23√

941 31 0
                                    

Happy reading√

•••




Semua orang berhamburan pulang dari tempat pemakaman. Keluarga Vino pun sudah pada pulang, kecuali Vino yang masih di situ.

Vino memeluk papan nisan Umay, menangisi kepergian istrinya setelah melahirkan anaknya.

"Kamu tega May, ninggalin aku sama putri kita. Aku sayang bangat sama kamu, aku bakal belajar ikhlas atas kepergianmu walaupun itu sulit." Vino mencium papan nisannya, lalu menaburkan bunga di atas tanah.

Matanya sudah membengkak akibat menangis terlalu lama. Mulai sekarang, Vino belajar menjadi papa sekaligus mama untuk anaknya.

Selesai dengan semuanya, Vino berdiri dan pamit pulang.

Umay tersenyum dalam angan-angan  sembari menatap kepergian suaminya. "Aku mencintaimu."

_

Vino berjalan dengan lesu memasuki rumah yang kini sudah sunyi dan sepi atas kepergian wanita yang ia cintai.

Liorna menggendong anaknya Vino yang sedari tadi menangis.

"Vin, coba gendong Adibah nih. Semenjak kepergian istrimu, kamu belum menggendong Adibah," ujar Liorna mencoba memberikan bayi itu yang kini sudah di namai "Adibah Faidatunziyah".

"Vino, belum siap bun gendong Dibah," lirihnya.

"Coba dulu. Mau sampai kapan kamu belum siap terus?" tuding Liorna menatap Vino sedikit jengkel.

Vino menarik napasnya, kemudian memberanikan diri menggendong bayi mungil itu.

Vino menatap putrinya yang kini sudah di gendongannya. Matanya memanas melihat kemiripan istrinya yang ada di Adibah.

Tangan Vino sebelah, mengusap pipi merah sehat itu dengan pelan. Adibah mengedipkan matanya, merasakan sesuatu.

"Dedy akan merawatmu hingga besar, nak. Dedy akan berusaha jadi yang terbaik untukmu."

Vino mencium pipi Adibah dengan sayang.

•••

Tbc

Vino [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang