Bab 39

16.4K 776 12
                                    

Sore ini Sean benar-benar mengajak Haiman dan Ira jalan-jalan.
Suasana Palembang begitu indah dengan berbagai pesonanya, Sean mengajak Ira keliling kota itu. Dia yakin meskipun Ira asli sini tapi dia tidak pernah jalan-jalan seperti ini di kotanya sendiri.

Jembatan Ampera adalah ikon tepat yang paling disenangi karna keindahan jembatan dan Jembatan yang berada di tengah-tengah Kota Palembang ini menghubungkan dua kawasan yakni, seberang ilir dan seberang ulu. Kawasan ini dipisahkan oleh Sungai Musi.

Pada saat itu, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Asia Tenggara.

Sean menggenggam tangan Ira, dengan satunya lagi menggendong Haiman.

"Mau naik perahu?" Tanya Sean.

"Aku takut,Mas."

"Tidak, kan ada Mas." ucap Sean membuat Ira tersipu. Dia mengangguk saat tangan Sean menuntunnya untuk menaiki perahu yang disewakan di sana.

Langit mulai semakin gelap, lampu mulai menyala berkelap-kelip memperlihatkan keindahan kota Palembang di atas perahu ketek yang Sean tumpangi dengan Ira dan Haiman.

Tangan Sean tak lepas dari Ira yang dirangkul dan Haiman yang dia dudukan di pahanya.
Senyuman tak luntur dari wajah Sean, nikmat mana lagi yang dia dustakan.
Setelah sakit kehilangan istrinya, tuhan memberikan gantinya dengan kehadiran Ira dan Haiman dihidupnya.

Sean mengecup kening Ira, langit semakin malam keindahan semakin terlihat.

"Ra, mau gak kalau Mas ajak ke Jakarta?" Tanya Sean.

Ira menoleh kearah Suaminya.

"Kalau gak mau juga gapapa ko."

"Apa gapapa Mas, kalau aku sama Haiman ikut ke Jakarta?" Tanya balik Ira.

"Aku gak kerja Ra, Mas mau ngajak nginep dirumah Mommy." Jelas Sean.

"Ira mau Mas, Ira juga belum kenal betul dengan saudara Mas."

Sean tersenyum, dia kembali mengecup Ira.

"Saudara Mas cuman si mulut bar-bar saja." Kekeh Sean.

"Si mulut Bar-bar?"

"Iya, Sena. Sodara kembar Mas, yang lahir lima menit lebih dulu dari Mas." Kekehnya lagi.

"Haha, mas ada-ada aja."

"Maafin ucapan Sena dulu ya yang nyinggung kamu." ucap Sean tulus.

"Gapapa Mas, lagian udah lama juga."

Suara tangisan Haiman pecah, membuat dua manusia yang sedang bermesraan itu mengalihkan fokusnya kearah Haiman.

"Aduh Mas, Haiman pengen nete!."

"Bentar ya, Kita nepi dulu." Ujar Sean, Sean pun langsung menyuruh orang yang membawa ketek untuk menepi karna Haiman yang menangis.

Sean langsung menuntun Ira turun dari perahu, dia tak melepaskan tangannya dari bahu Ira yang dia rangkul untuk menuntunnya ke mobil.

Sean langsung membukakan mobil untuk Ira, diikuti Sean yang masuk kesamping kursi kemudi.

Haiman sudah anteng, matanya sudah mulai terpejam.
Sean mengusap kepala Haiman yang sedang minum Asi, senyuman terbit dari bibirnya namun ada sedikit sesak dihatinya.
Iya, dia mengingat Amira, andai Amira ada disini. dia juga pasti akan senang melihat Haiman, meskipun Haiman bukan anak yang lahir dari rahimnya.

"Amira, Aku rindu." Batin Sean.

"Apa mau pulang?" Tanya lembut Sean pada Ira.

"Iya Mas, Iman juga tidur."

Istri Kedua  (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang