Ira mendekap hangat bayi mungil yang beberapa hari dilahirkannya, tangan kecil ini terus saja bergerak-gerak saat pertama kalinya Ira memberikan Asi setelah tak sadarkan diri dua hari lalu.
Wajahnya sangat tampan, dengan hidung mancung dan kulit yang putih.
Perlahan mata kecil itu mulai membuka matanya, sangat indah dengan gemas Ira mengecup pipi tembemnya yang sangat kenyal."MasyaAllah tampan sekali jagoan kecil Neng." Ucap takjub Bi Mirah saat melihat mata kecil itu membuka mata.
"Iya bi, Sangat tampan."
"Mau dikasih nama siapa Neng."
Ira terdiam saat ditanyai nama, dia ingin suaminya yang memberi nama untuk anak-anaknya tapi Ira sadar mungkin suaminya tidak akan pulang, bahkan suaminya itu tak tau kalau Ira melahirkan.
"Haiman dan Haikal."
"Bagus Neng namanya."
"Kakaknya Ira namai Haiman Muhammad Yusuf, dan adiknya Haikal Muhammad Yusuf. Bagaimana Bi?"
"Bagus banget Neng, bibi setuju."
"Gimana sekarang keadaan Haikal bi?" Tanya Ira sendu, membuat Bi Mirah yang sedang mengajak bicara Haiman mengalihkan fokusnya. Wajahnya ikut sendu.
"Masih seperti kemarin Neng."
"Ira mau melihatnya bi."
Bi Mirah mengambil Haiman ditangan Ira.
"Sebentar ya Neng, bibi simpen dede Iman dulu." Bi Mirah kembali memberikan Haiman pada suster.
Kedua anak Ira masih diruangan bayi, namun Haikal memiliki ruangan khusus yang tidak jauh dari Ruangan Haiman.
Bi Mirah mendorong kursi roda Ira untuk melihat Haikal.
Ira menutup mulutnya saat bayi kecil itu hanya menggunakan popoknya dengan selang dimana-mana. Bahkan alat medis menancap ditubuh bayi mungil itu.Hati ibu mana yang tidak sakit melihat bayi kecil yang harus sudah bisa didekapnya kini hanya lemah tak berdaya dibantu alat medis.
"Bi, kapan Haikal sehat." Lirihnya.
"Bibi juga kurang tau Neng."
Tangan kecil didalam inkubator itu bergerak perlahan.
"Bi, Haikal bergerak." Wajah Ira langsung sumringah saat melihat gerakan dari Haikal.
Bayi mungil itu menangis dengan sangat kencang untuk pertama kalinya.
Suster yang berjaga pun langsung memberikan Asi yang sudah Ira pompa.
Ira melihat dari kaca luar bagaimana bayi itu begitu rakus, dan tak lama dokter pun masuk untuk memeriksa keadaanya.Ira hanya menantap dari luar ruangan dengan perasaan was-was, namun senyuman sang Dokter padanya seperti memberikan berita baik.
"Bagaimana Dok?" Tanya Ira saat Dokter itu keluar setelah memeriksa Haikal.
"Keajaiban Allah, saat tidak menyangka Bayi Ibu mengalami perkembang yang fantastis padahal tadi pagi tidak ada tanda-tanda akan sembuh. Dan hari ini saya tak menyangka semua organ tubuhnya berfungsi dengan baik. Bahkan detak jantungnya kembali normal."
"Alhamdulillah ya Allah."
"Berdoa terus Bu, agar Bayi ibu bisa dibawa pulang dua-duanya."
"Amiin dok"
"Saya tinggal dulu, permisi."
"Iya Dok."
Ira kembali melihat Anaknya setelah berbincang dengan sang dokter, dilihat disana Perawat mulai mencabut satu persatu alat yang membantu hidup Haikal, sangat ngilu. Itu yang Ira rasakan. Jika boleh ditukar, lebih baik dirinya saja yang sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua (End)
General FictionBentar dulu, aku belum liat moodboster nih." Ujar Ira menunggu seseorang. "Siapa?." ______ "Saya mau melamar Ira untuk suami Saya." Ucap Amira membuat semua orang yang ada diruangan itu menatapnya. "Amira sayang, kamu boleh minta apa aja. Aku pasti...