dua dua🌵

277 16 0
                                    

"Rey lo deket lagi sama Oliv?" Reyhan menjawab dengan anggukan. "Kok bisa"

"Cuma kebetulan aja nyokap kenal sama dia"

"Vania gimana?"

Reyhan mengernyitkan dahinya heran. "Kenapa jadi lari ke Vania. Dia gak gimana-gimana, lagi pula pernikahan kita bakal berakhir kalo anak gue udah keluar"

"Cihh lagak lo, mentang-mentang udah bisa dapetin Oliv semua pekerjaan gue sama Vania yang atur. Gak kasian lo ngeliat tu bumil lembur selama tiga hari"

"Bilang aja lo mau ngeluhkan"

"Dihh siapa yang ngeluh? Gue cuma kasian aja ngeliat Vania ngerjain semua pekerjaan lo, sedangkan lo malah enak-enakan jalan sama Oliv"

"Udah lo tenang aja. Mulai hari ini gue gak bakal ninggalin kantor, soal Vania gue udah suruh dia buat cuti kerja"

"Lo serius?" Rey menganggukkan kepalanya. "Gue gak punya temen makan lagi dong" 

"Kalian berdua sering makan bareng?"

"Hampir tiap hari malahan. Emang kenapa, lo cemburu?"

Reyhan terkekeh saat mendengar ucapan Wili. "Cemburu? Ya gaklah ngapain cemburu. Gue nganggep Vania cuma sebatas sekretaris sama atasan aja gak lebih"

"Tapi lo tidurin juga anjir"

"Namanya juga khilaf, yang penting gue tanggung jawab"

Tak lama setelah itu handphone Rey berdering lalu pria itu segera mengangkatnya.

"Oliv?" Tanya Wili saat melihat Reyhan tersenyum setelah meletakkan handphone.

"Iya, dia mau nganterin makan siang"

Melihat kelakuan Reyhan rasanya membuat Wili emosi. Bagaimana tidak, sudah pernah disakiti tapi masih saja menerima orang itu kembali. Bukankah itu bodoh? 

🍀🍀🍀

Sedangkan didapur minimalis itu terlihat dua perempuan yang sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ya tentu saja itu Vania dan bik Ninin.

"Bik ini diapain lagi?"

"Udah biarin aja dulu non, biar bibik yang goreng ayamnya"

"Saya bisa kok bik"

Sreengg!!!

"Awas non!" Pekik Ninin saat Vania memasukkan ayam kedalam minyak panas.

"Gak papa bik aku bisa kok"

Selama merek memasak, Vania tampak bahagia bahkan dia sudah hampir mengenali setiap nama bumbu-bumbu yang ada didapur.

"Udah non Vania cuci sayur aja biar bibik yang ngebalik ayamnya"

"Biar saya aja" Vania sudah mulai membalik satu persatu ayam yang sudah mulai kering, namun sesaat kemudian tangannya terkena percikan minyak panas. "Aww"

"Tuh kan non apa saya bilang" paniknya lalu segera mematikan kompor dan berlari mengambil pasta gigi. "Dioles ini aja biar gak panas"

Setelahnya Vania duduk dimeja makan sembari menunggu masakan matang. Sebenarnya dia tak enak karna tidak membantu bik Ninin, tapi jika ia membantu sudah pasti perempuan paruh baya itu akan mencegahnya.

𝐋𝐞𝐭'𝐬 𝐬𝐭𝐚𝐫𝐭 𝐚𝐠𝐚𝐢𝐧 (OnGoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang