasa Mitsuki selalu menyebalkan. Beberapa kali ia memicing tajam dan menghinanya habis-habisan dalam hati pada Mitsuki yang duduk santai sambil memainkan permainan di ponselnya.
"Tuanku, sebentar lagi kita akan sampai di alamat yang kita tuju."
Tubuh Sarada mendingin karena rasa gugupnya yang semakin menjadi. Sarada bertanya-tanya seperti apa wajah orangtuanya dan sebaik apa mereka. Saat mobil yang mereka kendarai berhenti, Sarada sangat malu menatap tangan Mitsuki yang menggenggam tangan dinginnya. Tak disangka, dirinya benar-benar payah!
"Tenangkan dirimu, kita tidak sedang pergi berperang."
"Ba-baiklah."
Salah satu pemuda yang mengantar mereka segera membunyikan bel rumah. Sarada terheran-heran menatap lambang kipas yang terpampang di dekat bel rumah dan tampak serupa dengan gambar di baju bayi yang ia miliki. Sarada baru paham bahwa itu bukanlah gambar biasa, melainkan lambang dari sebuah klan.
"Selamat siang, Nyonya Sakura Uchiha. Perkenalkan, mereka adalah Tuan Mitsuki dan Nyonya Sarada.
Wanita paruh baya bernama Sakura segera menghampiri Mitsuki dan Sarada dengan manik mata emeraldnya yang berkaca-kaca. Dewa telah mengabulkan doa-doanya yang selalu terlantun selama 21 tahun lamanya. Putri semata wayangnya kini sudah ada di hadapannya dalam keadaan sehat. Tanpa berlama-lama, ia memeluk tubuh Sarada yang seakan sulit digerakkan karena perasaan gugup yang masih parah menderanya.
"Sarada, aku adalah Mama mu, syukurlah akhirnya Mama bisa bertemu denganmu lagi, sayang."
"Ma-ma?"
Tak lama kemudian seorang pria paruh baya segera menghampiri mereka dari dalam rumah. Melihat reaksi istrinya, bisa ia tebak bahwa wanita muda dalam dekapan Sakura adalah putrinya.
"Sakura, apakah dia..."
"Dia Sarada, putri kita."
Satu dekapan erat lagi untuk Sarada yang masih sedikit bingung dengan sikap orangtua kandungnya. Mereka berdua menangis bahagia atas kedatangannya namun ia hanya sedikit terharu tanpa meneteskan satu air mata pun. Sarada tersenyum jenaka pada Mitsuki tapi suaminya hanya menggeleng pelan karena reaksinya yang sama sekali tak mengesankan.
"Ini Papa, sayang. Panggil aku Papa!"
"Papa."
Mitsuki saling melempar pandang pada anak buahnya. Ini adalah pertemuan Sarada dengan orangtuanya, namun malah pemuda itu yang nyaris menangis haru. Mitsuki tahu Sarada senang, hanya ekspresinya saja yang tak menggambarkan rasa senang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia
FanfictionNew cover is in progress Temporary cover by ibis paint Hidup sengsara karena tekanan seseorang yang bahkan tak menyayanginya sebagai keluarga. Cobaan datang bertubi-tubi hingga akhirnya kebahagiaan datang dari sosok yang tak terduga. Ini adalah kis...