"Kau disini, Mikatsuki? Sebenarnya siapa pemilikmu? Kamu seperti kucing liar saja!"
Kucing itu bertingkah manja di tengah jalan. Mengahalangi setiap langkahnya agar Sarada mau menanggapi sikap imut Mikatsuki.
"Oooh, kau lucu sekali. Andai aku bisa memeliharamu."
Senang rasanya bermain dengan Mikatsuki, tapi di hari yang mulai semakin siang ini membuat Sarada kembali berkeliling atau ibunya akan memukulinya lagi karena kelalaiannya.
Sementara itu, seorang pria berambut putih tengah sibuk berputar-putar mencari seekor kucing tak jauh dari lokasi Mikatsuki tadi.
"Aduh, dimana kucing itu? Gawat kalau sampai Tuan menyadarinya!"Gerutunya sambil menyibak semak belukar.
💞
💞
💞
Mafia
💞
💞
💞
Sarada menatap nanar para anggota mafia yang sedang bernegosiasi dengan ibunya. Sesuai perjanjian, seluruh hasil panen ubi akan diserahkan oleh pengijon kikir itu. Sekalipun Sarada belum pernah menikmati hasil jerih payahnya bersama sang ibu, begitu pula dengan ibunya yang tak peduli akan resiko yang ditimbulkan. Asalkan uang telah ditangan semua urusan dirasa selesai, cukup untuk membayar sebagian hutang dan membuat dapur tetap mengepul.
Tak terasa pula sudah hampir empat bulan Sarada berjualan sisa-sisa ubi dan aneka makanan tradisional sehari-harinya. Sedih dan sengsara semakin lekat dalam dirinya. Hanya karena Mikatsuki saja dia mampu tertawa meski sejenak. Akhir-akhir ini kucing itu sering sekali berkeliaran mengikutinya kemanapun dia pergi.
Hari semakin siang saat Sarada kembali berjalan meninggalkan sebuah warung kecil di dekat sungai. Ada sebuah titian kayu yang menghubungkan dua sisi sungai itu. Sebentar lagi Sarada tiba di titian itu namun kesialan kali ini menghampiri. Dua orang dari kalangan mafia menghalangi di tengah jembatan.
"Sepertinya daganganmu masih banyak yang tersisa."
Suara itu sangat menakutkan. Sarada berusaha menghindar dari hadapan orang-orang itu tapi Tuan Orochimaru berhasil meraih tangannya. Salah satu dari mereka menggenggam pergelangan tangan itu dengan erat. Sarada sangat terganggu terlebih lagi tatapan dan seringaian iblis mereka semakin menambah rasa bencinya.
"Lepaskan aku, Tuan! Aku mau pulang!"
"Boleh saja, tapi dengan satu syarat."
Sarada menatap tajam orang yang berani menyakiti tangannya. Sungguh memuakkan, membuatnya ingin muntah di hadapan tuan kejam itu.
"Jadilah nyonya di rumah besar tuan kami. Dengan begitu, kau tidak perlu lagi berjualan dan menikmati gelimangan harta yang tuan kami berikan padamu."
"Aku lebih baik mati daripada harus berdampingan dengan tuan kalian yang keparat itu!!!"
Dua pria itu terkekeh kecil, menambah aura menjijikkan dari dirinya. Tangan Sarada tak kunjung dilepas sampai pria berambut putih dengan seekor kucing hitam putih di belakangnya menghampiri mereka.
"Sudah, lepaskan gadis itu! Sepertinya ada rekan kalian yang butuh bantuan."
"Benarkah? Aku akan kesana."
Pria itu berhasil membebaskan Sarada. Dua pria tadi segera pergi menjauh tanpa bertanya dimana lokasi rekan mereka. Pria berambut putih menatap Sarada dengan seksama sebelum gadis itu berpaling dan pergi dari hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia
FanfictionNew cover is in progress Temporary cover by ibis paint Hidup sengsara karena tekanan seseorang yang bahkan tak menyayanginya sebagai keluarga. Cobaan datang bertubi-tubi hingga akhirnya kebahagiaan datang dari sosok yang tak terduga. Ini adalah kis...