09√

613 35 0
                                    

Happy reading√

•••


Vino terbangun dengan kondisi kacau. Betapa kaget nya ia tak memakai baju begitu juga dengan wanita licik itu.

Pria itu terbengong sementara, sebelum akhirnya naik pitam.

Vino cepat-cepat memakai bajunya kembali, dan membangunkan Lauren.

"Bangun kau jalang!" marah Vino melemparkan bajunya ke wajahnya.

Lauren bangun, ia menatap Vino yang sudah memakai bajunya. Karena tak mau kehilangan kesempatan, Lauren berpura-pura nangis.

"Hiks! Tanggung jawab kau! Kau sudah mengambil keperawananku!" isaknya dengan air mata yang sudah jatuh.

Mata Vino melotot. "Aku gak sudih!"

"Bapak coba liat ke sopa, ada darah dan itu darah keperawanan saya yang bapak ambil!" tangisnya.

Vino melirik ke sopa, dan benar kata Lauren. Ada darah cukup banyak, tapi kenapa Vino tak ingat melakukannya?

"Bapak harus nikahi saya!" tuntutnya.

"Jangan harap aku akan menikahi wanita jalang sepertimu!" maki Vino menatap tajam.

Lauren mulai kehabisan akal. "Bahkan bapak mengeluarkannya di dalam, kalau saya hamil, bapak harus tanggung jawab!" teriak Lauren.

Vino geram. Ia berjongkok dan mencengkram dagu Lauren. "Oke! Kita tunggu sampai kau hamil! Jika kau tidak hamil-hamil, nyawamu melayang!"

Vino menghempaskan wajah Lauren dengan kasar. Ia berdiri kembali.

"Aku tidak akan mempunyai dua istri! Cukup Umay yang menjadi istriku!"

Lauren enek jika Vino menyebut nama istrinya, bahkan sampai membangga- banggalannya.

"Bapak menikahi dia cuman karena paksaan dari pak Raka kan?! Pak Raka yang ingin sekali mempunyai cucu! Bahkan saya bisa memberikannya cucu!" tuding Lauren menatap Vino.

Ucapan Lauren cukup benar, namun Vino juga menikahinya atas dasar cinta.

Vino juga masih belum tahu, ia mencintai Umay sungguh-sungguh atau hanya memainkan wanita itu saja. Yang pasti ia tak mau kehilangannya.

Pria itu keluar dari ruangannya dan meninggalkan Lauren sendirian.

_

Vino memukul depan mobilnya cukup keras hingga mobilnya penyok. "Arghhhh!" teriaknya.

"Vino!" teriak Lauren berlari menghampiri Vino ke parkiran.

Vino membalikan badannya. "Yang sopan sama majikan!" sindirnya.

Lauren berdecak.

"Kau mau kemana?"

"Bukan urusanmu!"

"Urusanku juga, karena kau te---"

"Diam!" bentak Vino menghentikan perkataan Lauren.

Vino sekarang benar-benar malu dengan Umay, ia telah bercumbu dengan wanita lain selain dirinya. Bahkan Vino menganggap dirinya sekarang kotor.

"Aku akan balik ke apartemen," gumamnya.

Vino cepat-cepat membuka pintu. Lauren yang tadinya diam, kini segera masuk ke dalam mobil dengan tenang. Tak tahu betapa marahnya Vino pada dia.

"Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja! Kau harus tanggung jawab!"

"Sudah ku bilang! Aku tidak melakukannya!"

"Aku tidak perduli, kau melakukannya!" marah Lauren.

"Okee! Aku akan menikahimu jika kau di nyatakan hamil!" balas Vino pada akhirnya.

Untuk sementara, kejadian ini ia rahasiakan dari Umay dan juga orangtuanya.

Vino menjalankan mobilnya menuju Apartemennya.

_

Umay melamun di teras depan sembari mengusap perutnya yang masih rata. Ia menunggu kedatangan suaminya untuk pulang. Padahal hari sudah sore.

Inem menghampiri Umay. "Sebaiknya nyonya masuk ke dalam, gak baik wanita hamil berlama-lama di luar."

"Aku mau nunggu suamiku pulang dulu."

"Gak baik buat kesehatan, nya. Pak Vino pasti pulang sebentar lagi."

Umay akhirnya mau ke dalam. Inem membantu mendorong kursi rodanya.

Wanita itu sama sekali tak berpirasat tentang suaminya di luaran sana.

_

Vino di buat using-usingan pada Lauren yang sedari tadi bergelendot di lengannya.

"Lepas!" gertak Vino mencoba melepaskan tangan wanita licik itu.

"Gak mauu!" manjanya.

"Ehh denger yaa! Wanita jalang sepertimu seharusnya tak pantas hidup! Kau pantasnya mati!"

"Kauu!" geram Lauren menatap nya lang wajah Vino.

"Kenapa? Aku bakal nyesel telah memperkerjakanmu di perusahaan ku!" balas Vino mengejek.

Drettt! Drett!

Ponsel Vino berdering. Matanya langsung menoleh ke layar.

"Umay," gumamnya yang ternyata telpon dari sang istri.

Vino takut mengangkatnya, ia masih syok dengan semuanya. Terutama ada Lauren  di sisinya.

"Siapa sih?! Berisik bangat!" dumel Lauren merebut ponselnya dari genggaman Vino.

"Hei! Ponselku! Kembalikan!" sahut Vino mencoba mengambilnya.

Wanita tersebut, mematikan panggilan dari Umay. Tanpa di sengaja, Lauren membanting ponsel Vino ke lantai.

Mata Vino melebar, ponsel kesayangannya hancur berkeping-keping.

"Dasar wanita gak tau diri! Keluar kamu sekarang!" bentak Vino berdiri. Kemarahan Vino kali ini cukup menyeramkan.

"Kau mengusirku?"

Vino tak menjawab, ia mencengkram pergelangan Lauren dan menyeretnya keluar dari apartemennya.

Pria itu menghempaskan tubuh wanita tersebut ke bawa. Siku Lauren bahkan berdarah.

"Jahat kamuu!"

Vino membalikan badan, dan mengunci pintu dengan rapat tanpa mendengarkan ocehan darinya.

•••

Follow Pena0716

Vino [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang