Pov Sean.
10tahun lalu aku dikirim daddyku kepalembang, selain untuk kuliah aku juga mengurus usahanya disini.
Down pernah aku alami bahkan sering, bagaimana aku harus beradaptasi dengan usaha yang ayahku berikan, sedangkan usaha itu tidak sesuai dengan keinginanku.
Satu tahun disini, hidupku begitu monoton. Bahkan aku tidak bisa mengurus diriku sendiri. Jangan ditanya seperti apa penampilanku saat awal-awal tinggal disini, rambut gondrong namun aku masih tetap tampan rupawan.
Sialnya saat aku pulang mau memberikan hadiah untuk keponakanku yang belum lahir itu, aku dikejutkan dengan Sena yang akan melahirkan.
Aku langsung membawanya kerumah sakit, sial lagi sial lagi. Sepanjang perjalanan bahkan sampai anaknya lahir rambutku tidak lepas dari jambakanya.
Mau marah dia sedang berjuang untuk keponakanku, tidak marah kepalaku hampir copot. Namun disitu aku melihat perjuangan seorang ibu untuk anaknya, mungkin suatu saat nanti aku juga akan menemani istriku melahirkan.
Aku tidak lama dijakarta, karna aku harus kembali dengan pekerjaanku dan tugas kuliah.
Namun diperjalanan pulang tak sengaja aku menabrak seorang wanita berhijab hingga laptop yang dibawanya rusak."Maaf, maaf." Aku membantu memungguti barang-barangnya yang jatuh.
Dan barang terakhir, laptop itu terputus jadi dua. Aku mengaruk tengkukku yang tidak gatal, apa aku begitu keras menabrak tubuhnya hingga rusaknya sampai parah seperti itu.
"Gapapa mas, emang udah butut." Ujarnya sambil buru mengambil laptop yang jadi dua itu. Dia pun langsung Buru-buru pergi tanpa minta ganti rugi.
Aku hanya menatap kepergianya, padahal aku sudah mengambil atm untuk membelikan laptop yang baru.
"Lain kali sajalah kalau ketemu lagi." Aku yang sudah lelah perjalanan jakarta palembang pun memutuskan langsung ke apartemen. Perut sudah lapar, wajah sudah kusam.
Sesampainya diapartemen aku pun membersihkan diri, namun sekelebat aku mengingat wanita yang kutabrak tadi. Bukan karna rindu, namun aku sangat bersalah telah merusak laptopnya, bagaimana kalau itu satu-satunya. Bagaimana kalau dia gak punya uang buat beli baru,...
"Ahhgghhh sial."
Sejak itu pikiranku tak tenang, makan tak enak, tidur pun tak nyenyak.
Apalagi tugas kuliah yang numpuk belum lagi pekerjaan kantor yang memusingkan, rasanya aku ingin menyimpan kepala ini dulu biar tenang.
Satu bulan, dua bulan aku mencari wanita itu, namun tak kunjung bertemu dan malah yang membuatku syok dia kuliah sama denganku tapi aku tidak pernah melihatnya.
Bagaimana bisa?
Dengan cepat aku menghampiri, dengan rambut dikuncir dan tas gendong.
"Mbak." Panggilku pada wanita yang mengenakan hijab warna olive itu.
"Hah iya." Sahutnya, dia mengerutkan keningnya, apa dia udah lupa ya?
"Ba, saya mau minta maaf soal laptop itu."
Aku melihat dia berpikir sejenak, lalu tersenyum begitu manis, sangat manis. Bahkan aku seperti terhipnotis.
"Tidak apa-apa, emang udah jelek ko itu.'
" Beneran itu gapapa, saya ganti ya."
"Tidak usah, lagian nanti kamu rugi banyak ganti laptop saya." Sahutnya lemah lembut.
"Gapapa mbak,"
"Gak usah, beneran."
Sejak kejadian itu, aku dan Amira jadi dekat. Ya wanita yang kutabrak itu Amira, wanita cantik berhijab yang mengoyahkan hatiku.
Aku menganti laptopnya, karna aku tau dia juga sangat butuh itu. Meskipun dia selalu menolak, dan yang membuat aku tambah mengaguminya, dia seorang yatim piatu namun begitu semangat mengapai cita-citanya tidak seperti aku yang didukung keluarga namun masih saja malas-malasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua (End)
General FictionBentar dulu, aku belum liat moodboster nih." Ujar Ira menunggu seseorang. "Siapa?." ______ "Saya mau melamar Ira untuk suami Saya." Ucap Amira membuat semua orang yang ada diruangan itu menatapnya. "Amira sayang, kamu boleh minta apa aja. Aku pasti...