07√

705 41 0
                                    

Happy reading√

•••



Hari ini Umay berbelanja makanan pokok, karena stok di rumah sudah habis. Ia pergi sendirian ke supermarket, awalnya Vino melarang belanja sendirian, tapi karena bujukan Umay, akhirnya Vino mengijinkannya.

Setelah mobil sudah terparkir, Umay di bantu menaiki kursi roda oleh pak Asep.

"Mang Asep tunggu di sini aja," titah Umay padanya. Mang Asep mengangguk.

Umay mengayuh kursi roda masuk ke dalamnya, lalu mengambil ranjang dan mulai mengambil keperluan untuk sehari-hari.

"Ini udah, udah, apalagi yang belom?" gumam Umay nampa berpikir sambil melirik ranjang belanjaan yang hampir penuh.

"Susu buat Mas Vino," lirihnya, mendekati bagian susu putih.

Sialnya, keberadaan susu ada di atas yang membuat Umay kesusahan mengambilnya. Tangan Umay meraih-raih, mencoba menggapainya.

Saat asik mencoba mengambilnya, tiba-tiba ada tangan yang mengambil susu itu duluan. Umay menatap pemuda yang gagah dengan tubuh tinggi.

"Tegar?" Umay memastikan pemuda itu, pasalnya ia mengingat temannya yang di Paris tempo lalu.

Pemuda itu mengangkat alisnya satu. "Umay yaaa?"

Umay mengangguk dengan semangat sembari tersenyum. "Iya, aku Umay!"

"Yaa ampun, seriuss?! Aku kira kamu gak selamat akibat pesawat itu. Kabar kamu gimana?" tanya Tegar terus-terusan, karena saking senangnya bertemu oleh teman kuliahnya.

"Baik kok, ngobrolnya di restauran aja yaa. Di sini banyak orang," ajak Tegar. Umay menyetujuinya, lalu mereka berdua pergi ke kasir untuk membayar semua belanjaan mereka.

"Biar aku yang bayar," kata Tegar tersenyum sambil menyodorkan uang dua lembar.

"It's okeyy."

Setelah membayar, Tegar membantu mendorong kursi roda Umay keluar dari supermarket.

Asep yang setia di parkiran mendadak bingung pada sang majikan yang tengah berjalan berdua menuju dirinya.

"Mang Asep balik duluan aja ya, aku ada urusan sebentar."

"Tapi, non. Nanti tuan Vino marah kalau saya balik gak sama non," balasnya dengan raut wajah takut.

"Enggak kok, aku ada urusan sebentar," desak Umay.

Akhirnya Asep mau juga menuruti kata Umay, sembari membawa belanjaan yang tadi.

_

"Jadi ... kamu udah nikah May?" tanya Tegar dengan suara yang sedikit kecewa.

Bagaimana tidak, Tegar pun menaruh hati pada Umay. Ia mencintai wanita itu sejak pertama kenal di kuliahan tempo dulu.

Tegar yang di kenal galak di kampusnya, ternyata takut mengungkapkan perasaan cintanya pada wanita yang ia suka.

Umay mengangguk, memberikan senyuman sulit di artikan.

"Sayang sekali, aku baru mau menyatakan perasaanku ke kamu," lirihnya menunduk.

Alis Umay menyatu. "Perasaan apa?"

Tegar kembali menatap, kedua tangannya meraih kedua tangan Umay dan di genggam dengan sayang.

"Kau tahu May? Aku suka denganmu sejak dulu. Waktu kita masih kuliah, tapi aku malu mengungkapkannya," jelas Tegar dengan mata yang mulai memerah akibat menahan kecewa.

Vino [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang