19√

610 31 0
                                    

Happy reading√

•••


"Sayang, mau susu coklat atau putih?" tanya Vino sambil memperlihatkan dua kotak susu ibu hamil.

Mereka kini tengah berbelanja kebutuhan rumah dan juga kebutuhan ibu hamil. Kandungan Umay kini sudah beranjak 8 bulan dan itu membuat Umay semakin manja pada Vino.

Terkadang, Vino yang tengah rapat tiba-tiba di telpon dan di suruh pulang oleh Umay cuman buat nemenin dia di rumah. Walaupun sudah ada Inem yang menemani, yang namanya mau dia, tetap dia.

"Aku mau dua-duanya!" seruhnya dan senyum mengembang di bibir dia.

Vino ikut tersenyum, lalu memberikan dua kotak susu itu padanya. Umay menerima dengan sigap.

Tubuh Vino sedikit berjongkok, mencium perut istrinya yang besar. "Anak Dedy sehat-sehat di sana."

Vino mendekatkan telingahnya ke perut Umay, mendengarkan calon anaknya. Ada sedikit tendangan yang di ciptakan olehnya.

Setelah itu, mereka mencari bahan-bahan pokok lainnya.

_

Dengan sabarnya, Vino terus mendorong kursi roda istrinya sampai ke depan parkiran.

"Mas, langsung balik aja yaa? Aku gak sabar mau buat salad buah untuk kita berdua!"

"Kamu emang gak cape, yang?" tanya Vino mengkhawatirkan kesehatan dia dan juga calon anaknya.

Umay langsung menggeleng. "Ayoo mas, kita balik!"

Vino mengikuti apa yang istrinya mau, termasuk balik ke rumah.

_

"Uekkkk! Uekkkk!" sudah sekian kalinya Lauren memuntahkan isi perutnya akibat perutnya merasakan mual.

Lauren sempat bingung, padahal kandungan dia baik-baik saja setelah di periksa tadi.

Lauren masuk kembali ke sel, kemudian wanita itu duduk dan melamun.

Belakangan ini, Lauren memang tengah mengandung. Kandungannya sudah beranjak 3 bulan, benih yang Tegar tanam kini tertuai di perut Lauren.

Wanita licik itu sudah menebak, pasti anak yang ia kandung adalah anaknya si Tegar. Namun ia tak menyerah begitu saja untuk mendapatkan Vino untuknya.

Pihak polisi juga sudah mmemberitahukan pada Vino, kalau tahanan yang bernama Lauren sedang menangandung. Namun, tanggapan Vino hanya biasa-biasa saja.

Berbeda dengan Umay, dia bimbang. Anak siapa yang sedang di kandung oleh wanita licik itu?

Setelah anak Lauren lahir nanti, ia akan tahu kebenarannya.

"Uekkkk!"

Tubuh Lauren sedikit lemas, sedari pagi ia belum kena nasi sama sekali.

_

Mbok! Aku datang!" teriak Umay dari luar sembari di dorong oleh Vino masuk ke dalam. Vino sedikit meringis karena teriakan istrinya.

"Mas! Biar aku saja yang mengayuh kursinya, kamu tunggu di sopa!" titah Umay sambil membawa bahan-bahan untuk membuat salad.

"Gak papa nih? Kalau terjadi apa-apa gimana?"

"Ihhh! Aku bukan wanita lemah. Kamu tunggu disini aja, aku mau buat salad dulu," tolak Umay bersikeras.

Vino akhirnya mengalah, ia membiarkan istrinya mengerjakan apa yang dia mau.

Selagi salad belum jadi, Vino duduk di sopa lalu membuka laptopnya.

"Non, mbok bantuin yaa?" tawar Inem saat melihat Umay keribetan memotong buahnya.

"Gak usah, mbok. Biar aku aja!" tolaknya tanpa melihat Inem.

Inem tersenyum. Ternyata Umay wanita keras kepala, dan juga tanggu. Walaupun di kursi roda, namun semangatnya dalam mengerjakan itu semua sangat lihay, di tambah perutnya sudah besar.

Sudah 30 menit berlalu, namun istrinya belum juga keluar. Karena takut terjadi apa-apa, Vino akhirnya mengecek ke dapur.

Saat sudah di ambang pintu dapur, Vino terdiam menatap Umay tengah sibuk berkutik.

Bibirnya tersenyum, betapa ia beruntungnya mendapatkan wanita itu. Walaupun keadaannya tak beruntung, namun ia menerimahnya dengan taba.

"Udah mateng belum nih?" goda Vino menggeser bangku, lalu duduk sambil memperhatikan istrinya.

"Dikit lagi!" jawabnya dengan cepat.

Tangan Umay mencoba meraih mangkuk yang ada di atas, namun tak bisa. Sang suami yang melihatnya pun langsung membantunya.

Vino mengambil dua mangkuk, lalu di taruh di atas meja. Umay tersenyum, kemudian menuangkan salad itu ke mangkuk tersebut.

"Selamat mencoba," ucap Umay ramah bagaikan chef.

"Makasih, tuan putri."

Umay mengayuh kursi rodanya ke tempat pencucian piring, kemudian menaruh semua benda-benda yang kotor.

Dia kembali ke tempat semula, menatap suaminya yang tengah mengunyah salad buatannya.

"Pinter bangat kamu buatnya! Ini enak bangat!" puji Vino sambil mengunyah kembali.

Hati Umay senang setelah mendapat pujian dari suami. "Nanti aku bikin lagi dehh kalau kamu suka."

Vino mengangguk dengan mulut penuh, membuat Umay cekikikan menertawakan dia.


•••

Follow Pena0716

Vino [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang