Pagi ini Ira menyiram tanamannya, menghilangkan kejenuhan yang selalu mengerogrotinya.
Bagaimana tak bosan, dulu dia akan pergi kerja pagi pulang malam sekarang diam hanya diam dirumah saja bahkan pekerjaan rumah pun sudah ada pembantu yang mengerjakannya."Neng, lagi ngapain." tanya wanita paruh baya yang datang sambil membawa secangkir teh dan cemilan.
"Lagi mandi Bi." Jawabnya asal.
Mirah terkekeh, lalu merebut selang yang dipakai untuk menyiram.
"Sekarang Neng ngeteh dulu, biar bibi yang nyiram bunganya."
"Ih apaan sih Bi, gangu aja." Ira kembali merebut selang ditangan Bi Mirah. Hingga air itu membasahi tubuh Bi Mirah, dan rebut-rebutan pun terjadi, baju mereka pun jadi basah kuyup.
"Hahaha." Tawa mereka berdua melihat kekonyolan yang terjadi.
"Yah, ah si Neng mah. Bibi beneran jadi mandi lagi kan."
"Lagian ngapain bibi juga gangu Ira." Jawabnya tak mau kalah.
"Kepalang udah gini mending bibi mandi aja disini." Ira pun kembali menyiram Bi Mirah dengan Air diselang.
Gelak tawa menghiasi taman pagi itu dengan ulah Ira yang mengerjai Bi Mirah, dan tentu Bi Mirah tak marah.
Setelah membersihkan diri masing-masing sekarang Bi Mirah menemani Ira ngeteh, karna dia tak mau sendirian.
"Bi, ko aku lihat semenjak kerja disini bibi gak pernah pulang sih. Emang bibi gak pernah kangen ya sama keluarga. Ira aja suka kangen."
Mirah yang sedang makan biskut dicocol teh pun menghentikan kegiatannya. Wajahnya tiba-tiba sendu membuat Ira menautkan alisnya.
"Bibi Kenapa?"
"Bibi juga rindu Neng, tapi bibi cuman bisa menyalurkannya lewat doa. Allah lebih sayang mereka."
Deg...
"Maksud-?"
"Iya Neng, Suami dan Anak bibi sudah meninggal."
"Inalilahi, maaf Bi. Ira gak maksud kaya gitu." Ira benar-benar tak enak.
Bi Mirah yang menangis sambil menunduk pun mendongkakan wajahnya tak lupa dia mengusap wajah basahnya.
"Gapapa Neng, ini sudah takdir. Mau sepapun kita menghindar ini sudah kehendak yang diatas. Bibi bersyukur bisa kerja disini, setidaknya kerinduan bibi terobati dengan adanya Neng Ira."
Tak kuasa Ira memeluk wanita paruh baya itu, Bi Mirah sudah seperti ibu untuknya.
***
Siang ini Ira akan melihat Amira, sudah lama juga dia jarang menjenguk Madunya apalagi setelah kepulangan dari rumah sakit, Ira hanya beberapa kali berkunjung.
"Bi, makannya udah siap belum?" Ira ingin membawakan makanan untuk Amira.
Dia sudah menyusun satu persatu wadah yang sebagian sudah diisi makanan.
"Bentar lagi Neng, satu lagi."
"Jangan lama-lama Bi, keburu Mbak Mira makan siang."
"Iya Neng."
Ira duduk dikursi meja dapur menunggu Bi Mirah masak sambil memainkan hpnya, sungguh sepi tidak ada kabar dari suaminya. Hanya ada pesan dari M-baking kalau Sean sudah mengirim Nafkah Ira.
Ira melihat kegalerinya, disana ada foto dirinya dengan sang suami yang bulan madu.
Hanya senyuman tipis yang ada diwajah suaminya yang sedang merangkul pinggang ramping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua (End)
General FictionBentar dulu, aku belum liat moodboster nih." Ujar Ira menunggu seseorang. "Siapa?." ______ "Saya mau melamar Ira untuk suami Saya." Ucap Amira membuat semua orang yang ada diruangan itu menatapnya. "Amira sayang, kamu boleh minta apa aja. Aku pasti...