Bab 38

16.9K 803 23
                                    

"Mas, pelan-pelan dong." pekik Ira.

"Ini juga udah pelan-pelan, Ra." Sahut Sean.

"Awwww Mas sakit." Pekik Ira dengan sangat kencang.

"Mas juga udah pelan-pelan banget Sayang." Rayu Sean, padahal dia belum bergerak sedikit pun tapi Ira susah memekik dengan sangat keras.

"Kamu tahan ya sebentar."  Ira mengangguk, dengan menahan sakit. Sean tak tega melihat wajah Istrinya itu.

"Mau pake pelicin lagi, biar gak terlalu sakit?" Tanya Sean, dia benar-benar tak tega melihat Ira yang sudah akan menangis.

"Ini juga udah pake banyak Mas, kamu gak liat itu lation udah hampir abis satu botol."

"Terus gimana dong, apa besok saja kita lanjut?" Sean begitu khawatir melihat wajah Ira.

"Tapi tanggung Mas," Melasnya.

Sean menghembuskan kembali nafasnya, dia melanjutkan apa yang sempat tertunda.

"Awwww." Pekik Ira, namun Sean tak menghiraukannya sekarang.

Sudah dia katakan besok saja dilanjut, tapi Ira tak mau dengar.

"Bagaimana bisa sih Ra, Setelah melahirkan malah semakin sempit."

"Ya mana Ira tau Mas."

"Tahan ya," Ira mengangguk.

"Mas, cepetan dong. Haiman udah nangis tuh."

"Mas aja belum mulai Ra, tanggung ini."

"Tahan, jangan teriak." titah Sean pada Ira.

Sean mulai mengusap-ngusapnya dengan sangat lembut bahkan dia kembali memberikan lation agar tidak terlalu sakit, dengan satu kali tarikan. Sean berhasil menarik Cin-cin nikah Ira yang sudah sangat sempit semenjak memiliki Haiman.

"Huhhh, akhirnya." Sean bernafas lega.

Sedangkan Ira, dia mengusap-ngusap jaringan yang perih dan sedikit memerah itu.

"Sakit banget sih, Mas."

"Mana Mas tau Ra, kamu kan tambah berisi semenjak melahirkan pasti sempit. "

"besok Mas tukerin cin-cinnya ke yang lebih besar. Biar gak kaya tadi lagi." lanjutnya

"Gak usahlah Mas, biarin aja."

"Ngak, pokoknya Mas mau tukerin ke yang lebih besar. Nanti kalau kamu gak pake cincin nikah bisa disangka masih gadis. Gak, Mas gak Terima."

Ira mendengus sebal, ada-ada saja suaminya ini. Mana mungkin ada gadis sudah punya dua buntut.

"Terserah ah, Aku mau kedepan. Kasian Haiman aku tinggal lama." Ira pergi meninggalkan Suaminya begitu saja.

Berhadapan dengan Sean semakin hari semakin membuatnya jengkel saja.
Selalu ada hal yang terlontar dari mulutnya dan tidak masuk akal.

***

Sean bekerja di rumahnya karna tidak mau meninggalkan Haiman yang selalu menempel padanya, seperti sekarang.

Sean sedang membicarakan bisnis dengan kliennya lewat vidio call dengan Haiman yang ada di gendongannya.

Penampilan sangat rapih dengan dasi bertender dilehernya bahkan penampilan sangat tampan, tanpa kliennya ketahui Sean hanya menggunakan kolor untuk bawahannya.

"Terima kasih pak Sean atas kerja samanya." Ucap klien disebrang sana.

"Sama-sama Tuan,." Sean mematikan laptopnya. Tangan Haiman sudah menepak-nepak mengambil barang yang ada dimeja kerja ayahnya

Istri Kedua  (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang