dua sembilan 🌵

318 18 0
                                    

Sejak jam makan siang tadi Oliv sudah berada di ruangan bernuansa abu-abu itu.  Ia sengaja menunggu kedatangan Reyhan yang masih berada di ruang meeting.

"Kamu udah disini" tanya Reyhan yang tiba-tiba membuka pintu.

"Iya dari tadi malahan. Kamu udah makan siang belom?" Tanya Oliv yang mendapat gelengan. "pas banget, tadi sebelum kesini aku beli makan siang buat kamu"

Selama mereka makan, Oliv selalu memperhatikan gerak-gerik Reyhan yang tampak gelisah.

"Rey... Ada masalah?"

Reyhan lagi-lagi menggeleng sambil terus menerima suap demi suapan dari tangan Oliv.

Sesekali Reyhan mengecek handphonenya untuk memastikan apakah ada seseorang yang ia tunggu menghubunginya. Namun sayangnya tidak ada tanda-tanda orang itu memberi kabar.

"Udah ya aku kenyang" kata Reyhan sambil kembali mengecek ponselnya.

"Ini minum dulu" ucap Oliv sambil menyodorkan gelas itu. Namun tanpa sengaja Reyhan menyenggolnya alhasil air minum tadi tumpah dan membasahi kemeja putih yang dikenakannya. "Aduh gimana sih Rey, liat baju kamu jadi basah"

"Ckk, ini gara-gara aku gak fokus. Maaf ya" sesalnya sambil mengeringkan kemeja itu dengan sapu tangan yang diberikan oleh Oliv.

"Kamu kalo ada masalah bisa cerita sama aku"

"Gak papa, cuma ada sedikit masalah dirumah" jelas Reyhan yang mulai berdiri.

"Oke aku ngerti" kalahnya lalu ikut berdiri. "Kamu buka aja kemejanya biar cepet kering. Atau mau aku laundryin?"

"Gak usah lagian cuma satu" Reyhan mulai melepaskan kemeja putihnya dan saat ini dia sedang bertelanjang dada karna kaos yang ia pakai juga ikut basah. "Aku minta tolong Wili aja"

Oliv masih terdiam melihat dada bidang milik laki-laki yang ada didepannya. Sampai akhirnya ia disadarkan dengan suara pintu yang tiba-tiba terdengar seperti dibanting.

"Vania!!! Vania tunggu saya!"

Suara itu mampu membuat lamunan Oliv tersadar. Ia langsung menggelengkan kepala dan mengikuti langkah Reyhan yang sudah tidak terlihat.

"Rey lo apa apaan sih. Lo gak malu diliatin sama karyawan?" Tegur Wili yang tak sengaja melihat Reyhan bertelanjang dada.

Reyhan mulai menyadari banyak karyawan yang memandanginya kagum dan ada juga yang memasang wajah kaget karna mungkin beberapa orang tadi melihat Oliv masuk keruangannya.

"Nih pake jaket gue" Wili melempar Reyhan dengan jaket miliknya, sedangkan Reyhan masih menelusuri setiap koridor kantor dengan tubuh setengah telanjang. "Rey lo nyari apa!" Kesal Wili karna Reyhan hanya menyampirkan jaketnya diatas pundak.

"Reyhan!" Panggil Wili dengan nada tinggi, dan perlahan Reyhan mengehentikan langkanya.

"Wil lo bisa diem gak? Gue lagi nyari Vania!" Balas Reyhan tak kalah kuat.

"Gak ada Vania disini. Lo jangan halu"

"Jelas-jelas tadi gue liat dia lari dari depan pintu ruangan gue. Tadi pagi gue minta dia buat ke kantor" jelas Reyhan tampak frustasi.

"Rey lo?"

"Gue takut dia makin salah paham. Kemeja gue basah jadi terpaksa gue lepas dan kebetulan diruangan tadi ada Oliv"

"Oke-oke gue paham. Sekarang lo pake dulu jaket gue. Biar gue cek cctv, pasti Vania belom jauh dari sini"

Reyhan mengangguk dan segera memakai jaket yang diberikan oleh Wili.

𝐋𝐞𝐭'𝐬 𝐬𝐭𝐚𝐫𝐭 𝐚𝐠𝐚𝐢𝐧 (OnGoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang