Pagi ini seperti biasa Ira menyiapkan sarapan dan bubur untuk Haiman.
Sean, laki-laki itu sudah datang ke rumahnya pagi-pagi buta."Haiman, mau apa. Mau mobilan?" Tanya Sean mengajak bicara bayi kecil yang belum tau apa-apa itu.
tok
tok
Sean melirik Ira yang sedang menata sarapan, Ira langsung berjalan untuk membukakan pintu.
"Maaf menganggu.."
"Ira?"
"Dokter Danu?"
"Kamu tinggal disini?" Tanya Danu.
Sean yang penasaran pun mengendong Haiman untuk melihat siapa yang bertamu pagi-pagi.
"Iya dok."
"Oh iya, ini oleh-oleh. Kebetulan aku baru pindah kesini, semalam mau aku anterin tapi takut ganggu jadi aku kasih sekarang."
Ira mengambil paperbag yang diberikan dokter Danu.
"Terimakasih Dok."
"Ya sudah saya permisi dulu." Pamit Danu sambil melirik laki-laki dibelakang Ira.
Ira melihat paperbag yang diberikan Danu padanya, dia tak menyangka kalau dokter kandungannya dulu kini jadi tetangganya.
"Apaan cuman cemilan."
Ira mengerutkan keningnya melihat wajah masam Sean.
Dia langsung meninggalkannya, tanpa melirik kearah suaminya."Nanti Mas belikan yang banyak kalau kamu suka." gerutunya.
"Haiman juga mau, iya nanti ayah belikan sama pabriknya."
Ira menggelengkan kepalanya sambil terkekeh, ada apa dengan suaminya itu.
Wajah Sean kini berubah menjadi masam, bahkan Sean makan seperti orang kesal, dilihat bagaimana dia mencabik ayam dengan giginya membuat Ira mengidik ngeri melihatnya.
Ira kembali menyuapi Haiman, bayi kecil itu terus saja berceloteh dengan bahasanya.
Perkembangan Haiman semakin hari semakin aktif, bahkan bayi enam bulan itu sudah tidak bisa diam.Belum ada perkembangan hubunganya dengan Sean, namun sekarang Ira sudah sedikit Ikhlas dengan takdirnya.
Dia juga membiarkan Sean menemuinya, tapi Ira belum mengijinkan Suaminya itu tinggil bersama dan seperti inilah.
Sean akan datang setiap pagi menemui Haiman, mengajak balita itu bermain, dan numpang sarapan bahkan kadang tak tau malunya Sean minta dibuatkan bekal untuk makan siang."Kamu gak mau bungkusin Mas, buat makan siang Ra?"
Seakan mengerti dengan kebiasaan Sean, Ira melirik kearah meja bar yang ada didapur.
Sean langsung berjalan mengambil bekal, dia kembali mendekati Haiman.
Cup..
"Wangi banget, Ayah juga pengen dicium." Ucapnya mengerucutkan bibirnya matanya melirik Ira yang cuek bebek.
"Gak peka." Dengusnya sebal sambil berjalan keluar rumah.
Ira langsung mengerjap melihat tingkah suaminya pagi ini yang menurutnya sangat aneh.
***
Sesampainya dikantor Sean uring-uringan karna kesal melihat laki-laki lain memberikan hadiah untuk suaminya.
Sean langsung menelpon Asistennya, menyuruhnya untuk membeli hadiah yang banyak bahkan menyuruhnya membeli cemilan yang sama seperti yang Danu berikan.
"Saya tidak mau tau, siang ini kamu harus kirim kerumah Istri saya." Ucap Sean tak mau dibantaj, dia langsung mematikan telponnya.
"Huhhhh," Sean mengambil cermin yang ada dilacinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua (End)
General FictionBentar dulu, aku belum liat moodboster nih." Ujar Ira menunggu seseorang. "Siapa?." ______ "Saya mau melamar Ira untuk suami Saya." Ucap Amira membuat semua orang yang ada diruangan itu menatapnya. "Amira sayang, kamu boleh minta apa aja. Aku pasti...