Sean menatap kosong bayi yang sedang di Adzani sebelum ditutup tanah itu.
Tangisan Ira tak kunjung berhenti, bahkan wanita itu sudah dua kali tak sadarkan diri.Tangisanya kembali pecah saat tanah mulai menutupi bayi mungil yang sudah tertutup papan.
"Sabar Ra." Tuti memeluk anaknya. Hatinya pun ikut sedih melihat salah satu cucunya pergi untuk selamanya.
Sean memalingkan wajahnya tak sanggup melihat tanah demi tanah menutupi tubuh anaknya. Tangannya mengusap air mata yang tertutup kaca mata hitam.
Jika tanya apa dirinya menyesal, jawabannya SANGAT.
Setelah tahu istrinya melahirkan Sean memutuskan pulang, namun kepulangannya malah menjadi duka.
Apalagi Sean tak pernah melihat wajah kecil itu, bahkan Sean tak sempat mengendongnya.Dan gendongan tadi malah gendongan yang mengantarkan anaknya ketempat peristirahatan terakhirnya.
Wajah Haikal sangat dominan wajahnya.
Apa ini hukuman untuknya, hati Sean lagi-lagi harus sakit dua kali ditinggalkan orang tercintanya karna keegoisan."Ira, Ra." Semua orang panik saat tubuh Ira merosot dari pelukan Tuti.
Sean yang berdiri didepan Ira pun langsung membalikan badannya menangkap tubuh Ira yang lemah karna pingsan.
"Ra." Sean menepuk-nepuk pipi Ira, namun tak kunjung ada gerakan. Sean langsung mengendong tubuh Ira meninggalkan pemakaman, dia membawa Ira kerumah sakit terdekat.
Wajah yang selalu menyambutnya dengan hangat kini menutup mata dengan sempurna.
Tangan Sean terus mengusap lembut kepala Ira, matanya tak sengaja menangkap darah dibaju Ira yang merembet.Kepanikan Sean bertambah, saat darah itu semakin banyak.
Sesampainya dirumah sakit Sean langsung mengendong Ira, Dia dibawa keruang UGD.
Jahitannya cesarnya terbuka karna Ira yang memang belum pulih dan jahitan yang masih basah.
Dokter pun terpaksa mengoperasi kembali Ira karna luka jahitan yang menganga lebar."Ya Tuhan Ampunni aku, jangan ambil lagi. Cukup anakku dan Amira jangan Ira."
***
Ira menatap langit-langit ruangannya, ada Sean yang duduk disampingnya namun tak ada yang memulai membuka suara.
Sean mengusap lembut kepala Ira, namun Ira memalingkan wajahnya tepat saat itu air mata lolos begitu saja dari pelupuk matanya.
"Ra."
"Maafin, Mas. Ra." Ucap tulus Ira.
Katanya cinta tak pernah salah
Takkan pernah berubah
Walau kadang hati tersakiti oleh salah
Katanya cinta tak pernah gagal
Gagal 'tuk memaafkan
Karena cinta tak pernah salah
Tapi mengapa cintaku kecewa?Air mata Ira masih mengalir begitu saja, wajahnya masih memaling. Engan menatap penyesalan suaminya yang terlambat.
Dia tak menyalahkan Sean atas kepergian Haikal, namun hatinya cukup kecewa.
Anda dia selalu menemani mungkin Haikal bisa mendengar bahkan melihat ayahnya untuk terakhir kalinya.Hati Ira sakit saat tau bahwa kebahagiaan yang Haikal berikan kemarin hanya untuk memberikan kebahagiaan sesaat kalau dirinya sudah tidak akan merasa sakit lagi.
"Ra, Maafin Mas." Sean terus saja mengapai Ira yang terus saja memalingkan wajahnya.
"Tolong tinggalkan aku Mas, Aku mau sendiri."
"Ra."
"Aku mohon Mas." Pinta Ira. Bahkan nada suaranya berubah. Tidak lagi hangat seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua (End)
General FictionBentar dulu, aku belum liat moodboster nih." Ujar Ira menunggu seseorang. "Siapa?." ______ "Saya mau melamar Ira untuk suami Saya." Ucap Amira membuat semua orang yang ada diruangan itu menatapnya. "Amira sayang, kamu boleh minta apa aja. Aku pasti...