Dikamar ukuran 2x3 meter ini, Sean merebahkan tubuhnya diatas ranjang ukuran sedang.
Tanganya melipat diatas kepala, acara pernikahan itu akhirnya selesai juga, padahal Sean pernah lebih lelah dari ini tapi tetap saja meskipun acaranya sampai Ashar. Apalagi tamu yang tidak sedikit, dan dia juga tak melewati mengundang Kologen-kolegen kerjanya, bahkan staf-staf di pabrik dan beberapa perusahaan
Tak ayal semua itu permintaan Amira agar Ira tak disebut pelakor, karna jaman sekarang Istri kedua itu selalu terlihat hina dimata masyarakat meskipun menikaj secara hukum, agama dan restu Istri tetap saja diluaran sana mereka disebut pelakor.Itu kenapa Amira mengundang banyak orang, karna tidak ingin menjadi salah paham dikemudian harinya.
"Apa sudah selesai?' Tanya Sean pada Ira yang sedang berusaha melepaskan satu persatu jarum pentul yang menyanggah hijabnya agar terlihat cantik dan rapih itu.
"Belum Pak."
Sean langsung beranjak, Dia menghampiri Ira yang duduk dikursi menghadap kaca besar didepannya. Ira yang menunduk karna mengambil jarum pentul dibagian belakang pun tidak menyadari kalau Sean mendekatinya.
Tangan Sean langsung mengambil satu persatu jarum pentul itu, Ira langsung mengerjap saat tangan Sean mengenai tanganya."Sudah tidak ada lagi." Tuturnya.
"Ma..Makasih." Ira begitu gugup berhadapan langsung dengan laki-laki yang sudah berstatus Suaminya.
"Kalau kamu sudah selesai semuanya, bereskan barang-barang Kamu, Kita langsung pulang kerumah Utama. Sekalian saya mau mengenalkan Kamu dengan keluarga Saya."
"Saya mau keluar, mau ngomong sama keluarga kamu." Lanjutnya sambil melangkah meninggalkan Ira dengan perasaan yang berkecamuk.
Ira biasa saja bertemu dengan Amira tapi sekarang dia akan bertemu dengan keluarga suaminya itu, kenapa sekarang Ira merasa takut. Takut kalau keluarga Suaminya tidak menerimanya, apalagi dilihat dari wajahnya tadi pagi.
"Huhhhh huhhhh." Ira menghembuskan nafasnya berulang karna merasa takut.
"Ra." Suara Ibunya membuat Ira menoleh, dia langsung menghampiri Ibunya yang baru masuk kedalam kamar.
"Bu." Tuti tersenyum seperti tau kekhawatiran anaknya, dia mengelus pundak anaknya lembut lalu memeluknya, Dia menangis didalam pelukan anaknya membuat Ira sedikit bingung.
"Ya allah, Anak Ibu udah jadi milik orang." Ucapnya membuat Ira yang tadi ingin cerita mengurungkan niatnya, apalagi Ibunya ini menangis.
"Yang nurut ya sama Suami kamu nanti, jangan membangkang apalagi sirik sama Mbakmu. Dia udah baik mau berbagi Suaminya. Ibu hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kamu dan mereka."
"Bu." Ira menghambur memeluk Ibunya.
"Iya Bu, Ira bakalan dengerin omongan Ibu."
Setelah cukup lama mereka berpelukan karna Ira akan langsung dibawa Suaminya, Tuti pun membantu anaknya merapihkan baju kedalam koper dengan Ira yang membersihkan dirinya karna begitu lengket.
Sean pun masuk setelah cukup lama bicara dengan Ayah mertuanya. Tuti yang melihat menantunya masuk pun langsung berpamitan keluar.
Koper sudah rapi dengan baju Ira didalamnya, Sean menunggu Ira dipinggir ranjang.
Sedangkan Ira yang baru selesai mandi tidak tau kalau Suaminya sudah kembali kekamar.Ira keluar kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya dengan kepala nunduk karna mengeringkan rambut, Sean yang sedang duduk terkesima melihat Ira begitu. Bagaimana Dia laki-laki, apalagi dihadapan sudah sah jadi istrinya.
Kulit Ira memang tidak terlalu putih, namun sangat mulus tanpa cela."Ahhhhhhtgg" Ira teriak saat dirinya mengangkat kepala setelah membelitkan handuk dikepalanya. Dia begitu kaget melihat Suaminya sedang menatap tajam kearahnya, dia celingukan mencari ibunya tapi seperti tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua (End)
General FictionBentar dulu, aku belum liat moodboster nih." Ujar Ira menunggu seseorang. "Siapa?." ______ "Saya mau melamar Ira untuk suami Saya." Ucap Amira membuat semua orang yang ada diruangan itu menatapnya. "Amira sayang, kamu boleh minta apa aja. Aku pasti...