Betapa menyedihkannya saat milikku juga miliknya.
Ira Larasati*_
__________
Malam begitu sunyi, dengan piama dres yang dipakainya Ira berdiri diatas balkon kamarnya.
Hembusan angin terus menerpa wajahnya bahkan baju yang dipakai Ira mengikuti arah angin."Lagi ngapain kamu disitu?" Ira tersentak mendengar suara khas Suaminya, kamar Ira yang menghadap taman belakang rumah membuat dia tak tau akan kedatangan suaminya.
"Mas." Ira menghampiri Sean yang sedang melepaskan dasinya.
"Aku siapain air buat mandi dulu ya." Ujarnya sambil berlalu meninggalkan Sean.
Ira mengisi air hangat untuk mandi suaminya tak lupa dia meneteskan aroma terapi dan sabun lainnya agar suaminya nyaman.
Sudah hampir satu bulan Sean baru mendatanginya."Mas, Airnya udah siap."
Sean tak menjawab, dia hanya mengangguk saja.
"Aku mau angetin makanan dulu ya Mas." Baru saja beberapa langkah tangan Ira dicekal oleh Sean.
"Ngak perlu, tadi Saya udah makan sama klien."
Ira yang masih terhipnotis oleh pesona suaminya tak bergeming. Bahkan dia tak sadar kalau Sean sudah lepaskan cekalanya dan masuk kekamar mandi.
"Aaa,,, aisshhh aduh bikin malu aja." Rutuknya saat menyadari kesalahannya.
Ira pun mengambil baju tidur untuk Sean.
Klek..
Sean keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit dipinggangnya, dengan satu tangan mengusap rambutnya yang masih basar.
Ira memalingkan wajahnya saat tak sengaja melihat roti sobek suaminya, padahal mereka pernah melakukan itu, tapi kenapa rasanya masih saja malu.
Sean memakai bajunya begitu saja tanpa menyadari wajah Ira yang memerah.
Sean langsung merebahkan tubuhnya disamping Ira yang masih duduk diujung ranjang.
Ira yang duduk diujung ranjang hanya meremas piyama tidurnya.
"Kamu gak tidur Ra?"
"Hah? Ini m_mau ko Mas." Gugupnya. Ira melengserkan tubuhnya ketengah tempat tidur, dia pun mulai merebahkan tubuhnya ikut tidur dibawah selimut yang sama.
Sean memiringkan tubuhnya menghadap kearah Ira yang sedang menghadap kearahnya. Tangannya membenarkan anak rambut yang sedikit menghalangi Ira.
"Ra."
"Iya Mas."
"Boleh gak?" Tanyanya. Tidak apa-apa bukan jika Sean menyalurkan keinginannya pada wanita lain, Ira juga istrinya bukan. Bagaimana dia juga harus memberikan nafkah batin untuk istri keduanya ini meski sekarang Amira sudah tidak bisa lagi menerima nafkah batinnya.
Dengan pelan Ira menganggukan kepalanya, tak ayal hatinya juga sangat senang.
Dibawah rembulan malam, angin begitu sejuk menerpa sela-sela celah jendela namun tak membuat dua manusia yang sedang bergelora tak menghentikan aktivitasnya.***
Dibawah selimut Ira masih saja berlayar dialam mimpi padahal sinar matahari sudah menyorot menyilaukan mata.Ira mengeliatkan tubuhnya, dia begitu lelah. Matanya mengerjap dan seketika membulat.
"Astaghfirullah." Ira langsung berlari kekamar mandi membersihkan tubuhnya, tak lupa dia juga mengambil bajunya yang berserakan.
Setelah membersihkan diri Ira pun langsung berlari keluar kamar, dia duduk dengan lemas saat suaminya sudah berangkat kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua (End)
General FictionBentar dulu, aku belum liat moodboster nih." Ujar Ira menunggu seseorang. "Siapa?." ______ "Saya mau melamar Ira untuk suami Saya." Ucap Amira membuat semua orang yang ada diruangan itu menatapnya. "Amira sayang, kamu boleh minta apa aja. Aku pasti...